*19

5.2K 729 92
                                    

Mama Chandra dan Papa Romel sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Mereka langsung bersiap begitu Syifa memberi kabar kalau Rizky masuk rumah sakit. Begitupun Mama Ika, sedang menunggu taksi online-nya. Dia berusaha tenang walaupun padahal dia benar-benar cemas dengan keadaan anak laki-lakinya itu.

Ilham sedang mengurus administrasi perawatan Rizky karena dia tidak tega kalau melihat Syifa yang harus mengurusnya. Syifa hanya menangis di depan ruang Instalasi Gawat Darurat. Di perjalanan tadi, Rizky kembali tidak sadarkan diri. Syifa takut terjadi sesuatu yang buruk dengan suaminya itu mengingat Rizky memang punya penyakit maag kronis.

"Syifa." Mama Chandra langsung duduk dan memeluk anak bungsunya itu ketika sampai.

"Ma... Kak Rizky kesakitan banget tadi. Aku takut dia kenapa-kenapa." Syifa menangis di pelukan mamanya.

Melihat putrinya yang sangat khawatir itu Papa juga berusaha menenangkan. "Ngga papa Rizky pasti baik-baik aja, kan itu lagi di tanganin dokter dek."

Tidak lama kemudian Mama Ika juga datang bersamaan dengan Ilham yang baru saja selesai mengurus administrasi. Melihat Ibu mertuanya, Syifa langsung memeluknya. Mama Chandra tersenyum melihat anaknya sudah sedekat itu dengan mertuanya.

"Gimana Rizky? Awalnya gimana sih sayang?" Mama Ika mengusap lembut punggung anak menantunya.

Melihat Syifa yang masih menangis memeluk mertuanya, Ilham memutuskan untuk membantu menjelaskan. "Jadi tadi Rizky ke kantor Ilham tante, curhat soal dia sama Syifa. Dari awal dateng emang dia mukanya pucet banget, cuma Ilham pikir karena dia emang lagi berantem sama Syifa aja makanya begitu. Terus tiba-tiba dia mau jalan jatoh gitu aja. Tadi di kantor sempet sadar pas ada Syifa terus pas jalan kesini pingsan lagi."

Mama Chandra dan Papa Romel serta Mama Ika mengangguk mengerti akan penjelasan Ilham. Baru Mama Ika ingin menanggapi, seorang dokter muda keluar dari ruang Instalasi Gawat Darurat.

Syifa langsung menghampiri dokter itu. "Gimana suami saya dok?"

"Diagnosa awal Pak Rizky terkena Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau biasa kita kenal dengan dispepsia dimana kondisi yang ditandai dengan nyeri pada ulu hati atau sensasi terbakar di dada akibat naiknya asam lambung menuju esofagus. Itu sama seperti gejala yang dirasakan Pak Rizky yang ibu jelaskan pada kami tadi. Kita harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada lambung Pak Rizky bu, kalau Ibu izinkan biarkan kita melakukan endoskopi pada Pak Rizky agar bisa memberikan penanganan terbaik untuk Pak Rizky karena dikhawatirkan sudah terjadi peradangan pada lambung Pak Rizky." Dokter yang bernama Adit itu berusaha menjelaskan sedetail-detailnya tentang penyakit yang diderita Rizky.

"Silahkan dok. Lakukan yang paling baik buat suami saya." Syifa kembali memeluk mama mertuanya.

Mama Ika menganggukkan kepalanya kepada dokter muda itu. Dokter Adit lalu tersenyum dan memberi tahu bahwa Rizky akan dimasukkan ke dalam ruang rawat biasa untuk menunggu jadwal endoskopi yang baru akan dilakukan besok.

***

"Syif..." panggil Rizky lemah.

Syifa yang sedang merapikan meja disebelah brankar Rizky di salah satu kamar VVIP rumah sakit swasta terkenal di Jakarta Selatan itu langsung menghampiri suaminya. "Iya kak, kakak mau apa? Minum? Atau ada yang sakit? Yang mana yang sakit kak?"

Rizky tersenyum melihat Syifa yang sangat mengkhawatirkan dirinya. "Engga, aku ngga mau apa-apa. Cuma mau pulang."

"Ngga usah ngaco. Besok pagi kakak harus di endoskopi takut ada peradangan di lambung." Syifa mengusap lembut dahi Rizky yang mengeluarkan keringat. Dia masih menahan sakitnya ternyata, karena menurut dokter Adit kalau Rizky berkeringat padahal ruangannya sudah sangat dingin, ada sakit yang tertahan yang sedang dirasakan. "Maafin aku ya kak. Cuma karna keegoisan aku, kakak harus sampe parah begini. Aku bukannya nyiapin kakak makan malem, nyiapin sarapan, makan siang. Malah pergi ninggalin kakak. Jadi sampe gini." Tambah Syifa sambil menangis.

No DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang