Dua Belas

603 71 5
                                    

Memang benar sih semua kata Sonya.. Apa benar Venna selama ini belum sesungguhnya move on dari Edbert?

You have a new message

Kenzo: Eh gimana tadi rapid testnya lancar kah?

Venna pun meraih handphone dan langsung membalas pesan dari Kenzo.

Venna: Lancar kok, siang ini bakal diinfo hasilnya gimana. Hopefully semua negatif ya

Kenzo: Bagus deh kalau gitu. Jangan lupa nanti nemeni aku rapid test kalau aku sudah selesai karantina hehe

Venna: Kan bisa pergi sendiri lhoooo..

Kenzo: Kan maunya ditemenin lhooo..

Venna: Haduhhh manja looo anak ini

Kenzo: Kan aku udah lama ga pulang surabaya, makanya nanti temenin pokoknya ya kak! lol

Belakangan ini semenjak Venna dekat dengan Kenzo, Venna menemukan banyak sisi lain dari Kenzo yang ia kenal. Awalnya, Venna berakhir Kenzo adalah anak yang ramah, baik, humoris, perhatian, pokoknya semua sifat positifnya bisa Venna jabarkan sampai berlembar-lembar.

Namun setelah mengenal, Venna pun menyadari bahwa di balik semua itu, Kenzo adalah sosok anak yang manja, susah mengambil keputusan dalam segala hal, makanya Kenzo sangat bergantung pada Venna akhir-akhir ini. Venna pun menyadari bahwa dia susah berkata tidak dengan semua ajakan atau keinginan Kenzo.

***

Setelah merapikan alat-alat di Rumah Sakit, Edbert pun gelisah memikirkan raut wajah Venna yang nampak tidak nyaman melihat dia. Sudah lebih dari satu jam dia hanya mondar-mandir di depan ruangan.

Kenapa pada saat ketemu Venna malah begini jadinya. Udah lama ga ketemu malah memberikan kesan yang kurang baik batin Edbert berkecamuk.

"Bro kok ga pulang malah daritadi mondar-mandir ga jelas melulu." sahut Septian membuyarkan pikiran Edbert.

"Lagi pusing nih."

"Kenapa? Soal cewek nih ya pasti?" ledek Septian.

"Ya intinya gini, tadi aku kan ditugasin untuk ngambil sampel rapid test di satu perusahaan gitu. Nah ternyata, di sana ada teman SMAku yang udah lama aku ga ketemu."

"Oh terus?"

"Awalnya ya baik-baik aja, cuma kayaknya dia kurang nyaman pas lihat aku sama Seraphine."

"Emang kamu sama Seraphine ngapain?"

"Ya ga ngapa-ngapain, cuma kan kamu tahu Seraphine kadang kan kepo ya gitulah pokoknya aku jadi sungkan kalau begini." sahut Edbert.

"Pasti ini bukan teman biasa nih.. Kalau teman biasa, ga mungkin sampai membuat seorang Edbert Benedictus mondar-mandir ga jelas kayak gasing daritadi sampai ga pulang-pulang." sahut Septian.

"Aku harus ngapain ya?" tanya Edbert.

"Say sorry? Kalau ga coba telpon dia deh, cari topik kek apa, paling ga kamu bisa membaca mood dia sekarang kayak gimana. Cewek itu harus dicoba dimengerti bro, meskipun sebenarnya kamu ga akan pernah mengerti." sahut Septian menambahkan.

"Salah cerita sama kamu memang, ga memberi solusi." sahut Edbert sambil meninggalkan Septian.

Edbert pun berjalan menuju parkiran mobil sambil berusaha memikirkan topik yang akan digunakan sebagai alasan untuk menelpon Venna.

Oh mungkin aku harus tahu hasil rapid test tadi, supaya itu bisa jadi alasan untuk menelpon Venna.

Edbert pun berbelok arah dan menuju ke tempat suster Anna sembari menanyakan hasil rapid test tadi. Suster Anna mengatakan bahwa seluruh karyawan yang dites teruji negatif. Edbert pun langsung menelpon Venna saat itu.

"Halo.." sahut Venna.

"Halo Ven, ini Edbert." sahut Edbert menahan kegugupannya.

"Iya kenapa Ed?"

"Hmm ini aku mau info kalau hasil rapid test atas semua karyawan yang dites itu negatif." sahut Edbert.

"Oh iya, tadi aku sudah dapat e-mail dan ditelpon dari pihak Rumah Sakit juga Ed." sahut Venna.

"Oh gitu.. Hmm.."

"Kenapa Ed? Ada lagi yang mau kamu omongin?" tanya Venna.

"Ohh itu Ven, tadi kayaknya ada alat yang tertinggal deh, modelnya kayak satu kotak warna putih gitu ada tanda palang merah gitu di kotaknya." sahut Edbert.

"Ketinggalan di mana Ed? Nanti coba aku bantu carikan."

"Kayaknya sih di ruangan rapat tadi, kalau ga sih di luarnya gitu." sahut Edbert.

"Oh oke nanti aku kabari ya kalau ketemu barangnya." sahut Venna.

"Oke, makasih ya Ven." sahut Edbert mengakhiri telepon.

Kotak putih? Jelas tidak ada barang yang tertinggal sebenarnya di perusahaannya Venna! Tapi karena Edbert sudah kehabisan akal untuk mencari topik, akhirnya jadi ada alasan itu supaya lebih lama sedikit ngobrol dengan Venna.

***

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Sebelum Venna pulang, ia mengecek lagi apakah ada kotak putih yang dimaksud Edbert di kantor. Ia pun juga telah memastikan ke pihak office boy dan tidak menemukan kotak putih tersebut.

Venna pun memutuskan untuk menelpon Edbert karena khawatir bahwa kotak tersebut berisi barang-barang yang penting.

"Halo Ed." sahut Venna.

"Ya Ven?"

"Ini aku udah cari-cari kotak putih itu di kantor, tapi aku belum nemu Ed. Isinya barang penting kah? Ini aku juga udah minta bantuan office boy buat cariin." sahut Venna.

"Oh gitu, gapapa Ven nanti aku besok cek lagi di rumah sakit, takutnya aku yang terlewat. Maaf ya jadi merepotkan."

"Gapapa Ed, ini maaf juga aku baru sempat cari ini sekarang." sahut Venna.

"Kamu belum pulang berarti daritadi?"

"Iya belum. Ini tadi masih sibuk kerja, makanya baru sempat cari-cari kotak kamu sebelum pulang."

"Oh gitu.. Biasanya memang selalu malam kah kamu pulang?" tanya Edbert.

"Hmm tergantung deadline sih Ed. Kebetulan akhir-akhir ini ya malam terus, cuma besok aku kerja dari rumah kok." sahut Venna.

"Ohh.. Oh ya, kamu nyetir sendiri kah kalau ke kantor?"

"Iya, tapi ini nanti aku panggil taksi sih, soalnya mobilku kebetulan dipakai hari ini." tambah Venna.

"Taksi? Rumah kamu jauh dari kantor?" tanya Edbert.

"Hmm 30 menit mungkin kalau ga macet. Ya udah, nanti kabari aja ya Ed kalau udah nemu kotaknya." sahut Venna berusaha mengakhiri pembicaraan.

"Eh eh Ven, tunggu di sana ya, kamu ga usah manggil taksi. Aku antar aja." sahut Edbert tiba-tiba.

"Hah? Ga usah Ed ngapain! Udah biasa kok naik taksi lagian."

"Jangan, kamu udah hmm bantuin aku cari kotak juga. Udah tunggu aja ya, jangan kemana-mana. Mungkin 20 menit lagi aku sampai." sahut Edbert.

"Loh Ed ga per.." sahut Venna dengan bingung karena Edbert sudah mengakhiri pembicaraan.

**

Happy Sunday readers!

One Moment in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang