"Kamu yakin ga mau makan apa-apa?" tanya Edbert sambil mulai memesan makanan.
"Ngga. Masih kenyang sih." sahut Venna.
"Beneran? Makan aja dulu dikit ya." sahut Edbert.
"Ngga."
"Ga usah diet lah Ven. Ini saatnya makan yang banyak supaya ga gampang sakit." sahut Edbert.
"Gak, males aja." sahut Venna.
"Kamu mau nanya apa sebenarnya? Daritadi aku lihat kayaknya kamu maju mundur mau nanya." tanya Edbert.
"Ga berubah memang kamu Ed." sahut Venna.
"Maksudnya?"
"Masih ga peka." sahut Venna.
"Ga peka kenapa?"
"Ya gitulah. Itu makananmu udah datang, makan aja dulu Ed." sahut Venna.
"Bro!" sahut Evelin menyapa Edbert yang baru saja mau menyantap makanannya.
"Loh kak ngapain?" tanya Edbert kebingungan.
"Ini nemenin Niko, ya Niko ya?" sahut Evelin sambil menoleh ke anak lelaki yang berada di sebelahnya.
"Halo Niko! Masih ingat sama Om Edbert?" tanya Edbert keluar dari kursi dan berjongkok menyapa Niko.
Niko pun hanya nampak kebingungan dan menggelengkan kepala sambil memperhatikan Evelin.
"Mana ingat lah dia dek! Kamu lho baru ketemu dia sekali." sahut Evelin.
"Niko sini Om gendong yuk?" sahut Edbert sambil mengulurkan kedua tangannya.
Niko pun dengan wajah kebingungan tapi maju ke arah Edbert. Kemudian Edbert pun menggendong Niko sambil menunjuk ke lukisan yang ada di kafe itu.
"Venna kan?" tanya Evelin.
"Ah.. Kak Evelin?" tanya Venna memastikan.
"Iya. Barusan datang kah sama Edbert?"
"Oh iya kak. Kakak sama Niko aja?" tanya Venna.
"Iya nih. Niko kebetulan lagi main-main ke rumah, jadi aku ajak sekalian jalan-jalan." sahut Evelin.
"Oh.." sahut Venna.
"Ah, Niko ini keponakan aku, anaknya sepupu gitulah. Aku sampai lupa jelasin kan." sahut Evelin.
"Ah gitu. Kak Evelin makin segar aja kalau dipotong pendek gini."
"Masa sih? Aku memang lagi suka lihat cewek kalau rambutnya pendek gitu, iseng aja cobain. Si Edbert tuh awal-awal nolak, kayak ngapain rambut pendek mending dipanjangin. Eh bentar ya Ven." sahut Evelin sambil meraih handphonenya.
Sembari menunggu Evelin berbicara di handphone, Venna pun menyaksikan interaksi antara Edbert dan Niko. Ga heran sih kalau Edbert mau jadi dokter spesialis anak, dia itu kalau ketemu anak kecil itu jadi beda. Jadi orang yang lebih lembut, kalem, perhatian, apalagi kalau lihat tatapannya sama anak kecil, beh meleleh! Bisa ga sih kalau dia jadi papa dari anakku nanti? Jangan gila kamu Venna!! Paling lemah memang kalau lihat yang beginian.
"Maaf ya jadi lama." sahut Evelin.
"Gapapa kak santai aja."
"Gimana sama Edbert? Kalian ketemu lagi setelah reunian kemarin ya?"
"Iya kak. Ya baru ketemu lagi setelah sekian tahun."
"Ohh, gimana Edbert berubah ga? Atau sama kayak yang dulu?"
"Ga berubah kak." sahut Venna.
"Masih ga peka ya?" tanya Evelin.
"Gimana?" tanya Venna.
"Bener berarti. Maklumin aja ya Ven, aku ini sudah berusaha setengah mati lho supaya Edbert ini peka dan mengerti isi hati wanita. Tapi ya susah, karena dia ga punya pengalaman memang kalau sama wanita, jadi butuh diajari!" sahut Evelin.
Venna pun berusaha menyembunyikan senyumnya mendengar penuturan dari Evelin.
"Iya lho gitu-gitu, setelah sekian tahun ini heran deh Edbert ini ga pernah ngenalin cewek ke keluarga. Yang ada cuma berkutat sama buku melulu, kalau ga ya ke rumah sakit melulu." sahut Evelin.
Oh jadi memang Edbert sama Seraphine ga ada hubungan apa-apa batin Venna.
"Hayo nih ngomongin aku ya? Nih Niko kayaknya ngantuk kak." sahut Edbert menyerahkan Niko ke Evelin.
"Ya udah aku pulang dulu. Baru ditinggal sama kamu, lihat nih udah beliin Niko es krim diam-diam." sahut Evelin.
"Ya iya kan Niko laper ya?" tanya Edbert sambil menoleh ke Niko yang memakan es krim sambil belepotan.
"Ven, aku pulang dulu ya. Dek jangan malem pulangnya, kasihan Venna. Nanti Ino ya yang bukain kamu pintu." sahut Edbert.
"Ino? Sejak kapan Ino di rumah?"
"Baru hari ini. Ya udah hati-hati ya." sahut Evelin sambil melambaikan tangan.
"Tadi Evelin ngomong apa aja sama kamu?" tanya Edbert.
"Rahasia. Makan dulu Ed, udah dingin makanannya."
"Gitu main rahasia sekarang, pasti ngomongin aku ya?"
"Ya gitulah. Oh ya Ino itu siapa?"
"Sepupu aku. Kamu yakin ga makan nih? Jadi ngeliatin aku makan aja?"
"Iya. Kenyang kok ngeliatin kamu makan." sahut Venna sambil tersenyum.
"Makan lah dikit, ga seru lo aku kalau makan sendiri." sahut Edbert.
"Ga usah Ed, kamu aja. Udah makan sana dulu." sahut Venna.
"Ya udah deh kalau kamu maksa." sahut Edbert mulai mengambil sendok.
***
Maaf gaessss updatenya jadi malem banget!
Aku usahain besok aku update, kalau aku missed juga mon maap ya gaes!! Enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
One Moment in Time
Literatura KobiecaVenna Damara adalah seorang wanita yang bekerja sebagai manager keuangan di sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Di umurnya yang sudah di ambang 20-an, seharusnya dia sudah membangun keluarga seperti masyarakat pada umumnya. Ternyata, karir yang...