Tidak rasa sudah seminggu berlalu sejak waktu reuni tersebut. Venna disibukkan banyak agenda untuk mempersiapkan protokol new normal ketika para karyawan diharapkan bisa kembali masuk ke kantor. Memang belum semuanya yang harus masuk, hanya departemen kritikal terlebih dahulu yang diwajibkan untuk masuk kantor.
Venna diberi tanggung jawab untuk mengatur protokol new normal di bagian departemen finance, oleh karenanya dia pun sibuk untuk mempersiapkan jadwal rapid test untuk para karyawan departemen finance yang berjumlah hampir seratus orang tersebut.
"Bu, jadi yang ruangan rapat Nusantara itu akan kita dedikasikan untuk rapid test. Ini sudah saya buat jadwalnya dari besok jam 9 pagi sampai jam 12 siang. Jadi per jam ada kurang lebih 30 orang yang akan menjalani tes." sahut Lina menelpon Venna.
"Oke kamu email aja kalau gitu Lin. Nanti saya kabari pihak rumah sakitnya ya supaya bisa datang ke kantor kita. Oh ya, jangan lupa nanti emailnya juga diblast ya, supaya semua pada tahu kapan gilirannya ke kantor." sahut Venna menambahkan.
"Baik Bu. "
Venna pun melanjutkan pekerjaannya sambil menghubungi pihak rumah sakit mengenai jadwal pemeriksaan besok.
You have a new message.
Kenzo: Makan apa ya enaknya..
Venna: Makan orang aja gimana?
Kenzo: Kaniballll! Lagi banyak masalah ta?
Venna: Pusing ngurusin jadwal buat besok rapid test massal :(
Kenzo: Oh kamu PICnya? Semangat ya gaes! Lah nanti aku kalau dateng, harus test juga?
Venna: Kamu sih harusnya karantina dulu 14 hari baru bisa ngantor kali.
Kenzo: Eh iya juga ya! Ya udah nanti temenin ya kalau rapid test hahaha
Venna: Dasar bayi gede! Btw bentar ya aku masih sibuk ngurusin ini. Brb!
Venna pun memastikan semua daftar karyawan yang akan dites besok sambil mengecek nama dokter yang akan bertugas menangani jalannya tes besok.
dr. Seraphine Artadinata dan dr. Edbert Benedictus.
Edbert? Bentar kok nama ini familiar sekali ya. Apa ini Edbert yang sama dengan yang ku maksud?
***
"Dok, besok nanti dokter dan dokter Seraphine akan incharge untuk menangani rapid test di PT Malden International ya." sahut suster Anna.
"Tumben kita yang ditugasin sus?" sahut Edbert.
"Iya nih kebetulan dokter sendiri tahu gimana repotnya rumah sakit akhir-akhir ini. Nanti dokter Septian yang bakal bantu jaga shift."
"Iya Ed. Kok bisa ya kita jadi barengan gitu? Besok gimana kalau kita berangkat bareng aja? Apartemen aku kebetulan dekat lokasinya dengan PT Malden." sahut Seraphine tiba-tiba muncul dari arah belakang.
"Oh gitu. Jadi apa aku jemput kamu aja?" tanya Edbert menawarkan.
"Iya gitu aja kali ya lebih baik. Nanti semua keperluan mungkin bisa kita masukin dulu ke mobil kamu." sahut Seraphine sambil tersenyum.
"Oke."
***
Keesokan harinya, Venna datang ke kantor lebih awal. Sesuai dengan sifatnya yang perfeksionis, dia tidak ingin jalannya acara berlangsung terlambat. Oleh karenanya, dia sengaja datang lebih awal dari biasanya sambil menunggu kedatangan para dokter.
Tidak lama berselang, dia melihat ada sosok dua dokter yang berjalan beriringan sambil membawa alat untuk kebutuhan tes hari ini. Ia pun berjalan mendekati kedua sosok tersebut dan alangkah terkejutnya dia menemukan sosok yang selama ini dinantikan.
"Edbert?" tanya Venna dengan ekspresi terkejut.
"Loh Ven. Ini kantor kamu?" tanya Edbert dengan nada heran.
"Iya ini kantor aku. Oh jadi kamu bener dokter Edbert yang dimaksud! Makanya aku berasa familiar sama nama kamu!" sahut Venna sambil tersenyum.
"Ya ampun kok bisa ya kita ketemu di sini." sahut Edbert sambil membalas tersenyum.
"Ehem. Halo dengan bu Venna ya? Saya Seraphine rekannya Edbert." sahut Seraphine sambil mengulurkan tangannya dengan tersenyum.
Ini cewek kok cantik banget ya. Udah cantik, tinggi, putih, pinter, jadi dokter.. Kok semacam bertolak belakang dengan sayaaaa.. batin Venna
"Oh hai, iya saya Venna dan kebetulan saya yang menjadi PIC hari ini. Oh ya silahkan masuk, ini ruangan nanti untuk tesnya ya." sahut Venna sambil mengarahkan jalan ke ruangan rapat.
"Oh ya Ven kok kamu sendirian aja?" tanya Edbert.
"Iya kebetulan aku memang datang agak pagian aja, memastikan ga ada yang terlewat." sahut Venna.
"Gila masih aja rajin, ga berubah memang." timpal Edbert.
"Oh ya kalian dulu kenalnya di mana?" sahut Seraphine.
"Dulu kita teman SMA." sahut Venna.
"Oh gitu.. Pantesan. Dunia kecil ya jadi bisa ketemu lagi di sini." sahut Seraphine sambil melirik Edbert.
"I..Iya sih." sahut Edbert.
"Kalau kalian kenalnya karena kerja bareng?" tanya Venna.
"Iya, jadi aku sama Edbert itu malah barengnya dari kuliah. Terus eh kebetulan kita koas di Rumah Sakit yang sama, terus berlanjut deh kok kerjaan juga sama. Ya ga Ed?" sahut Seraphine sambil memukul manja tangan Edbert.
"Oh iya." sahut Edbert sambil memperhatikan raut Venna.
"Oh gitu.. Jodoh mungkin ya kalian?" sahut Venna dengan nada setengah sinis tanpa dia sadari.
"Bisa aja nih bu Venna! Masa dibilang jodoh?" sahut Seraphine sambil melirik Edbert dengan manja.
Nih cewek ya kok begini amat sih kelakuannya, mana Edbert diam aja kayak patung. Ga berubah memang. Tapi harusnya kan aku ga berhak marah? Tapi yang pasti kenapa emosiku mendadak naik lihat mereka berdua seperti ini?
***
Guys! Maaf ya updatenya agak telat.. Anw enjoy!! Pls vote dan comment ya guys supaya ada semangatnya nih authornya nulis lol
KAMU SEDANG MEMBACA
One Moment in Time
ChickLitVenna Damara adalah seorang wanita yang bekerja sebagai manager keuangan di sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Di umurnya yang sudah di ambang 20-an, seharusnya dia sudah membangun keluarga seperti masyarakat pada umumnya. Ternyata, karir yang...