*15

5.3K 737 153
                                    

Setelah genap seminggu Rizky dan Syifa menginap di Hotel Mulia tempat dilaksanakannya pernikahan mereka, kini mereka sudah berada di rumah yang Rizky persiapkan ketika melamar Syifa waktu itu, cluster mewah di daerah Sentul yang ia beli langsung dari perusahaan properti terbesar di Indonesia yang tentu saja ia rancang sendiri karena ia merupakan arsitek proyek perumahan itu.

"Sayang, kamu kapan mulai masuk kantor?" Rizky bertanya pada Syifa yang sedang menata baju-baju miliknya dari koper-koper besar yang sudah sampai lebih dahulu dari tiga hari yang lalu di rumah itu. Rizky dan Syifa memang meminta tolong kepada Citra dan Sinda untuk mengurus barang-barang mereka dirumah barunya itu.

"Lusa. Kerjaanku udah numpuk banget. Kasian Citra ngadepin pertanyaan banyak orang. Dia juga udah banyak banget bantu aku urus ini itu segala macem." Syifa bicara sambil tangannya sibuk memindahkan isi koper.

"Aku bantuin ya. Kamu kayanya repot banget." Rizky menghampiri Syifa dan mengambil baju-baju lain dari koper.

Melihat suaminya ikut sibuk membantu, Syifa mengambil baju yang sedang berada di tangan Rizky. "Kakak tidur aja. Capek kan tadi mindahin barang-barang. Aku juga bentar lagi selesai kok."

Rizky mengangguk pasrah dan kembali menuju tempat tidur dan memainkan hpnya. Melihat hal itu Syifa tersenyum dan kembali membereskan isi lemari besar itu.

Saat sedang fokus kembali tiba-tiba Syifa teringat sesuatu. "Kak?"

Rizky yang sedang main games dalam hpnya menoleh sekilas. "Kenapa sayang? Mau dibantuin?"

Syifa menggeleng "Engga, Mama gimana?"

Sebelum mereka pindah kerumah ini sekarang. Mama Rizky ngotot untuk anak dan menantunya itu tinggal bersama dengannya, mengingat dia hanya tinggal sendiri sekarang dirumah.

"Ya mau gimana lagi, mama ngga bisa apa-apa katanya. Syif, tapi kita sering-sering ke rumah mama ya." Rizky menjawab sambil terus memainkan hpnya.

Syifa lalu menuju tempat tidur dan mengambil tempat di samping suaminya. "Maafin aku ya kak. Aku bener-bener mau hidup mandiri. Kita udah berkeluarga ya selayaknya sebuah kapal kita harus menjalankan kapal kita sendiri. Aku tau kakak berat ninggalin mama."

Rizky meletakkan hpnya di nakas samping tempat tidurnya lalu tersenyum lembut menatap Syifa, menarik istrinya itu ke dalam pelukannya dan sesekali mengusapnya. "Kamu tau seberapa penting arti mama buat aku dan kamu pun tau seberapa penting arti kamu buat aku. Kalian segalanya buat aku. Itu kenapa aku kasih pengertian ke mama kalo kita bakal sesering mungkin datengin mama, walau cuma pulang kerja sekedar makan malem? Kita ubah kebiasaan makan malem kita, kalo waktu masih tunangan kemarin kita selalu makan diluar abis aku jemput kamu, nah sekarang kita ke tempat mama atau ke rumah orang tua kamu. Itu lebih dari cukup buat aku. Lagian aku udah janji sama papa dan mama kamu untuk membahagiakan kamu, membimbing kamu dan beriringan bersama kamu. Jadi, kamu ngga perlu minta maaf untuk hal yang bukan sebuah kesalahan."

Syifa mengeratkan pelukannya pada Rizky tidak sanggup mengatakan apapun lagi. Dia benar-benar mencintai laki-laki yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya ini.

***

"Pagi Mba Syifa." Citra menghampiri Syifa diruangannya sesaat setelah Syifa datang.

"Hei. Pagi Cit. Thank you ya udah mau bantuin kerjaanku." Syifa tersenyum melihat kedatangan asisten terbaik yang dia punya itu.

"With my pleasure mba. Udah jadi kewajibanku. Gimana rasanya Mba Syifa?" Citra tersenyum menggoda.

"Rasa apa? Enak cit. Buruan deh nyusul. Hahahaha" Syifa tertawa mendengar kalimatnya sendiri. "By the way, kamu belum cerita sama aku gimana bisa Ezra tiba-tiba dateng di pernikahanku padahal yang aku tau di Jepang?"

No DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang