*11

5.1K 682 271
                                    

"Jadi Syifa mau shabby chic aja? Rizky ngga papa tapi?" Tante Rina, Wedding Organizer yang akan mengurus pernikahan Rizky dan Syifa bertanya.

"Aku terserah Syifa aja tan." Rizky menatap kertas-kertas dihadapannya.

"Kan yang mau nikah kita kak. Bukan aku doang atau kakak doang. Jadi kalo ngga setuju bilang. Jangan terserah-terserah aja." Syifa mulai kesal dengan Rizky yang daritadi hanya membolak-balik kertas yang berisi berbagai macam konsep pernikahan yang Syifa usulkan. Menurut Syifa, ia tidak terlihat tertarik dengan semua konsep yang Syifa gambarkan disitu.

Tante Rina tersenyum melihat Syifa memasang wajah seperti itu. Dia hanya terlihat ingin lebih diperhatikan oleh Rizky, sepenglihatannya.

"Loh kok jadi ngegas? Bukannya bagus kalo semuanya terserah kamu, aku mah gimana aja yang penting kita nikah kan?" Rizky menanggapi omongan Syifa sambil meliriknya sedikit.

"Siapa yang ngegas sih. Aku bener dong bilang kalo yang mau nikah bukan aku sendiri? Kenapa dari tadi ngga ngasih masukan apa-apa? Aku tau kok kakak ngga suka sama konsep yang aku mau, tapi kenapa ngga bilang yang kakak mau kaya gimana, kan biar enak." Syifa setengah berteriak, lupa kalau tidak hanya sedang berdua dengan Rizky disitu melainkan ada Tante Rina juga.

Tante Rina semakin tersenyum melihat tingkah dua sejoli dihadapannya. "Hey, udah dong. Masa mau nikah malah ribut-ribut gini. Jangan disugestiin kaya yang orang-orang suka omongin, kalo mau nikah pasti banyak berantemnya lah atau apalah. Kalian santai aja dong sayang."

"Lah Syifa tante, liat sendiri kan Rizky daritadi diem aja terus dia tiba-tiba ngeselin malah ngegas ngomongnya sama calon suami kok kaya gitu." Rizky menimpali santai kalimat Tante Rina.

Berbeda dengan Rizky, Syifa justru semakin merasa tidak dalam mood yang baik. Entah kenapa dia kesal sekali melihat tingkah Rizky hari ini. "Kalo semuanya terserah aku, aku mau pulang aja tan. Capek. Aku udah nyiapin itu dari kemaren-kemaren, tapi bahkan dikomentarin aja engga." Syifa langsung bangkit dari kursinya dan keluar dari ruangan Tante Rina.

Rizky terdiam menatap kepergian Syifa sampai disadarkan oleh tepukan di bahunya. "Di kejar ky. Syifanya lagi sensitif itu. Kamunya yang harus ngertiin."

"Hhhhhhhhh lagi dapet kali ya tan. Yaudah Rizky pamit tante." Rizky berdiri dan menyalami Tante Rina lalu ketika sampai di depan pintu, Rizky kembali memutar tubuhnya. "By the way tan, pake aja konsep yang Syifa mau ya. Apapun yang bikin dia bahagia. Rizky juga pasti suka." Rizky mengedipkan sebelah matanya sebelum akhirnya benar-benar keluar membuat Tante Rina menggelengkan kepalanya. Dasar anak muda, saling cinta tapi saling gengsi minta diperhatiin.

Setengah berlari Rizky mencoba menyusul Syifa namun langkahnya terhenti saat di lobby gedung dia melihat Syifa sedang berpelukan dengan laki-laki yang asing baginya. Dia tidak mengetahui siapa laki-laki yang berani-beraninya memeluk calon istrinya itu. Dengan tergesa Rizky menghampiri mereka.

"Ehmmm." Rizky berdehem cukup kencang.

Syifa yang masih memeluk laki-laki yang tidak terlalu tinggi namun sangat ganteng menurut Rizky ini melirik dari sudut matanya. "Oke deh kalo gitu Mas Feb, ngga nyangka malah ketemunya disini. Salam buat Kak Pay ya, sehat kandungannya ya. Nanti whatsapp alamat rumah ya Mas."

Laki-laki yang ternyata bernama Febri itu tersenyum mengangguk lalu menunjuk Rizky dengan matanya. "Your Fiance?"

Syifa mengangguk kecil. "Iya Mas Feb, Ini Kak Rizky. Kak, ini Mas Febri tutornya Ezra di Tokyo."

Febri dengan ramah mengulurkan tangannya. "Febrian Nindyo."

"Rizky." Rizky menyambut dingin uluran tangan Febri. "Well, sayang kita harus pulang sekarang karena kita harus bahas soal yang tadi dan ini juga udah malem." Rizky memeluk pinggang Syifa posesif.

No DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang