Di teras samping rumah Mafea duduk bersama Lessy dan Meggy. Serigala-serigala itu menuntunnya kesana. Ia tak ingin diganggu oleh siapapun malam ini. Emosinya bercampur aduk dengan pikiran yang tak berujung. Walau dia seorang putri ia tetaplah seorang remaja yang sedanh tumbuh.Vass yang baru datang mengintip dari dalam, memandangnya cemas. Ia langsung menuju rumah Mafea yang berdekatan dengan sekolah saat mendapat kabar dari Zophani ketika ia mampir ke sekolah. Bawaannya bahkan tertinggal disana.
"Serigala itu, kepana mereka disini?" tanya Vass pada Amor di sampingnya.
"Aku juga tak mengerti, mereka tak mau pergi sejak Vara dikurung."
Vass tersenyum paham. "Tentu saja, karna anak itu pemiliknya."
"Begitu rupanya."
"Tapi maksudku, kenapa ada serigala hutan di daerah sini? Mereka mengikuti Vara?"
"Oh, itu? Bukan, Morza yang membawa kemari atas permintaanku, banyak yang terjadi saat kau pergi, nanti kuceritakan."
"Baiklah, terus dimana kau taruh Vara?"
"Di roomless."
Vass langsung berjalan menuju kesana. Amor mengikutinya dari belakang setelah melihat Mafea sekilas.
Disana Zoyamo dan Brain menunggu. Vass langsung membuka ruangan itu dan berjalan menuju Vara yang masih duduk disana dengan mata tertutup. Ia memegang pipinya.
"Kenapa kalian menutup matanya juga?" mata Vass melirik mereka.
"Untuk jaga-jaga, kita tak tau apa yang akan dilakukannya," jawab Amor.
"Amor..." Vass melepas tutup mata Vara.
Matanya mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya di sekitarnya dan menemukan Vass duduk di hadapannya, setelah menebak suara yang didengarnya tadi.
"Vara.." Vass mengusap rambutnya.
Vara menatapnya lekat.
"Kalian sudah memberinya makan?" Vass menengok.
"Ah, itu..."
"Belum?!" suara Vaas naik mengagetkan mereka bertiga.
"Aku tak lapar," ucap Vara mengalihkan pandangan Vass dari mereka.
"Kenapa dia seperti itu? Apa kita orang jahat?" ujar Amor.
Brain menyisir rambutnya ke belakang. "Ya.. menurutku memang terlihat seperti itu."
"Vara, sebenarnya tak enak langsung menanyakan ini di perjumpaan kita. Tapi aku harus menanyakannya, aku tak bisa menunggu."
Vara diam menatapnya.
"Apa benar kau yang melukai Mafea?"
Vara menganguk tanpa bicara.
"Kenapa kau melakukan itu?"
Vass menunggu jawabannya dan Vara tetap diam.
"Vara, kau harus bicara. Jangan hanya diam saja, kau pasti punya alasan kenapa melakukan itu. Kami akan mendengarkanmu, jangan berpikiran kalau kami akan mengabaikanmu. Kau tau ini masalah yang serius karena bersangkutan dengan patron. Aku tak bisa membiarkannya. Terlebih Mafea adalah cucuku yang berharga."
Vara mengalihkan pandangannya melihat tiga orang yang berdiri tak jauh di belakang Vass. Menghela nafas panjang.
"Dia akan bisa melihat kembali besok, mungkin. Butanya hanya efek sementara."
"Apa maksudmu?" tanya Amor mendekat.
Ia menatap Amor.
"Vara, kau harus menjelaskan secara detail agar kami paham. Kami tak mengerti jika kau hanya mengucap dua kalimat begitu," jelas Vass.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEARER OF DEATH
FantasyMakhluk hidup yang membahayakan nyawa manusia. Kupu-kupu yang hidup di dalam tubuh seorang gadis remaja yang menjadikan ia dikenal dengan sebuatan Bearer of Death, si pembawa kematian. Karena suatu alasan di masa kecil jiwa mereka menjadi satu. Var...