Tepat pukul delapan lebih dua belas dan detik ke tiga puluh tiga, Alga mengambil buku Fisika yang dua kali lebih tebal dari buku bahasa Indonesia. Matanya mencari sosok yang kemarin malam baru saja di ajaknya kencan.
Bibir merahnya mengulum senyum, tak sengaja membuat siswi yang sedang mencuri pandang terpikat. Kaki jenjangnya melangkah ke bangku paling pojok di perpustakaan. Rupanya gadis itu sedang membaca novel.
Alga mengambil alih duduk disebelah Agatha yang bersende pada tembok dengan buku yang menutupi wajahnya.
"Tha."
Tak ada sautan dari gadis di depannya. Ia mencoba menyenggol telapak kaki Agatha. Tapi tak ada respon sama sekali. Sampai akhirnya ia berfikir jika Agatha tertidur. Ternyata sikap yang satu ini belum hilang juga dari dirinya.
Alga tersenyum jahil, pun ia berdiri dari kursi. Jika orang-orang akan berfkkir bahwa Alga akan mengagetkannya, mereka salah. Justru Alga berbalik, menuju rak Fisika dan beralih mengambil buku bahasa Indonesia.
Fajar yang melihat sempat heran dengan Alga. "Lo ngapain ambil buku itu Ga?"
Alga menoleh.
"Sekarang Fisika kali Ga. Lo ngantuk?" Sahut Adi dari belakang Fajar, dengan dua buku paket Fisika dengan cover berbeda.
"Atau lo gak bisa move on dari mantan?" Celetuk Fajar, dan Adi menjitaknya.
"Gak ada hubungannya bego."
Fajar mendengus, "Ada. Otak seseorang akan terganggu jika dia belum bisa melupakan orang yang ia sayang." Celotehnya yang Adi tanggapi dengan ekspresi datar.
"Gila."
Mata Fajar melotot, "Lo tanya atau apa Ga?"
Alga mengangguk. Kening Fajar berkerut dan Adi menjitak Fajar lagi."Ya dia tanya lah bego."
Fajar berdecak, "Bukan gila, tapi otaknya gak bisa konsentrasi karena ia terlalu sibuk memikirkan satu obyek saja." Lanjutnya bijak.
Alga menatapnya tanpa ekspresi. Adi segera menggeret Fajar ke tempat semula. Kemudian Alga menuju bangku gadis itu lagi.
Tangannya terulur ke kepala Agatha.
Tuk.
Gadis itu berjengit kaget, berteriak. "Kampret!!"
Bagaimana tidak berteriak, seseorang memukul kepalanya dengan buku tebal. Agatha jamin orang yang sudah menganggu tidurnya ia akan Agatha jadikan orang yang mengerjakan semua tugasnya.
Petugas perpus itu mengisyaratkan untuk Agatha agar diam. Pun Agatha mengangguk malu, lalu menatap Alga sengit.
"Di perpus itu bukan buat tidur." Alga duduk di kursi sebelah Agatha.
Agatha berdecak, "Suka-suka gue lah, mata juga mata gue."
"Makanya kalo malem jangan buat nonton drama, belajar." Alga menyentil kening Agatha yang disambut dengan keluhan gadis itu.
Agatha cemberut. Ia tidak bisa menepati janjinya sebelum tidur tadi, ia tidak bisa membiarkan Alga tetap disekitarnya.
Merasa gadis di sampingnya diam, Alga kembali menoleh. Menatap wajah Agatha yang damai sedang membaca novel teenlit.
"Heh baca pelajaran, jangan novel mulu." Katanya sambil menutup novel. Agatha mendengus kesal.
"Iyaya Alga bawel." Tanpa duga Alga tersenyum lebar, yang membuat Agatha kicep. Jarang-jarang mendapatkan senyum lebar cowok itu.
Agatha mengerjap, "Terus lo kenapa baca Indonesia bukan Fisika?" Ucapnya lancar menghilangkan rasa gugup.
Hampir satu menit Alga diam menatap Agatha. "Gue sengaja nukar buku," kening Agatha mengerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha
Teen Fiction"AWAS NABRAK MANTAN!!" Setidaknya peringatan itu yang harus Agatha waspadai ketika ia berlari atau berjalan di belokan lorong kelas. Pasalnya ia selalu menabrak Alga Afandi yang profesinya adalah mantan Agatha. "Lo ngode banget buat balikan ya Tha?"...