Month of June

24 1 1
                                    

Karakter: Riri (OC), Royyan (Jonghyun Nuest)

.
.
.

Mendengar suara pemberitahuan halte pemberhentian berikutnya membuatku tersenyum. Sebentar lagi aku akan bertemu dengannya.

Dari dalam bis saja aku sudah melihat-lihat ke dalam halte, mencari tau apa dia sudah datang. Dan saat pintu bis terbuka, aku melangkahkan kakiku keluar tidak sabar. Dan benar saja, dia sudah ada di sana.

Mengenakan pakaian serba biru, dia nampak sangat tampan. Dan saat dia tersenyum, semua orang di sekitarnya mengabur. Hanya ada dia. Fokusku di dunia ini. Lelaki pemilik senyuman terhangat di dunia.

 Lelaki pemilik senyuman terhangat di dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah nunggu lama?" Tanyaku padanya.

"Belom. Baru nyampe juga kok." Jawabnya. "Hari ini kita mau kemana?"

Aku tersenyum. "Udah ikut aja.."

Aku pun mengajaknya berjalan ke arah keberangkatan bis.

Sebenarnya aku hanya akan mengajaknya ke Kemang. Royyan juga sudah menawariku untuk pergi dengan motornya, tapi aku memilih untuk naik bis. Karena bis punya arti yang berbeda untuk kami. Di dalam bis inilah percik cinta itu dimulai.

.
.
.

Flashback sekitar tiga tahun yang lalu. Saat itu kami masih kelas satu. Hari keempat aku bersekolah di SMA, hari pertama setelah selesai MOS.

Aku berangkat seperti biasa dengan menggunakan bis. Hanya saja perjalanan dari halte PIM ke Ekin sedikit lebih lama, biasa macet di Jakarta memang kadang tak terduga. Di halte Ekin, aku harus pindah trayek bis untuk bisa sampai di halte terdekat dari SMA-ku. Semua biasa saja, namun tiba-tiba seorang ibu hamil yang duduk di dekatku mencengkeram tanganku sambil mengerang.

"Bu, kenapa?" Tanyaku panik.

Si ibu tidak menjawab dan hanya terus mengerang kesakitan sambil tangannya yang lain memegang pinggangnya. Orang-orang di dalam bis pun memperhatikan dan juga mulai panik.

Ada wanita muda yang mendekat dan mencoba menolong, "Bu, coba tarik napas dalam-dalam, terus keluarkan perlahan."

"Kasih tempat, jangan ngeruyuk, ibunya ga bisa napas." Petugas bis juga ikut menginstruksikan.

Aku sudah berjongkok di sampingnya, tanganku masih dicengkeramnya kuat.

"Kayanya mau melahirkan deh.."

Hah? Melahirkan?? Batinku mencelos.

"Suruh turun di halte depan aja.."

"Jangan, turun di PT. Graha aja yang paling deket RSPP!"

Semua orang ribut menyatakan pendapatnya. Tapi begitu ada yang bertanya, "Siapa yang mau nemenin?"

Semua orang terdiam. Dan mereka melihat ke arahku. "Dek, kamu temenin ibunya sampe ambulancenya dateng ya.."

daybreak storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang