Chapter 2-Latihan Bersama

13 4 0
                                    

"Kau!" seru Sira.

Vara yang melangkahkan kaki masuk ke gerbang sekolah berhenti.

Sira mendekat. "Hari libur ada kegiatan tambahan?"

Vara diam menatapnya, 'dia santai sekali bicara denganku, aku harus menanggapinya bagaimana?'

"Hei, kenapa diam?"

"Ada latihan sedikit," Vara meneruskan jalan.

Sira mengikuti. "Sendirian?"

"Dengan seseorang."

Halaman yang mereka masuki begitu sepi. Suara yang biasanya terdengar ramai hanya sayup-sayup terdengar. Mereka berbelok, tak memasuki gedung sekolah.

"Di lapangan? Aku juga ada kegiatan dengan Kazon disana."

Vara tetap berjalan diam. Sira mengaitkan jari-jarinya di belakang leher. Mendapat respon yang nol ia hanya memandanginya dari samping. Menutup pembiacaraan, bingung untuk meneruskan pembicaraan. Sampai di lapangan Kazon terlihat duduk berbincang dengan Rai. Mereka terdiam melihat Sira datang bersama Vara.

"Sudah lama menunggu ya? Sorry, aku harus mengeluarkan isi perutku dulu, darurat," Sira meringis menatap Kazon.

"Lamaaa, yang lain sudah menunggu dari tadi."

"Sori, sori."

Kazon mengalihkan pandangannya ke Vara.

"Dengannya?" tanyanya ke Rai.

"Ya."

Vara memandang orang-orang di lapangan yang bermain dan berlatih, mengadu kekuatan.

Kazon berdiri. "Kalau begitu aku kembali kesana."

"Semoga berhasil ya," ujar Sira menatap Vara, berjalan mengikuti Kazon yang sudah dulu berjalan. Tentu saja Vara hanya melengos darinya.

"Kalian terlihat akrab," ujar Kazon.

"Gak juga, dia banyak diam saat aku ajak ngobrol tadi. Aku jadi tak enak mau bicara lagi, nanti dikira penggangu lagi."

"Hebat kau bisa ngobrol dengannya."

"Memangnya kenapa? Aku malah tak mengerti kenapa anak-anak terus membicarakannya. Dia tak terlihat membahayakan."

"Kau sungguh tak tau mengenai bearer of death?" Kazon menepuk pundak Sira.

Sira menoleh. "Memangnya semenakutkan apa?"

"Ya... aku tak bisa menyimpulkan. Kau lebih baik gak tau, tapi kusarankan kau harus tetap waspada."

Sira tak terlalu menanggapi kata-kata Kazon meskipun ia bingung dengan perkataannya.

Di rerumputan tepi lapangan Vara duduk di samping Rai, mereka mulai berlatih. Rai memberinya sebuah balok kertas yang dilekati spiritnya.

"Alirkan kekuatanmu ke balok kertas ini. Ingat, rasakan setiap sudut dan bentuknya. Jika semua sisinya terbuka menjadi lembaran itu berarti kau berhasil mengalirkan kekuatanmu."

Vara menurutinya tanpa mengeluarkan suara. Ia mencoba seperti apa yang dikatakan Rai. Mengalirkan spirit dari jiwanya. Nampak balok itu terselubungi sesuatu yang bening membawa getaran. Balok itu merespon kekuatan Vara. Ia berhasil membukanya, membuka salah satu sisinya saja.

"Coba lagi," Rai menutup kembali balok itu.

Ia menggeser badannya menghadap anak-anak di lapangan. Menekuk lutut sebagai sandaran kedua tangannya. Matanya tetap mengawasi gadis di samping yang poninya berantakanl itu sampai matanya tersembunyi.

BEARER OF DEATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang