*2

4.8K 600 157
                                    

"Terus Syifa udah stay disini lagi?" Kalimat Nessia sempat tertahan. 2 tahun belakangan dia sudah mencurahkan seluruh hidupnya untuk Rizky, tapi tidak sedikitpun Rizky meliriknya. Rizky memang baik padanya, namun itu karena Rizky menganggapnya sahabat dan rekan kerja, tidak lebih. Bahkan selama 2 tahun Rizky selalu menyebut nama Syifa, gadis itu sangat beruntung. Dia tidak pernah benar-benar pergi dari hidup Rizky. Raganya memang tidak ada di samping Rizky, tapi seluruh hati Rizky hanya untuk gadis itu.

"Iya kata Tante Chandra. Aku sempet telfonan. Persis setelah Syifa ninggalin aku di restoran. Aku cinta sama dia Nes, jauh lebih besar dari aku cinta sama diri aku sendiri." Rizky memijit pelipisnya.

"How come? Dia ngga pernah ada disini! Dia bahkan ngga pernah liat kamu! Dia justru udah tunangan dan kamu bilang minggu depan tunangannya itu ketemu sama orang tuanya. Rizky, you deserve better. Bukan perempuan yang ngga punya perasaan kaya dia." Nessia membanting dokumen yang sedang ingin ia serahkan.

Rizky memicingkan matanya. Dia kesal dengan kalimat yang Nessia keluarkan. "Perempuan yang ngga punya perasaan? Kamu ngga kenal dia nes, dia yang udah ngubah hidup aku. Dia yang bikin aku semangat ngejalanin ini semua. Dia yang dulu selalu bilang kak ayo semangat dong kakak harus kuliah, harus punya masa depan yang jelas. Katanya mau nikahin aku. Kalimat itu yang aku pegang sampe sekarang nes."

"Dulu kan? Sekarang nyatanya? Dia mau nikah sama orang lain Rizky. Kamu jahat kalo ambil Syifa dari laki-laki itu." Nessia duduk di kursi di hadapan Rizky, menatap Rizky tajam.

"Syifa ngga pernah berubah nes. Dia pasti ngga cinta sama laki-laki itu. Dari cara dia natap aku, cara bicaranya sama aku. She's still mine. Aku ngga pernah nganggep kita putus, karena aku ngga pernah mengiyakan waktu Syifa bilang itu terakhir kali." Rizky balas menatap mata Nessia seolah ingin menelannya bulat-bulat.

Menghembuskan nafas kasar, Nessia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu ruangan Rizky. "Terserah kamu. Terserah kalo kamu memilih untuk sakit hati lagi nantinya ngeliat Syifa sama tunangannya. Jangan bilang aku ngga pernah ngingetin." Nessia menutup pintu dengan cukup keras.

Rizky mengacak rambutnya. Dia benar-benar tidak bisa fokus melakukan pekerjaannya setelah Syifa kembali muncul di hidupnya.

***

"Ini Bu Syifa, draft perjanjian kontrak untuk pengadaan raw matterial dari pusat." Citra, asistennya menyerahkan dokumen di atas meja Syifa. Syifa memang langsung menduduki posisi manager legal di perusahaan properti terbesar di Indonesia ini. Dia sangat disegani oleh tim yang berada di bawah pengawasannya. Muda, cantik dan pintar itulah gambaran Syifa dari timnya. Tidak banyak yang tau bahwa dulunya Syifa seorang pemain sinetron.

Syifa yang sedang berdiri menatap kosong ke arah luar dari lantai 44 gedung di daerah Jakarta Barat itu tidak menanggapi sedikitpun kalimat Citra.

Citra mendekat ke arah Syifa. "Maaf Bu Syifa, apa ada yang bisa saya bantu? Ruangan ibu ada yang membuat tidak nyaman?"

Kali ini Syifa mendengar kalimat Citra. "Oh engga Citra, ruangan ini nyaman sekali. Sorry, tadi kamu bilang apa? Saya lagi kurang fokus."

"Ini bu perjanjian kontrak dengan pusat untuk pengadaan raw matterial yang sudah saya buat draftnya." Citra mengangkat kembali dokumen di atas meja dan mengulang kalimatnya.

"Ngga papa, taro disitu aja. Nanti saya pelajari ya." Syifa kembali menatap nanar ke arah luar.

"Kalau ada yang bisa saya bantu, ibu bisa bilang. Atau ibu mau cerita sama saya? Dari awal masuk, ibu keliatan murung sekali." Citra memberanikan diri bertanya pada atasannya ini.

Syifa menoleh pada Citra.

Citra yang mendapat tatapan dari Syifa langsung bergegas mundur. "Maaf bu kalau saya lancang. Saya hanya ingin membantu ibu sebisa saya. Kalau begitu saya permisi bu, maaf sudah mengganggu waktu ibu."

No DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang