Part 21

257 35 0
                                    

           

Pukul 10.00 Wayo sudah berada dikelasnya bersama dengan Ming.

"Yo, bagaimana tentang pertukaran jiwamu dengan Phana? Apa kau sudah tahu itu mengapa itu bisa terjadi?" tanya Ming yang duduk disamping Wayo.

"ah iya, aku hampir melupakan masalah itu Ming. Aku belum tahu kenapa itu bisa terjadi. Tapi yang jelas sebelum kami kembali ke tubuh masing-masing ada rasio atau sejenis alat ukur yang terlihat di leher P'Pha. Aku tidak tahu apa itu. Dan P'Pha pun juga tidak tahu ada apa dengan dirinya" ucap Wayo.

"rasio? Aku belum pernah mendengar kisah itu sebelumnya. Di drama korea yang pernah aku tonton mereka dapat kembali ke tubuh masing-masing jika turun hujan. Tapi bagaimana dengan kalian? Apa yang menandakan kalian dapat kembali ke tubuh masing-masing?" tanya Ming selidik.

"sepertinya rasio itu yang menentukan, Phana mengatakan padaku bahwa saat kompetisi kemarin rasio itu menunjukkan angka 100%, tak lama kemudian kita kembali ke tubuh masing-masing. Dan anehnya rasio itu hanya ada di tubuh Phana, tidak di tubuhku" jelas Wayo.

"agak sedikit aneh ya.. dan dari drama yang aku tonton ada faktor atau sebuah zat yang memang menurunkan itu kepada orang tersebut. Apa kalian ada faktor itu?" tanya Ming.

"faktor apa maksudmu?" tanya Wayo bingung.

"faktor yang membuat kalian bertukar jiwa, apa ada seseorang yang mengirim mantra itu pada kalian?" ucap Ming.

"aku tidak tahu. Kalaupun ada kenapa harus kepadaku dan P'Pha" tanya Wayo lebih kepada dirinya sendiri. Tak lama kemudian, dosen pengajar masuk ke kelas mereka dan mereka memulai kuliah pada pagi itu.

4 hari kemudian.

Hari ini adalah hari dimana liburan kuliah sudah dimulai. Saat liburan, kebanyakan mahasiswa pulang kerumah masing-masing, karena ada yang berasal dari luar kota dan ada yang memang orang asli dari Chiang Mai. Hari ini Wayo memilih untuk pulang ke Bangkok karena merindukan ibunya yang tinggal sendiri di Bangkok. Terkadang asisten rumah tangganya datang untuk membersihkan rumah dan menemani ibunya jika sedang berada dirumah.

Wayo pulang ke Bangkok dengan menaiki bus. Saat akan menuju terminal bus, Wayo bertemu dengan Forth di depan gerbang kampus.

"Nong, kau mau kemana?" ucap Forth yang melihat Wayo membawa tas ransel yang berisi baju dan makanan khas Chiang Mai untuk ibu dan asisten rumah tangganya.

"ah aku mau pulang ke Bangkok, aku merindukan ibuku" ucap Wayo pada Forth yang berjalan dari arah luar asrama.

"kau darimana P'?" tanya Wayo.

"aku dari minimarket, membeli cemilan. Ah Nong aku juga berencana untuk pulang ke Bangkok hari ini. Kau mau berangkat bersamaku?" ucap Forth memberi tawaran.

"tidak usah P', aku naik bus saja" ucap Wayo sambil tersenyum.

"kita berangkat bersama saja, hitung-hitung sebagai permintaan maafku karena pernah melukai kakimu" ucap Forth dan membuat Wayo kembali mengingat kejadian dimana saat mereka pertama kali bertemu di lapangan, tetapi yang saat itu berada dalam tubuhnya adalah Phana.

"mau ya? Please!!" ucap Forth dan memohon pada Wayo.

"hm.. baiklah P'" ucap Wayo yang akhirnya mau berangkat bersama dengan Forth. Wayo berfikir jika ia berangkat dengan Forth dengan mobil, itu akan lebih menghemat waktu daripada naik bus.

"oke, tunggu sebentar. Aku ambil mobil dan barang-barangku. Kau tenang saja aku tidak akan lama, karena aku sudah mempersiapkan semuanya" ucap Forth dan Wayo hanya dapat mengangguk pelan.

Jika Wayo kembali ke Bangkok, bagaimana dengan Phana? Beberapa hari ini Phana pergi dan tidak ada yang tahu kemana Phana pergi. Sejak 4 hari yang lalu Phana pergi dan hingga kini belum kembali. Phana tidak memberikan kabar pada teman-temannya dan juga pada Wayo. Karena itu Wayo memilih untuk kembali ke Bangkok karena dia juga tidak tahu dimana Phana. Wayo marah pada Phana, karena Phana mengatakan bahwa Phana mencintainya, tetapi Wayo merasa bahwa dia bukan orang yang penting dalam hidup Phana. Wayo berfikir bahwa Phana tidak benar-benar mencintainya.

Flashback 4 hari yang lalu.

Setelah sarapan bersama dengan Wayo dan malam harinya Phana menerima sebuah telfon yang mengatakan bahwa itu adalah ibunya. Phana terkejut bahwa yang menelfon adalah ibunya. Sudah hampir 2 tahun ibunya menghilang tanpa kabar. Semenjak masuk kuliah Phana tinggal sendiri di Chiang Mai tanpa orang tua. Dan malam itu ia mendapat telfon yang mengaku ibunya dan mengatakan bahwa ibunya saat ini berada di Indonesia. Phana tidak menyangka bahwa ibunya dapat tinggal di luar negeri dan bukan menetap di Thailand. Dengan rasa penasaran, malam itu juga Phana langsung memesan tiket pesawat ke Indonesia dan terbang ke Indonesia untuk menyusul ibunya. Phana tidak memberi kabar pada siapapun karena dia tidak ingin masalah pribadinya diketahui oleh orang lain, tak terkecuali kepada Wayo. Phana juga tidak berfikir bahwa dia harus memberitahu masalah keluarganya pada Wayo, pikiran Phana dipenuhi oleh rasa rindu pada ibunya dan ingin segera bertemu dengan ibunya.

Hampir 7 jam di dalam pesawat, penerbangan dari Chiang Mai ke Surabaya, tak dirasakan oleh Phana. Pikiran Phana dipenuhi pertanyaan, kenapa ibunya pindah ke luar negeri dan kenapa ibunya menghilang saat Phana sangat membutuhkannya.

Sampai di Surabaya, Indonesia.

Phana menanyakan alamat yang diberikan oleh ibunya melalui pesannya, dan supir taksi membawa Phana ke alamat tersebut. 1 jam kemudian, Phana sampai disalah satu rumah mewah. Phana turun dari taksi dan menatap rumah yang berada di kawasan komplek tersebut. Phana menghembuskan nafasnya, dan mulai berjalan masuk ke rumah tersebut.

Saat itu di Indonesia pukul 10.00 pagi. Phana menekan bel yang ada di pagar rumah itu, dan ada seorang wanita yang membuka pintu gerbang. Wanita itu terlihat memakai seragam asisten rumah tangga, Phana berbicara dengan berbahasa inggris dan menunjukkan apakah benar ini alamat yang dia maksud. Wanita itu sepertinya kurang mengerti apa yang dibicarakan oleh Phana. Mungkin karena logat Thailand yang membuat Bahasa Inggrisnya jadi kurang jelas, dan kemudian wanita berseragam itu memanggil seorang gadis cantik dan kemudian gadis cantik itu keluar rumah, kemudian bertanya pada Phana dengan Bahasa Inggris yang fasih dan kemudian gadis itu mengerti apa yang dimaksud oleh Phana.

"benar, ini alamat yang kau maksud" ucap anak gadis itu yang kira-kira umurnya 18 tahun.

"kau ingin bertemu siapa?" tanya anak gadis itu pada Phana.

"aku ingin bertemu dengan Nyonya Pimpakan Manaying" ucap Phana dan menyebut nama ibunya.

"ohiya.. silahkan masuk" ucap gadis itu dan menyuruh Phana masuk.

Phana tersenyum dan itu berarti dia akan segera bertemu dengan ibunya.

Phana masuk ke dalam rumah itu, dan melihat sekeliling rumah itu yang terdapat beberapa mobil mewah. Phana berfikir jika memang ini adalah rumah ibunya, lalu siapa gadis cantik itu? Dan apakah ibunya sangat sukses di Indonesia sampai bisa mempunyai rumah dan mobil mewah seperti ini?

Phana duduk di sofa, kemudian wanita berseragam asisten rumah tangga tadi membawakan segelas jus jeruk untuk Phana meminumnya. Dan gadis itu berkata bahwa Nyonya Pimpakan sedang dikamarnya di lantai 2 dan akan segera turun.

Tak lama kemudian, seorang wanita cantik turun dari tangga yang berlapis cat warna emas dan disertai karpet merah. Wanita cantik itu sangat anggun terlihat dari cara berjalannya dan baju yang dipakai pasti sangat mahal. Phana melihat wajah wanita itu dan kemudian Phana berkata.

"Ibu" ucap Phana dan matanya berlinang tidak kuat menahan kerinduan pada ibunya.

APLIKASI TUKAR JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang