Part 25

236 35 0
                                    

"Phana? Kau Phana? Oh My God, aku tidak menyangka dapat bertemu lagi denganmu" ucap Ny. Sara sedikit terkejut karena terakhir kali Ny. Sara melihat Phana adalah saat Wayo SD dan itu adalah latihan basket terakhir antara Wayo dan Phana.

"ibu mengingatnya?" tanya Phana penasaran.

"tentu ibu sangat mengingatnya, Wayo terus mencarimu saat kau tiba-tiba pergi dan kami tidak tahu kau kemana. Saat kau pergi waktu itu, Wayo tidak mau sekolah dan tidak mau makan karena terus mencarimu haha" jelas Ny. Sara.

"syukurlah kalau sekarang kalian bertemu lagi.. Wayo pasti sangat senang" tambah Ny. Sara dan membuat Wayo yang berada dalam tubuh Phana tersenyum.

"ah.. aku hampir lupa, silahkan masuk Phana.. aku akan membuatkan makan malam untukmu.. kau pasti belum makan malam kan?" ucap Ny. Sara sambil berjalan menuju dapur.

Tak lama kemudian, makanan sudah tersedia dimeja makan. Phana, Wayo dan Ny. Sara makan bersama. Ny. Sara memang belum makan malam karena menunggu Wayo kembali ke rumah.

"Pha, selama ini kau kemana saja? Aku juga jadi khawatir padamu karena Wayo tidak pernah berhenti membicarakanmu" ucap Ny. Sara pada Pha sambil mengambil nasi untuk Wayo.

"dia tinggal di Chiang Mai bu" ucap Phana yang berada dalam tubuh Wayo. Phana segera menjawabnya karena Phana tahu bahwa Wayo tidak akan bisa menjawabnya. Phana belum menceritakan tentang kehidupannya pada Wayo.

"lalu bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Ny. Sara lagi. Dan kemudian mengambil nasi untuk Phana.

"orang tuanya baik-baik saja bu" jawab Phana yang berada dalam tubuh Wayo dengan cepat. Wayo yang berada dalam tubuh Phana tidak sempat menjawab karena sudah dipotong oleh Phana.

"oii.. kenapa kau yang menjawab, aku berbicara pada Phana" ucap Ny. Sara protes.

"aku hanya membantu menjawabnya bu" ucap Phana yang berada dalam tubuh Wayo sambil menunduk.

"jika benar seperti itu syukurlah.. malam ini kau menginap disini saja ya Pha, atau kalau kau mau tinggal disini juga boleh" ucap Ny. Sara dan kemudian tersenyum. Ny. Sara memang mengetahui bahwa Phana akan ke Bangkok untuk liburan setelah sebelumnya Phana ke luar negeri untuk mengunjungi salah satu temannya, karena itu Wayo menjemput Phana di Bandara. Itulah yang dikatakan oleh Phana saat sebelum pergi menjemput Wayo.

"ti.." ucapan Wayo yang berada dalam tubuh Phana terpotong karena dengan cepat Phana menjawab ucapan Ny. Sara.

"iya bu, dia akan menginap disini" ucap Phana yang berada dalam tubuh Wayo dengan cepat dan tersenyum dengan memperlihatkan gigi putihnya pada Wayo.

Di kamar Wayo.

"kau ini keterlaluan! Selalu memotong ucapanku" protes Wayo pada Phana sambil duduk di kursi meja belajarnya sendiri.

"aku kan hanya membantu menjawab pertanyaan ibumu, aku tahu pasti kau tidak dapat menjawab pertanyaannya kan" ucap Phana sambil duduk dipinggir tempat tidur.

"ah kau harus ceritakan dengan detail bagaimana keadaanmu, untuk apa kau ke Indonesia dan dimana orang tuamu?" tanya Wayo penasaran.

"kalau kau mau tahu, sini" ucap Phana sambil menepuk pelan tempat tidur Wayo dan menyuruh Wayo untuk duduk disampingnya.

Phana menceritakan tujuannya pergi ke Indonesia dan Phana juga menceritakan kekecewaannya terhadap ibunya. Phana yang berada dalam tubuh Wayo tidak kuat menahan air matanya saat mengingat kejadian di Indonesia bersama dengan ibunya. Wayo memeluk Phana dan menenangkan Phana.

"lalu bagaimana dengan ayahmu?" tanya Wayo.

Mendengar kata ayahnya, Phana sedikit menunduk dan melepaskan pelukannya dari Wayo. Phana kembali mengingat dimana saat ia terakhir bertemu dengan ayahnya.

Flashback on.

Saat itu sore hari dirumah yang cukup besar di Chiang Mai dan dipenuhi dengan hiasan bernuansa olahraga basket. Terdapat lemari kaca yang dipenuhi dengan medali-medali turnamen yang diraih oleh mantan atlet basket bernama Thanit Itthipad, yang tidak lain adalah ayah dari Phana Kongthanin.

"ayaahhh.. aku menjadi kapten di turnamen tahun ini" teriak seorang mahasiswa tingkat 1 sambil berlari menuju ayahnya yang sedang bermain basket dibelakang rumahnya.

Phana memang anak yang dingin dan sombong, tetapi dirumah Phana berprilaku seperti anak manja pada ayah dan ibunya. Phana sangat bangga menjadi anak dari seorang ayah dan ibu yang hebat. Yang mendidik Phana dengan baik agar dapat mencapai cita-citanya seperti orang yang sangat diidolakannya yaitu ayahnya sendiri.

"hebat nak!! Ayah bangga padamu, kau memang harus menjadi kapten. Ini akan sangat membawa nama baik ayah" ucap Tuan Thanit sambil mengelus kepala Phana. Phana tersenyum senang dan kemudian mengajak ayahnya bermain basket.

Sampai suatu hari, keputusan Pak Nam untuk menjadikan Phana kapten dirubahnya. Pak Nam mengganti posisi Phana dengan Forth yang tiba-tiba kembali setelah mengajukan pengunduran diri sebagai kapten. Phana sangat marah dan kecewa pada Pak Nam. Pada hari itu juga, Tn. Thanit mendengar kabar tersebut, Tn. Thanit mengamuk dan marah besar pada Phana. Setelah sampai dirumah, Phana langsung dibentak oleh ayahnya sendiri. Tn. Thanit memang keras dalam mendidik Phana, katanya itu juga untuk kebaikan Phana. Phana hanya bisa diam saat dimarahi oleh ayahnya. Tn. Thanit sangat kecewa mengapa bisa Phana gagal menjadi kapten pada turnamen tahun ini. Padahal turnamen ini sangat membawa pengaruh besar terhadap nama baik Tn. Thanit. Setelah kejadian itu, Tn. Thanit tidak berbicara pada Phana. Ny. Pimpakan juga tidak dapat berbuat apapun, karena Ny. Pimpakan tahu bahwa watak suaminya sangat keras. Ny. Pimpakan juga kecewa pada Phana mengapa posisi itu mudah sekali lepas dari tangan Phana.

Beberapa hari kemudian, Tn. Thanit tidak keluar dari kamarnya hampir seharian. Ny. Pimpakan menelfon Phana dan menyuruh Phana untuk pulang. Phana segera pulang dari kampus. Saat masih ada kedua orang tuanya, Phana tidak tinggal di asrama. Phana pulang dan pergi dari rumahnya yang berada di Chiang Mai. Lalu setelah orang tuanya tidak ada, Phana tinggal di asrama hingga sekarang.

Sampai dirumah, Phana segera menghampiri ibunya yang sudah menangis di depan kamarnya. Phana menanyakan apa yang terjadi pada ayahnya.

"ayahmu.. ayahmu bunuh diri di kamar Pha" ucap Ny. Pimpakan terbata-bata sambil menangis sesegukan.

Mendengar itu, tubuh Phana langsung melemas dan air mata lolos dari pelupuk matanya. Rumah Phana sudah dipenuhi banyak orang yang datang membantu mengeluarkan jenazah ayahnya dari dalam kamar. Phana tidak dapat berkata apapun, hatinya sangat hancur. Phana juga merasa bersalah karena dia gagal menjadi kapten dan ayahnya bunuh diri karena malu pada teman-teman mantan atlet yang lain. Dan ayahnya bunuh diri karena Phana juga sudah merusak nama baik ayahnya.

Setelah kejadian itu, Ny. Pimpakan juga merasa hancur. Sampai suatu hari, Ny. Pimpakan pergi membawa semua barang-barangnya saat Phana sedang kuliah. Ny. Pimpakan pergi meninggalkan Phana sendirian dan menulis surat untuk Phana.

Phana.. maafkan ibu karena ibu harus pergi. Ibu tidak bisa tinggal disini karena ibu terus mengingat ayahmu. Ibu harus mempunyai kehidupan baru agar bisa melupakan ayahmu. Ibu tahu kau juga sangat kecewa, tapi ibu yakin kau pasti bisa melaluinya. Jangan khawatirkan ibu, ibu akan baik-baik saja. Sekali lagi maafkan ibu, kau harus tetap memperjuangkan mimpimu karena ayahmu pasti akan bangga di Surga jika kau menjadi seperti ayahmu.-Ibu

APLIKASI TUKAR JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang