Dua Puluh Enam

100 10 1
                                    

Venna bangun dengan senyum merekah layaknya habis menang lotre satu milyar. Dia pun menyiapkan perlengkapan kantor dengan langkah lebih ringan dari biasanya. Bahkan dia bangun lebih awal daripada alarm sambil menyiapkan baju untuk dipakai malam ini.
Apa ini kekuatan cinta?

"Ma, berangkat dulu ya." sahut Venna.

"Iya. Lo kamu ga bawa mobil hari ini?"

"Ngga ma, aku mau pergi malamnya dijemput soalnya."

"Oh sama siapa?"

"Teman SMA dulu ma. Kayaknya mama ga kenal juga meskipun aku sebut namanya."

"Oh ya udah hati-hati ya nak."

***
Edbert pun juga memilih baju yang lebih rapi dari biasanya untuk jaga di Rumah Sakit. Kemeja garis biru putih yang selama ini jarang dipakai pun dikeluarkannya dari lemari. Dia keluarkan parfum Hermes 24 yang selama ini hanya disimpan dalam lemari. Padahal parfum itu dibelikan Evelyn sebagai kado ulang tahunnya.

"Busetttt wangi amattt adikku tercinta nih." ledek Evelyn yang sedang mengambil roti tawar di atas meja makan.

"Bagi dong kak, mau aku makan di jalan." sahut Edbert sambil menengadahkan tangannya ke Evelyn.

"Dasar memang adik satu ini, ga mau buat sendiri tapi maunya ngambil punya kakaknya." sahut Evelyn.

"Kan kamu baik kak.. Oh ya, aku udah nurut saranmu."

"Saranku yang mana?"

"Yang itu tuh yang terakhir."

Evelyn berusaha menerka-nerka saran terakhir apa yang diberikan kepada adiknya. Kemudian dia teringat sesuatu mengenai Venna.

"Jangan bilang.. Kamu akhirnya jadian???" sahut Evelyn sambil berteriak.

"Kasih tau ga ya.." sahut Edbert sambil memasang muka jahil dan mulai menuju ke mobil.

"Ed!! Dosa lo ya kalau ga ngomong sama kakak!" ujar Evelyn dengan geram.

"Iyee udah!" teriak Edbert dari kejauhan.

Evelyn pun langsung mengembangkan senyumnya mendapati adiknya sudah dewasa dan memiliki pasangan yang selama ini dia nantikan.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
One Moment in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang