"Halo." sahut Venna.
"Kamu di mana Ven? Di kantor kah?" tanya Edbert.
"Masih di luar nih. Kenapa?"
"Oh gitu, nanti pulang kantor jam berapa?" sahut Edbert.
"Jam 5 kayaknya. Kenapa?"
"Oh gitu. Ya udah nanti aja deh." sahut Edbert sambil mengakhiri teleponnya.
"Siapa Ven?" sahut Kenzo sambil mulai makan tteobokki yang baru saja datang.
"Temen pas SMA."
"Cieh temen apa temen nih?"
"Penasaran melulu nih bocah! Tapi ya Zo, katanya kamu udah mengurangi intensitas kontak sama Mella, cuma aku masih lihat nama Mella nangkring di pesan whatsappmu."
"Wah wah ini mulai stalker ya kamu! Kan mengurangi bukan berarti sama sekali ga kontak lho Ven." sahut Kenzo berusaha membela diri.
"Iya percaya deh percaya. Kamu jadi beli ga dompet yang kamu tunjukkin?"
"Jadi dong. Aku beli sesuai yang kamu pilih itu." sahut Kenzo.
Semenjak dekatnya Kenzo dan Venna, Kenzo selalu menanyakan setiap saran dari Venna sebelum membeli barang. Entah mulai dari dompet sampai ke beras sekalipun, itu pasti akan tanya ke Venna. Sampai-sampai Venna berpikir bahwa dia layaknya ibu buat Kenzo.
"Gila kenyang bego aku!" ujar Kenzo sambil memegangi perutnya.
"Ya jelas kenyang, kamu lho makan segitu banyak." sahut Venna sambil menunjuk piring kosong.
"Iya juga sih. Kamu langsung pulang kah habis ini?"
"Iya. Nanti seminggu ini aku kerja di rumah aja." sahut Venna.
"Aku juga ah. Males lagian masuk kantor kalau ga ada siapa-siapa." ujar Kenzo.
Setelah Venna dan Kenzo berpisah, Venna masih memikirkan alasan kenapa Edbert menghubunginya setelah sekian minggu. Venna pun memutuskan untuk menyetir pulang dan melihat sebuah mobil yang tidak asing sudah ada di depan rumahnya.
"Edbert? Ngapain dia di depan rumah?"
Venna pun memarkir mobilnya di dalam garasi dan berjalan keluar lalu mengetuk jendela mobil tersebut.
"Eh ven, baru datang?" ujar Edbert dengan raut wajah kaget setelah menurunkan jendelanya.
"Iya baru aja. Napa Ed?"
"Hmm oh hmm ngga, ini aku bawain kamu makanan. Bentar ya." sahut Edbert sambil keluar dari mobil dan mengambil kotak makanan di pintu belakang.
"Ini buat kamu." sahut Edbert menyerahkan satu loyang pastel tutup ke Venna.
"Ini dalam rangka?" sahut Venna dengan wajah tidak percaya.
"Dalam rangka.. Udah bantuin aku kapan hari cari kotak putih yang sudah ketemu." sahut Edbert terbata-bata.
"Tapi kan bukan aku yang nemuin Ed?"
"Iya sih tapi.. tapi kamu udah usaha Ven dan aku menghargai itu." sahut Edbert.
Edbert.. Edbert.. Daridulu ga pernah bisa menutupi kalau dia lagi bohong atau lagi cari alasan. Wajahnya yang bingung itu yang ngangenin sebenarnya #loh
"Tapi ga perlu segininya sih Ed." sahut Venna.
"Kan bisa buat kamu makan sekeluarga. Oh ya gimana kabarmu sekarang?"
"Baik sih, kamu gimana?"
"Baik juga." sahut Edbert.
Kemudian Venna dan Edbert terdiam sambil menyembunyikan kekikukannya.
Udah gini doang Ed? Ngomong apa kek? Ayo coba ngomong Ed batin Venna.
"Hmm.. Kamu udah makan malam?" tanya Edbert.
"Belum sih, cuma masih agak kenyang. Kamu udah?"
"Belum sih. Bentar ya Ven." sahut Edbert sambil meraih handphonenya yang berbunyi.
"Halo Ser? Iya ini aku masih di luar. Besok? Ya udah kita tukeran jaga aja ga masalah. Oke." sahut Edbert sambil mengakhiri pembicaraan.
"Seraphine?" tanya Venna.
"Iya, dia minta tukar jadwal jaga. Hmm kamu sibuk ga?"
"Kenapa?" sahut Venna tanpa sadar menunjukkan nada jutek.
"Kalau ga sibuk, boleh temani aku makan?" tanya Edbert.
"Oke. Aku taruh makanan ini dulu ya ke dalam." sahut Venna.
***
Sepanjang perjalanan, Venna dan Edbert terdiam sambil mendengar lagu yang dilantunkan radio.Now the day bleeds
Into nightfall
And you're not here
To get me through it all
I let my guard down
And then you pulled the rug
I was getting kinda used to being someone you loved"Jadi kita mau kemana Ed ini?" tanya Venna.
"Kita ke kafe aja kali ya, makan yang ringan." sahut Edbert.
"Ooo.. Oh ya maaf kalau aku ga menghubungi kamu beberapa minggu ini." sahut Edbert melanjutkan pembicaraan.
"No worries. Kamu kan sibuk, aku juga. Jadi ga masalah Ed, ga usah terlalu dipikirin."
"Kamu ga kepikiran menghubungi aku dalam beberapa minggu ini?" tanya Edbert tiba-tiba.
"Uhuk.. Bukannya ga mau menghubungi kamu, cuma aku takut ganggu aja. Apalagi aku yakin kamu juga pasti sibuk sama urusan rumah sakit dan Seraphine." sahut Venna keceplosan.
"Seraphine? Kan aku ga ada hubungan apa-apa sama Seraphine." sahut Edbert dengan bingung.
"Ya hmm maksudku Seraphine itu kan juga di dokter rumah sakit yang sama ya, maksudnya sibuk gantian jaga gitu." sahut Venna.
"Oh.. Tapi aku ga ada hubungan apa-apa sama Seraphine."
"Kalau ga ada apa-apa, kenapa ada foto kalian berdua di instagram?" tanya Venna dengan suara mengecil.
Iya selama beberapa minggu ini, sebenarnya Venna masih terlalu gengsi untuk menghubungi Edbert duluan meskipun sebenarnya ngarep #lah. Kegiatan malam harinya dihabiskan dengan stalking instagramnya Edbert dan ditemukannya photos tagged from Seraphine. Foto di mana mereka berdua diwisuda. Gitu katanya ga ada apa-apa! Dasar cowok ga peka!
"Apa ven? Kamu tanya apa?" sahut Edbert.
"Ga jadi Ed. Nanti aja." sahut Venna.
***
HAPPY MONDAY READERS!
Sori kalau kemarin ga publish ya, enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
One Moment in Time
ChickLitVenna Damara adalah seorang wanita yang bekerja sebagai manager keuangan di sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Di umurnya yang sudah di ambang 20-an, seharusnya dia sudah membangun keluarga seperti masyarakat pada umumnya. Ternyata, karir yang...