15. Simbol

775 27 1
                                    

Alta merangkul akrab Agatha, tak heran lagi mereka berdua seperti itu. Pasalnya siswa Cendrawasih paham jika Alta dan Agatha sahabat kecil, walaupun mereka sering mengira jika Alta itu Alga dan sebaliknya.

"Pagi kaka ipar." Agatha berdecak mendengar sapaan Alta. Ia menepis kasar tangan Alta dari pundaknya. "Gak usah rangkul-rangkul!"

"Kenapa? Takut Alga lihat terus cemburu?" Alta mempererat rangkulannya lagi. Mereka menjadi tontonan pagi di lorong kelas. Agatha mendengus, melepaskan lengan Alta.

"Gak ada hubungannya sama Alga!" Alta memiringkan kepalanya, "Masa sih? Bukannya dulu gara-gara gue rangkul lo, lo jadi putus sama Alga?" Alta kembali merangkul Agatha. Dirinya belum puas jika belum membuat Agatha marah.

Agatha yakin jika Alta tahu penyebab dirinya putus sama Alga. Agatha melirik lengan Alta yang di pundaknya lagi. Ia memutar mata jengah. "Mending kita deket kaya dulu lagi yuk Ra!" Ajak Alta tepat dengan Amal keluar dari kelas Agatha.

Alta langsung melepaskan rangkulannya. Agatha tersenyum canggung, ia menyesal tidak melepaskan rangkulan Alta tadi. Amal berdeham, "Tadi gue cari lo Tha." Amal melirik Alta yang Alta sadari.

"Lo cari Agatha apa gue Mal?" Goda Alta mengurangi rasa canggung. "Cari lo," Amal terkekeh dan Alta merasakan perasaan berbeda.

Agatha tergelak, "Amal kangen tuh Ta! Masa Amal terus yang ngapelin lo! Ah cemen lo!" Agatha mendorong Alta hingga cowok itu menabrak tembok.

Terlalu waw jika tiba-tiba Agatha mendorongnya keras, bahkan Alta baru merasakannya tadi, mungkin itu adalah pembalasan Agatha dengan rangkulannya tadi.

"Mal soal rangkulan jangan lo peduliin! Alta emang gila!" Agatha memiringkan jari telunjuknya di kening lalu masuk kelas bermaksud memberikan waktu berdua untuk Amal dan Alta.

Amal tertawa, "Lo udah minum obat Ta?" Tanyanya dengan wajah serius, Alta mengerutkan kening. "Gue gak sakit Mal." Amal menaikan satu alisnya, "Masa sih? Yakin?" Alta mengangguk bingung.

"Lo kan gila. Jadi harus minum obat." Alta tercengang dan Amal tergelak, memasuki kelas menemui Agatha, bermain di kelas IPA sebelum bel berbunyi.

"Ini yang gila gue apa Amal?" Alta bermonolog, menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Lalu pergi ke kantin menemui Adi dan Fajar, dua curut dengan tingkat cerdas dan bego.

"Alta lo makin hari makin ganteng."

"Tadi malam gue mimpiin lo Ta!"

Mimpi apa yang di mimpikan dengan cewek yang baru saja berteriak. Alta sempatkan menatapnya,membuat mata cewek itu berbinar. Alta berbalik.

"Alta pulang bareng gue yok!"

"Ayok!" Lantangnya menjawab membuat siswi di lorong kelas itu berteriak histeris. Alta mendekati cewek tadi. "Maksud lo minggat kan?" Cewek itu menggeleng, "Bukan Ta, nanti kena hukum." Ujar cewek itu. Alta mendengus lalu berbalik menuju kantin. "Trus maksud lo ngajak gue pulang tadi apa? Gaje lo." Membuat cewek tadi terdiam bingung.

Alta melanjutkan lagi langkahnya.

"Alta gue sayang lo!"

"Alta I Love You."

"Gue mau jadi mantan lo Ta."

"Gue mau jadi istri lo Ta."

Alta berdecak. Sebenarnya apa yang dimakan siswi Cendrawasih sampai-sampai mereka selalu berteriak ketika ia lewat. Ia tahu pesonanya tak kalah dengan artis Korea yang marak di kalangan remaja. Dan muka Alta tergolong ganteng dari lahir. Alta tau itu.

"Alta. Lo gak ganteng!" Alta berhenti berjalan. "Tapi lo manis." Alta mengangkat jempolnya pada cewek itu yang membuat beberapa siswi merasa iri karena ia direspon Alta kembaran Alga.

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang