Seorang berpakaian biru tua panjang berdiri bersama beberapa orang di samping. Tangannya maju mengelus kepala anaknya di ranjang. Mata abunya nanar melihat luka baret di dagu kirinya.
Amor berdiri di depannya bersama Laya. Kazon dan yang lain melihat mereka di tempat. Tidak ada yang bicara setelah ayah Bim itu masuk.
Di halaman sekolah sebelum ia masuk ke pintu utama, dua teman Bim menghampiri dan mengungkapkan kekhawatiran mereka.
"Aku yakin dia penyebab Bim terluka, Paman."
"Dia pasti sudah menandainya sejak malam itu, beruntung kami cepat melaporkannya."
Kata-kata mereka terngiang di pikirannya.
"Dia akan segera pulih dalam beberapa hari, kami sudah mengolesinya obat," jelas Amor. "Dan maafkan kami atas kejadian ini, karena sekolah tak bisa melindunginya."
"Terus bagaimana kalian harus bertanggungjawab? Pasti ada seorang pelaku dari kejadian ini bukan?"
Amor menatapnya tanpa berkedip begitu juga Ayah Bim.
"Kami masih memulai penyelidikan, penyebabnya akan segera diketahui."
"Kudengar Kepala Sekolah menerima anak yang disebut Bearer, anak seperti apa dia?"
Amor dan yang lain langsung mengerti maksud perkataannya itu, merasa sedikit tidak nyanan karena menuduh Vara menjadi penyebab anaknya terluka.
"Dia anak baik, tak mungkin membakar sekolahan, tuan Gerar," ucap Laya dengan intonasi lembut.
Mendengar kata 'baik' Hoshi tersenyum miring.
"Dari sebutannya saja dia jauh dari kata baik, kenapa nyonya bisa bilang begitu!? Jika pun dia bukan penyebab kebakaran bukan berarti dia bukan penyebab anakku jadi seperti ini."
"Tenanglah, aku tau kau marah dengan keadaan putramu, tapi kami tak bisa menghakiminya seperti itu, dia juga murid kami."
Orang itu mendengus.
Amor menggenggam besi di sudut ranjang. "Lebih baik kau bawa pulang dulu Bim, agar dia bisa beristirahat dengan nyaman."
Dengan isyaratnya salah satu bawahannya itu mengangkat Bim pelan. Ia menuruti kata Amor dan pamit setelah memberi salam. Tentu saja Amor dan Brain mengantar mereka keluar sekolah. Namun di pintu masuk ruang rawat mereka semua berhenti saat melihat seseorang muncul di depan pintu.
Vara dengan tas ranselnya berdiri di sana. Mata Gerar langsung terpaku pada kain hitam di lehernya, setelah teringat bagaimana penggambaran teman Bim tentang Bearer. Rasa geram yang tadi mereda kembali menguasainya, tangannya terkepal.
Brain sedikit panik menatap keduanya. "Vara, kau harusnya kembali ke asrama, kenapa masih di sekolah?"
"Aku melihat Lessy--"
Tangan Gerar melayang di udara. Suara tamparan keras membuat mereka semua terperanjat. Vara terjatuh ke samping karena pukulan di pipinya itu. Poninya berantakan menutupi hampir seluruh wajahnya.
Lessy meraung, berlari mendatanginya, tapi Laya menahannya agar keadaan tidak bertambah kacau.
"Tuan Gerar, kendalikan dirimu! Kau tak bisa asal memukulnya!" seru Amor.
"Aku tak tahan setelah melihatnya langsung, untuk apa dia kemari?"
Brain mendekati Vara. "Bangunlah, kuantar kau kembali ke asrama lebih dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEARER OF DEATH
FantasyMakhluk hidup yang membahayakan nyawa manusia. Kupu-kupu yang hidup di dalam tubuh seorang gadis remaja yang menjadikan ia dikenal dengan sebuatan Bearer of Death, si pembawa kematian. Karena suatu alasan di masa kecil jiwa mereka menjadi satu. Var...