Side story

1.7K 179 95
                                    

Maafkan kalo banyak typo dan gaje 😌

Ini permintaan nielieputri

Selamat membaca..semoga gak sesuai harapan lu 😂


Beretta 92 itu terlepas dari tangan Midam. Tangannya gemetar. Dia melihat darah sudah mengalir di dahi Felix, menuruni pipinya. Sangat banyak.

Changbin berteriak memanggil Felix agar tetap sadar.

Namun percuma, tembakan Midam di kepala Felix sudah membawa kesadaran Felix menghilang bersamaan dengan suara tembakannya yang menghilang.

Minho dan Woojin sibuk menghubungi Ambulance.

Akhirnya Changbin menggendong bridal Felix ke ambulance dan meluncur ke rumah sakit, setelah ambulance tiba beberapa saat setelah Minho menelfon.

Midam menguatkan diri untuk menyusul.



☆☆☆

Changbin terduduk di depan pintu ruangan operasi.

Midam yang baru tiba, dan bertepatan dengan Guanlin, langsung saja dihajar Guanlin.

Guanlin dapat kabar dari Minho kalau adiknya kena tembak Midam dan dioperasi.

Minho dan Woojin serta Chan dengan sekuat tenaga menahan Guanlin.
Midam sudah bonyok sana sini.

Changbin tidak usah ditanya, nyawanya sudah tidak di raganya lagi. Dia hanya menatap kosong lorong rumah sakit.

"MASIH BERANI LU NUNJUKIN MUKA DI DEPAN GUE? SETELAH APA YANH LU LAKUIN KE ADEK GUE. BAJINGAN!"

Teriak Guanlin ke arah Midam yang masih berusaha berdiri setelah dihajar habis-habisan oleh Guanlin.

"Ma-maaf. Aku gak berniat menembak Felix."

"LEPASIN GUE. BIAR GUE BUNUH ORANG YANG UDAH BIKIN ADEK GUE MENDERITA DI DALAM SANA."

Guanlin meneriaki Chan, Minho dan Woojin.

"Lu harus tenang. Adek lu gak bakal mau punya Hyung seorang pembunuh!" Teriak Chan balik agar Guanlin tenang.

Guanlin menatap tajam ke arah Midam. Namun dia berusaha menahan keinginan membunuhnya.

"Kalo sampai adek gue kenapa-napa, lu dan keluarga lu gue hancurin! Enyah lu dari hadapan gue!"

Lalu Guanlin meninggalkan tempat itu untul menenangkan diri.

Midam yang melihat ke arah hyungnya yang sudah seperti orang kehilangan nyawa, hanya menatap merasa bersalah.

Dia berdiri dan meninggalkan rumah sakit.

"Felix, maafin gue."



☆☆☆


"Bajingan! Brengsek! Seo Midam bangsat!!"

Midam melemparkan semua botol minuman beralkoholnya ke arah cermin yang ada di kamarnya.

Menghancurkan semua barang-barang yang ada di atas meja dan benda-benda kesayangannya yang ada di lemari.

"MIDAM! BUKA PINTUNYA. MAMA MAU MASUK! KAMU JANGAN NEKAT!"

Teriak nyonya Seo dari luar pintu kamar Midam. Dia sudah tahu berita tentang Felix yang tertembak dan sedang dioperasi dari sahabatnya, Luhan, Mama Felix.

Karena kamar Midam itu tidak kedap suara, jadi semua kekacauan yang terjadi di dalam sana terdengar keluar.

"PERGI! AKU GAK BUTUH KALIAN. AKU HANYA BUTUH FELIX HIDUP! TAPI AKU SUDAH MEMBUNUHNYA. AKU GAK MAU HIDUP LAGI!"

"HEI SAYANG! Felix masih berjuang. Dia kuat. Dia akan bertahan. Kamu gak boleh putus asa. Kalau kamu putus asa seperti ini, Felix akan kecewa! Kamu gak mau Felix kecewa kan?"

Nyonya Seo berteriak putus asa dari luar. Midam terhenyak mendengar penuturan Mamanya.

Cklek.

Midam membuka pintu kamarnya dan memeluk Mamanya erat dengan air mata yang sudah berurai di pipinya.

"Tapi...tadi aku melihat Felix menutup mata dan darah mengalir deras di kepalanya."

"Sayang..lihat Mama. Felix itu anak yang kuat. Dia akan bertahan. Kamu harus mendoakan operasinya berhasil agar dia tetap hidup."

Nyonya Seo menghapus air mata yang mengalir di pipi putra bungsunya itu.

Dia melihata miris putranya yang kini sudah berantakan dan acak-acakan. Apalagi ditambah bekas tonjokan Guanlin yang tak bisa dibilang ringan.

"Kita obati luka kamu. Nanti kalo operasi Felix berhasil, kita kesana."

Yixing membawa putranya turun ke lantai satu mansion mereka, ke ruang tengah tepatnya. Dia mengambil kotak P3K dan mengobati luka-luka di pipi Midam bekas tonjokan Guanlin dan tangan Midam bekas dia menghancurkan cermin di kamarnya.

☆☆☆

Beberapa hari setelah Operasi Felix berhasil dan masih koma, Midam tetap mengurung dirinya di kamar. Tanpa makan dan minum.

Setiap hari dia melukai dirinya sendiri. Dia tidak merasakan sakit fisik.
Sakit di hatinya yang menghancurkannya secara perlahan.

Tepat 3 hari sebelum Natal, akhirnya Papanya mendobrak pintu kamar Midam.

Dan Midam ditemukan pingsan dengan pergelangan tangan sudah penuh darah.


☆☆☆

S

atu hari sebelum Natal.
"Kamu balik ke Amerika. Nanti putra teman Papa yang nemenin kamu disana. Namanya Yedam."

"Tapi Pa, Felix belum sadar."

"Kamu mau masuk penjara? Kamu hampir bunuh dia. Jika dia tidak sadar setelah operasi. Kamu akan dipenjara karena kasus pembunuhan."

Midam terdiam. Meskipun kini dia ingin sekali membunuh dirinya (lagi), namun keinginan untuk bertemu Felix saat sadar lebih kuat.

"Nanti sore kamu ke Amerika diantar Mama kamu. Jangan membantah! Ini demi kebaikan kamu. Tiket dan barang kamu sudah Mama kamu siapin."


☆☆☆



Fel,
Gue minta maaf
Karena gue, lu harus merasakan dinginnya ruang operasi
Karena keegoisan gue, lu harus berada di antara hidup dan mati
Karena kebodohan gue, lu harus merasakan berjuang melawan maut
Gue berdoa lu bisa bertahan, gue ingin suatu saat nanti gue bisa minta maaf langsung sama lu
Bukan lewat kertas ini
Gue kembali ke Amerika untuk menjani terapi
Gue minta maaf karena ninggalin lu yang sedang berjuang di ruang dingin itu sendirian
Gue harap lu sadar dan bahagia sama hyung gue
Gue terlalu egois sudah ganggu hubungan kalian
Gue mencintai lu
Tapi gue sadar, hyung gue lebih mencintai lu
Lu harus bertahan, hyung gue nunggu lu
Jangan tinggalin dia
Dia seperti kehilangan nyawa tanpa lu

Seo Midam



SELESAI ~

Miracles in December - CHANGLIX ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang