Satu

1.7K 133 4
                                    

"Nya, sori ya aku telat. Biasa jalanan agak macet siang ini." sahut Venna tergopoh-gopoh sambil menarik kursi.

"Bilang aja gara-gara kamu bangun kesiangan ini bu!" sahut Sonya.

Venna hanya bisa tertawa melihat tingkah Sonya yang memanyunkan bibirnya. Bagaimanapun Sonya adalah salah satu sahabat waktu SMA yang masih berhubungan baik dengan Venna sampai sekarang. Mereka sudah kenal hampir 11 tahun dan nyaris tidak pernah bertengkar, meskipun mereka sudah tidak satu universitas.

Sonya juga merupakan salah satu cewek cantik tapi sporty waktu SMA. Dia merupakan salah satu andalan tim voli sekolah. Matanya yang bulat dan poninya yang panjang selalu menjadi ciri khas Sonya dari dulu sampai sekarang.

"Ih ga gitu juga kali Nya. Beneran jalanan macet, aku udah ngebut beneran!" ujar Venna.

"Iya deh iya percaya. Gimana kerjaan? Masih sibuk seperti biasanya?"

"Jelas. Pekerjaan udah seperti sungai yang tidak pernah berhenti mengalir. Baru aja selesai satu kerjaan, udah ada tiga kerjaan yang menunggu. Btw gimana tuh Erwin? Lama ga terdengar ceritanya." sahut Venna.

"Erwin masih baik-baik aja. Dia lagi sibuk buat satu apotek lagi, kalau udah gitu mah udah ga bisa diganggu." sahut Sonya.

"Ya at least Erwin lebih baik dari mantan kamu yang sebelumnya kan?" sahut Venna sambil mulai memilih minuman untuk dipesan.

"Jauh jauh jauh lebih baik sih Ven. Kamu lagi dekat sama siapa sekarang?"

"Masih sendiri. Kenalin dong makanya Nya." celetuk Venna.

"Bukannya teman kantormu yang namanya Shane itu lumayan yah Ven? Kenapa ga sama dia aja?"

"Ngga deh kalau sama Shane, udah terlalu kenal luar dalam sama dia. Ga seru malah kalau dia dijadiin pacar." sahut Venna.

"Jangan terlalu memilih lho Ven. Time is ticking slowly but sure."

"Iya aku tahu Nya, cuma kayaknya aku memang agak sial kalau masalah percintaan. Kebanyakan selalu bertepuk sebelah tangan, apa mungkin karena aku gendut dan jelek ya?" sahut Venna.

"Kamu itu berisi, bukan gendut lah. Jangan berasa inferior deh Ven."

Memang benar katanya Sonya, Venna termasuk cewek yang berisi. Sebenarnya dia tidak termasuk kategori wanita yang sangat obesitas, tapi Venna selalu kurang percaya diri dengan bentuk tubuhnya dan pipi chubbynya. Padahal justru pipinya yang chubby terkadang membawa daya tarik tersendiri.

"Biasa, penyakit lama sering keluar kalau galau gini soalnya Nya."

"Kamu tuh fluffy. Kan gemash jadinya!" sahut Sonya.

"Tuh kan sama aja kali Nya!"

"Cowok itu memang makhluk visual, tapi bukan berarti fisik harus yang nomer satu. Mereka sekarang lebih mementingkan sifat dan kenyamanan kok daripada fisik." sahut Sonya menjelaskan.

"Iya ibu psikolog. Ampun deh, hehehe." sahut Venna sambil menempelkan kedua tangan di depan dada.

"Oh ya, teman-teman SMA kita bakal mau adain reunian lo Ven! Kalau ga salah sih bulan depan. Aku barusan dichat sama Jessica. Dia lagi mengumpulkan kontak teman-teman, nanti rencananya mau dibuat grup gitu."

"Jessica? Jessica anak XIIPA2 dulu?"

"Iya Jessica yang itu. Masih inget kan?" sahut Sonya.

"Inget lah. Bentar ya aku pesen minum dulu. " sahut Venna sambil berjalan ke arah seorang pelayan kafe.

One Moment in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang