Selera

31 1 3
                                    

Karakter: Royyan (Jonghyun Nuest), Riri (OC), dll

.
.
.

Bel pergantian jam pelajaran berbunyi, menandakan bahwa jam olahraga Kelas IPA 5 selesai sekaligus juga jadi jam olahraga Kelas IPS 1 dimulai.

Royyan, Pram, Dito, dan Reski berjalan ke arah lapangan sambil mengobrol. Namun obrolan mereka terhenti saat menyadari salah satu teman mereka terdiam.

"Muke lo kenapa Yan langsung berubah gitu??" Dito bertanya heran.

"Tuh liat." Reski dengan santai menunjuk ke arah lapangan.

Empat pasang mata itu pun kini melihat dua orang yang sedang berjalan bersisian.

Rosyid dan Riri.

Rosyid dengan santainya mengacak-acak rambut Riri dan tertawa, sementara Riri terlihat kesal dan mengomel.

"Ga nyangka gue, Riri masuk list-nya Ochid juga." Komentar Dito.

"Dia segala-gala diembat sih." Pram ikut komentar singkat.

"Terus lo mau gimana, Yan? Mau ngalah sama si Playboy?"

Pertanyaan Dito tak terjawab, karena orang yang dibicarakan sekarang menghampiri mereka.

"Oi, bro!"

Rosyid, Seno, dan Takim menyapa Royyan, Pram, Dito, dan Reski.

"Woi, bro!" Dito balas menyapa. Dia menggunakan kesempatan untuk bertanya, "Gue liat, lo ada mangsa baru nih.."

Rosyid terlihat kaget. "Hah? Siapa? Riri?"

Dito manggut-manggut sambil senyum.

Rosyid tertawa. "Dia gemesin sih."

Satu kata dari Rosyid mampu membuat Royyan mengepalkan tangannya.

Kalau saja Riri tidak sedang berjalan ke arah mereka juga, mungkin Royyan sudah mengeluarkan ultimatum pada Rosyid untuk tidak bermain-main dengan gadis itu.

"Ah, ada orangnya. Gue pergi dulu ya.." Ochid langsung pamit begitu melihat Riri berjalan mendekat.

Sementara Riri masih sibuk merapikan rambutnya saat berjalan melewati Royyan dan teman-temannya. Genggaman erat Winda yang berjalan di sebelahnya, membuatnya tersadar akan kehadiran orang lain.

Pram.

Cowok yang ditaksir Winda.

Dan di sebelah Pram, ada Royyan.

Lelaki yang disukai Riri.

Riri sedikit tersentak dengan kehadiran Royyan. Dia malu harus lewat di depannya dalam keadaan kacau. Dia mengutuk Rosyid dalam hati karena sudah membuatnya terlihat mengerikan di hadapan Royyan.

"Ga nyapa nih?" Dito dengan santai bertanya pada Riri dan Winda.

Mungkin kalau dilihat oleh orang lain, Dito seperti seorang preman yang sedang menggoda gadis. Tapi Riri dan Winda sudah mengenal Dito lebih dari dua tahun. Mereka cukup paham, lelaki sangar ini hanya sedang bersikap ramah.

"Selamat pagi Kak Dito.." Winda menjawab dengan sedikit bercanda.

"Gue doang yang disapa? Tumben si Pram dianggurin." Dito menggoda Winda. Dia tau Winda naksir Pram.

Pram mengesah, "Mulai lagi deh, lo."

"Kan cuma nyapa, Pram.." Dito tertawa. Tapi di detik berikutnya dia mengganti sasaran. "Ri, kok lo diem aja sih?"

"Oh.." Riri tersentak dari pikirannya tentang tanggapan Royyan saat melihat dirinya. "Halo Dito, Pram, Reski,..." Riri berhenti sejenak saat matanya menangkap Royyan yang sedang mengalihkan muka. Dia melanjutkan sapaannya dengan lirih, "...Royyan. Kami duluan ya, soalnya abis ini pelajarannya Pak Rahmat, harus buru-buru masuk kelas. Dah.."

Riri langsung menarik Winda pergi dari hadapan segerombolan lelaki itu.

Dan seperti biasa, Pram, Reski, dan Dito harus menarik Royyan agar sadar dari lamunannya sendiri.

"Olahraga dulu, bro! Jangan kebanyakan mikir!"

.
.
.

Istirahat siang, setelah sholat Dzuhur, Royyan, Pram, Dito, dan Reski makan di sudut favorit mereka, belakang kantin.

Dito makan semangkok bakso dengan lahap, Reski minum es kelapa muda, dan Pram minum jus. Cuma Royyan yang tidak menambah asupan energinya setelah olahraga.

"Lo masih mikirin Riri, Yan?" Tanya Reski santai.

"Makanya lo tu gerak, Yan! Jangan diem aja. Naksir kok ga ngomong2. Mau sampe kapan dipendem terus?? Ntar diembat Ochid baru nyesel!" Dito ngeracau sambil ngunyah baksonya.

Royyan masih terdiam. Dia memang seperti itu. Untuk urusan perempuan, dia sangat kaku.

"Emang lo beneran naksir Riri, Yan?" Tanya Pram sambil mengaduk jus anggurnya. Sambil lalu dia bertanya lagi, "Emangnya apasih yang lo suka dari dia? Gue liat dia orangnya biasa aja, ga ada yang menarik.."

"Selera lo yang plinces sih, Pram.. Liat Riri jadi biasa aja.." respon Reski sambil tertawa.

"Emangnya selera gue ketinggian gitu? Ga juga ah.." sanggah Pram.

Royyan yang sedari tadi diam, kini angkat bicara, "Lo aja yang ga bisa liat sisi menariknya Riri, Pram. Preferensi orang kan beda-beda." Jelas Royyan tegas. "Tapi gue juga ga harus ngasih tau sisi menariknya Riri dimana, karena gue ga butuh penilaian selera gue dari orang lain."

Kalimat yang keluar dari mulut Royyan seketika membuat ketiga sahabatnya itu terdiam.

Untung Dito orangnya santai, dia bisa membuat keadaan canggung tadi kembali normal dengan menyenggol Royyan, "Woy, santai kali, Yan! Ga usah ngegas.."

"Iya, lo kalo kesel ke Ochid sono marah ke Ochid, jangan dilimpahin ke Pram gini.." Reski ikut mengingatkan Royyan.

Tapi sudah kepalang tanggung, salah Pram sendiri kenapa memancing amarahnya saat api di hatinya sedang tersulut.

Royyan berdiri sambil bicara, "Gue beli es dulu, mau ngademin otak.." Dia pun beranjak pergi ke arah kantin.

Pram memperhatikan sahabatnya dari kecil itu. Dia mungkin terlihat diam dan cuek, tapi sesungguhnya di dalam dirinya sedang ada badai cemburu yang dahsyat.

Ujung bibir Pram sedikit terangkat, dia bicara dalam hati, Ngademin otak apa ngademin hati? Dasar Royyan, segitunya suka sama cewek tapi ga mau ngomong. Ckck.

Tapi kemudian Pram terdiam, dia teringat kata-kata Royyan tadi. Apa selama ini selera gue ditentuin dari pandangan orang lain? Bukan dari diri gue sendiri? Ah gue ga ngerti..

#bgm: Yuna ft. Usher - Crush

.
A/N: gatau tetiba kepikiran bikin gini aja, hahaha. Oh, kukasih extra
.

Ekstra:

"Chid, lo beneran mau ngedeketin Riri?" Tanya Seno heran.

"Enggak. Gue cuma seneng aja sama reaksinya.." Rosyid menjawab sambil tersenyum.

Seno bertanya lagi, "Reaksinya Riri?"

Takim langsung menyanggah, "Seruan reaksinya Winda kali.."

Rosyid cuma bisa tertawa. Tapi dalam hati dia bicara, Bukan reaksinya Riri. Tapi reaksinya Royyan. Keliatan banget cemburunya, hahaha

daybreak storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang