Tujuh Belas

538 56 1
                                    

Tidak terasa beberapa minggu telah berlalu semenjak pertemuannya dengan Edbert. Sejak hari itu memang mereka belum berkomunikasi kembali, karena Venna sedang dilanda kesibukan dan Edbert juga merasakan hal yang sama. Tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka saling berharap bahwa salah satu dari mereka akan menghubungi terlebih dahulu.

Hari ini Venna memutuskan untuk ke kantor sejenak untuk mengambil beberapa keperluan.

Kenzo is calling..

"Napa Zo?" sahut Venna sambil mencari kunci mobil.

"Eh kamu ke kantor ga hari ini?"

"Iya, ini mau jalan ke sana. Napa?"

"Aku juga! Eh nanti kita ketemuan ya di kantor!"

"Oke." sahut Venna sambil mematikan teleponnya dan mulai menyetir menuju ke kantor.

Hari ini sudah mulai diterapkan rencana new normal, di mana 30% dari karyawan sudah mulai masuk kembali ke kantor. Tapi untuk sebagian besar departemen yang belum ada keperluan masuk kantor, diharapkan tetap bekerja dari rumah.

"Ven!" teriak Kenzo.

"Welcome back!" sahut Venna dengan tersenyum lebar.

"Eh cieee nampaknya kakak Venna udah berubah nih!" sahut Kenzo.

"Berubah apaan? Sama aja kok."

"Hmm kayaknya kamu lebih kurusan deh daripada tahun lalu." sahut Kenzo sambil berpikir.

"Makasih lho udah notice! Ya hidup sehat lah ya Zo. Udah tua gini juga." sahut Venna sambil tersenyum.

Sebenarnya Venna memang sedang menjalankan program dietnya. Namun, motivasinya bukan karena setelah bertemu Edbert atau setelah mengenal Kenzo, tapi lebih tepatnya Venna sudah lelah menjadi cewek chubby selama hidupnya dan memutuskan ingin hidup lebih sehat.

"Kamu jaga makan atau sama olahraga juga?"

"Sebenarnya sih sama olahraga, cuma karena gym belum buka jadi ya jaga makan aja."

"Eh cieeee boleh dong nanti aku ikutan gym juga?"

"Tumben kamu jadi anak gym?"

"Biar ga makan terus! Kebiasaan lama di Hong Kong jadi tambah buncit nih." sahut Kenzo menunjuk perutnya.

Padahal buncitnya lho masih ga ada setengah lemaknya Venna di perut.

"Oh ya nanti makan bareng aja yuk sekalian. Gimana?"

"Oke bos. Kamu yang traktir ya!" sahut Venna.

***

Venna dan Kenzo memutuskan makan di restoran Korea di dekat kantor. Sebagai pecinta drama korea, Venna tentu saja sangat hobi untuk menyantap makanan Korea.

"Mba, tteobokki sama jjangmyeon nya masing-masing satu ya." ujar Venna.

"Kamu pelanggan tetap ya di sini? Kayak udah familiar banget sama menunya. Pesan aja ga lihat menu lagi."

"Oh jelas. Aku mah gitu anaknya. Oh ya Zo, aku boleh nanya sesuatu ga?"

"Tanya apa? Bentar nih aku mencium firasat yang ga enak kalau kamu tiba-tiba mau nanya beginian." sahut Kenzo.

"Tapi jangan deh nanti kamu ga mau jawab."

"Apa coba? Kalau aku rasa aku ga mau jawab ya udah." sahut Kenzo.

"Oke. Kamu sama Mella hubungannya apa sih sebenarnya?" tanya Venna.

"Sudah ku duga kamu bakal tanya tentang ini!" sahut Kenzo sambil tertawa.

Jadi Kenzo itu dulu dikabarkan dekat dengan seorang wanita bernama Mella. Mereka kebetulan dulu satu divisi waktu di Hong Kong dan beredar kabar kalau mereka sebenarnya dekat dan sudah jadian.

Venna sebenarnya sudah menahan hasrat keingintahuannya ini sejak lama, tapi dia tidak memungkiri bahwa dia merasa tidak nyaman kalau dekat dengan Kenzo, sedangkan ada wanita lain yang juga dekat dengan dia.

"Jadi jawabannya Ven.." sahut Kenzo sambil menahan tertawa.

"Apa? Udah jadian ya?"

"Jadi jawabannya adalah..."

"Jangan buat orang penasaran woi!" sahut Venna.

"Jadi jawabannya.." ledek Kenzo sambil memperhatikan wajah Venna yang lucu karena tidak sabaran.

"Kalau ga mau kasih tahu ya udah, aku ga maksa." sahut Venna.

"Ngga kok, aku ga jadian. Tapi jangan tanya alasannya karena apa."

"Lah padahal baru mau tanya, kamu cenayang ya bisa baca pikiranku?" tanya Venna.

"Ga penting soalnya untuk dibahas. Intinya ya ga jadian, udah lega ga sekarang?"

"Meskipun kamu ga mau cerita, aku bisa duga kok salah satu faktor kalian ga jadian." sahut Venna.

"Tuh kan, dasar pecinta drama ya gini ini, nanti menciptakan skenario sendiri. Pokoknya intinya ya aku belum siap aja kalau harus LDR." sahut Kenzo.

"Kenapa? Kan Mella juga ga bakal lama di Hong Kong."

"Tapi dia bakal baliknya pun ke Jakarta bukan ke sini. Daripada nanti kita berantem dan hubungan persahabatanku sama Mella jadi ga enak, mendingan aku ga jadian aja. Aku ga mau merusak hubungan yang udah baik."

"Tapi di satu sisi, kalau Mella suka kamu terus gimana?"

"Aku tahu sih tentang hal ini. Banyak teman-teman bilang kalau Mella sebenarnya suka sama aku, cuma aku mulai membatasi diri aja. Lagian mungkin ini jalannya Tuhan juga, tiba-tiba aku dipindah balik ke Surabaya." sahut Kenzo.

"Tapi lho Zo, berat bagi seorang cewek buat menjalani persahabatan dengan cowok yang disukainya. It's totally a torture!"

"Makanya aku udah kurangi frekuensi kontak sama dia, aku ga mau kasih dia harapan Ven kalau terakhirnya juga ga bakal jadi sama dia." sahut Kenzo.

"Makanya jadi cowok itu jangan terlalu baik ke semua orang, yang ada itu disalah artikan dek!" sahut Venna.

"Kan ga mungkin aku berubah jadi jahat kali Ven? Seorang Kenzo memang sudah dari lahir ya sifatnya baik."

"Dasar! Jangan jumawa! Tapi apa semua cowok bisa kayak kamu ya? Bisa membatasi perasaan dengan sahabat sendiri?"sahut Venna.

"Ga semua sih, kalau aku ngelihatnya aku memang suka sama dia lebih dari sahabat dan bisa membayangkan hidupku sama dia, then she's the one. Sesimpel itu."

"Kamu sih enak ngomong gitu, coba kamu udah di ambang 30, it's not that simple bro!"

"Iya-iyaa yang udah mau 30." ledek Kenzo.

"Eh dasar bocah nih ya!" sahut Venna sambil tertawa.

Tiba-tiba handphone Venna bergetar dan muncul sebuah notifikasi.

Edbert is calling..

***

Hi guys! Maaf kemarin ga sempat update, cuma ini aku kasih bonus agak panjang sedikit chapternya dari yang biasa. Happy weekend! Xoxo

One Moment in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang