*7

5.1K 666 243
                                    

"Halo?" sapa Syifa saat mengangkat telepon dari Rizky.

"Dimana Syif?" Rizky to the point.

"Dijalan." Syifa menjawab ketus. Sesungguhnya dia masih tidak ingin terlihat membutuhkan Rizky. Dia harus kembali beradaptasi lagi setelah 7 tahun berpisah.

Rizky tersenyum saat mendengar nada bicara Syifa. "Aku tunggu kamu di sushi tei deket rumah kamu ya."

"Aku masih jauh. Ada apa sih kak? Kan bisa ngomong lewat telepon aja." Syifa benar-benar tidak siap untuk bertemu Rizky lagi setelah kejadian kemarin dia memeluknya spontan.

"Aku ngga bisa ngomong lewat telepon. Harus ngomong langsung. Ini lebih penting dari apapun." Rizky mempercepat bicaranya. "Udah pokoknya aku tungguin kamu disini ya." Tanpa menunggu jawaban Syifa, Rizky mematikan teleponnya sepihak.

Syifa pun membanting hpnya ke kursi di sampingnya. "Dasar nyebelin. Masih aja ngga berubah dari dulu selalu maksain kehendak."

***

"Ada apa? Aku ngga bisa lama-lama. Ada kerjaan yang harus aku urus." Syifa masih berdiri di samping meja.

Rizky yang sedang menunduk memainkan hpnya langsung mendongak mendengar suara gadis yang ia cintai itu. "Duduk dulu bisa kan syif?"

Dengan cepat dan tanpa senyum di wajahnya Syifa menduduki kursi di hadapan Rizky. "Kak maaf tapi waktu aku bener-bener ngga banyak. Aku harus review hasil meeting divisiku tadi karna aku harus kasih report ke Pak Daru besok."

"Iya Syifa calon istriku yang pinter banget. Kamu sekarang pinter dan bertanggung jawab banget atas pekerjaan kamu ya. Aku suka." Rizky tersenyum menggoda.

Syifa tidak menyangka Rizky berani menyebutnya seperti itu, dia menghela nafas panjang sebelum berbicara. "Sejak kapan aku jadi calon istri kakak?"

Rizky lalu bangun dari tempat duduknya dan berjongkok di samping kursi Syifa, menggenggam kedua tangan Syifa dan menarik Syifa untuk menghadap ke arah dirinya. "Sejak hari ini. Syifa, aku ngga mau nunda-nunda lagi. Aku ngga mau kehilangan kamu lagi untuk kedua kalinya. Sekarang, di hadapan kamu aku meminta kamu untuk menjadi istri aku. Menemani sisa hidup aku untuk beriringan membangun rumah tangga, membesarkan anak-anak kita, dan tumbuh tua bersama."

Syifa tidak dapat menutupi keterkejutannya, dia hampir saja mengeluarkan bola matanya kalau memang bisa. Beberapa pengunjung sudah memperhatikan mereka dengan senyuman-senyuman yang iri dan merasa terharu melihat laki-laki yang melamar gadis itu adalah laki-laki yang super tampan. Syifa berusaha melepaskan genggaman tangan Rizky namun Rizky tidak memberikan celah sedikitpun untuk Syifa melepaskan tangannya.

"Kak." Hanya itu yang Syifa keluarkan sambil menatap Rizky.

Rizky lalu mengambil sesuatu dalam saku celananya dan mata Syifa benar-benar berbinar melihat kotak merah itu saat dibuka. Cincin dengan mata berlian sederhana mengilatkan cahayanya langsung pada mata Syifa. "With this ring, I gave you my heart. I promised from that day forward, you would never walk alone. My heart would be your shelter, and my arms would be your home. I wanna marry you because you're the first person I wanna look at when I wake up in the morning and the only one I wanna kiss goodnight. Because the first time that I saw these hands, I couldn't imagine not being able to hold them. But mainly when you love someone as much as I love you, getting married is the only thing left to do, So will you marry me?"

Semua orang yang ada disitu benar-benar tidak bisa menutupi kekagumannya pada laki-laki yang sedang melamar gadis dengan sangat romantis itu. Semua kalimat yang dikatakan oleh laki-laki itu adalah yang diinginkan semua wanita di dunia ini. Ah, beruntung sekali gadis itu.

No DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang