20. Malam

1.3K 53 11
                                    

"Lo gapapa?" Tanya Alga menyodorkan satu eskrim yang diwadahi cangkir ukuran 7 cm x 12 cm.

Alga menanyakan itu karena ia melihat ekspresi gadis itu ketika anak kecil itu kembali pada ibunya. Bukannya menjawab ia malah berdecak kagum.

"Wuooh." Mata Agatha membelalak menatap eskrimnya, eskrim coklat dengan toping coklat batang dan dua wafer roll coklat, tidak lupa dengan susu coklat dan butiran-butiran coklat yang membuat Agatha enggan memakannya, terlalu sayang.

Alga melirik, eskrim itu belum Agatha sentuh sama sekali, seperti baru saja merasakannya. Senyum Agatha masih mengembang, membuat Alga nyaman memandangnya tidak lagi melirik. Alga tak tahu apa yang menyebabkan Agatha tersenyum sebahagia itu hanya karena eskrim.

"Gue bisa beliin lo lagi, sekarang habisin." Agatha masih diam menatap eskrimnya.

Alga menarik nafasnya, lalu menggeser eskrim itu dari pandangan Agatha membuat gadis itu berjengit. "Apa perlu gue suapin?"

Agatha menepuk pelan lengan Alga, "Gak usah modus." Alga tertawa pelan melihat ekspresi Agatha yang menurutnya lucu.

"Sampai kapan lo mau kenalan sama sepatu gue?" Membuat cengiran lebar di wajah cantik Agatha. Sekarang ia tahu kenapa sedari tadi gadis itu tidak berhenti tersenyum, alasannya Agatha menginjak kaki Alga yang baru saja Alga sadari ketika ia hendak merubah posisi duduk. Jika boleh jujur injakan Agatha tak ia rasakan sakit. Justru menimbulkan sensasi lucu tersendiri, sikap Agatha yang ia tidak dapatkan dari gadis manapun.

Agatha gadis spesial, terutama bagi dirinya.

Dengan sedikit terpaksa, Alga tidak bisa merubah posisi duduknya agar mendekat pada Agatha hanya untuk mengetuk kepala Agatha ketika gadis itu ceroboh memakan eskrimnya. Jadi yamg mampu ia lakukan hanya mrmandang Agatha tanpa melakukan gerakan lainnya.

"Lo milik gue." Agatha merasakan jika Alga menatapnya intens, ia menoleh mendapatkan iris mata hitamnya yang menatap ia lembut.

Sekarang Agatha percaya jika orang cuek lebih ekspresif dibanding orang yang selalu menunjukkan ekspresinya. Kini orang yang dikenal cuek dan terkesan dingin membuat pernyataan jika dirinya adalah milik sosok cowok bertubuh bidang itu.

Agatha mengerjap, menetralkan degupan jantungnya, kakinya melepaskan injakannya pada kaki Alga. Mereka berdua beradu tatap, sampai akhirnya Agatha harus mengusap dahinya karena sentilan jahil Alga.

Alga selalu bisa merubah suasana apapun sesukanya, hal itu membuatnya kesal. Alga terkekeh melihat Agatha cemberut. Lalu dengan ekspresi kesalnya gadis itu melanjutkan makan eskrimnya lagi.

"Gemes." Agatha melirik, enggan menatap wajah Alga yang sekarang memasang ekspresi santainya. Alga mencubit pipi kiri Agatha, hal yang sudah lama tak ia lakukan pada gadis itu. Agatha kaget dengan tangan reflek melepaskan tangan Alga dari pipinya.

"Biar makin tembem."

"Gue gak tembem!" Sungut Agatha. Faktanya Agatha mempunyai tubuh ideal, ia memang suka makan tapi seberapa banyak ia makan, berat badannya masih stabil.

"Makanya itu biar tembem." Alga kembali mencubit pipi kiri Agatha. Agatha sempat berfikir hantu apa yang sudah membuat Alga melakukan hal seperti ini lagi.

Agatha melupakan satu hal, ketika dengan santainya cowok itu mengatakan jika dirinya adalah miliknya. Pernyataan macam apa itu? Agatha mendengus.

"Nanti pipi gue tembem satu." Sewotnya yang menimbulkam gelak tawa Alga. Sekarang cowok itu murah tertawa, benar-benar banyak ekspresi sekarang.

Menyebutkan kata-kata Agatha adalah kode, Alga mencubit pipi kanan Agatha membuat gadis itu memberengut kesal. Dan Alga suka ekspresi Agatha, gadis itu semakin imut jika seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang