Dua Puluh Satu

491 49 3
                                    

Sonya masih menunjukkan raut gelisahnya menunggu Erwin yang sedang dioperasi. Sudah lewat dari dua jam operasi berlangsung, namun belum nampak bayangan dokter keluar dari ruangan operasi tersebut. Venna pun berusaha menenangkan Sonya dengan membelikan minuman dan duduk di samping Sonya.

"Nya, tenang aja, semua bakal baik-baik aja." sahut Venna.

"Aku ga bisa kehilangan Erwin. Aku ga bisa." ujar Sonya.

"Nya, lihat aku baik-baik. Everything is gonna to be fine." sahut Venna sambil memeluk Sonya.

Tiba-tiba sosok yang tidak asing muncul menghampiri Sonya dan Venna.

"Edbert???" sahut Venna terkejut.

"Gimana keadaan suami kamu Nya?" tanya Edbert kepada Sonya.

"Masih belum keluar. Tadi katanya dokter Seraphine biasanya operasinya bisa memakan waktu dua sampai tiga jam. Tapi kok kamu bisa di sini?"
sahut Venna menjelaskan.

"Aku tadi dapat panggilan dari Rumah Sakit, katanya butuh tenaga medis tambahan soalnya Seraphine juga membantu profesor Roy menangani korban kecelakaan." sahut Edbert.

"Waktu aku sampai, aku cek nama pasiennya dan ternyata nama keluarganya ada Sonya." tambah Edbert.

"Oh.." sahut Venna.
Awalnya Venna sempat berpikir apa Edbert datang ke sini karena dia? Tapi kan ya ga mungkin juga Edbert tahu kalau Venna ada di Rumah Sakit.. kecuali kalau Edbert selama ini stalking atau menanamkan GPS di telepon Venna. Ah ngomong apa sih aku ini batin Venna.

Tidak lama sosok profesor Richard dan Seraphine keluar dari ruang operasi.

"Ada keluarganya pak Erwin?" tanya profesor Roy.

"Saya dok. Gimana keadaan suami saya?" tanya Sonya berdiri dengan sempoyongan.

"Bapak Erwin sudah melewati masa kritisnya. Tapi kita masih akan memantau kondisinya dalam seminggu ke depan. Setelah ini bapak Erwin akan dipindahkan ke kamar biasa." ujar profesor Richard.

"Beneran dok? Terima kasih banyak dokter!" sahut Sonya sambil memberi hormat berulang kali ke profesor Richard.

"Sama-sama Bu." sahut profesor Richard berjalan meninggalkan Sonya.

"Kamu kok udah di sini aja Ed? Kan harusnya kamu jaganya siang?" ujar Seraphine melihat ke arah Edbert.

"Tadi ditelpon suster Anna soalnya."

"Mau makan pagi bareng ga sekalian? Aku habis ini udah kelar jaga." tanya Seraphine.

Edbert pun mengarahkan pandangannya ke Venna dan memperhatikan wajah Venna. Dalam hatinya bingung apa sebaiknya dia menolak atau justru menawarkan Venna untuk bergabung makan. Ternyata Venna pun membaca situasi dari raut wajah Edbert yang bingung.

"Ed, tinggal aja gapapa. Aku di sini aja nemenin Sonya. Kamu jaga aja dulu nanti dicariin dokter sama suster yang lain." sahut Venna.

"Tapi kamu gimana? Kamu belum makan juga kan?"

"Udah gampang, nanti aku habis ini pulang bentar terus juga kerja. Gapapa duluan aja." sahut Venna.

"Yuk Ed, nanti nasi uduknya keburu habis." sahut Seraphine sambil meraih lengan Edbert.

Edbert pun tak kuasa lalu dari hadapan Venna dan Sonya.

"Nya, habis ini aku pulang dulu ya. Aku mau kerja sekalian. Nanti kabari nomor kamar Erwin ya. Oh ya, aku nanti siang ke sini sambil bawain kamu makanan juga." sahut Venna.

"Ven, makasih ya. Aku ga tahu kalau ga ada kamu gimana. Makasih banyak." sahut Sonya sambil memeluk Venna.

***

Di perjalanan pulang, Venna pun masih terbayang kejadian di mana Seraphine merengkuh lengan Edbert begitu saja. Ya memang sih Venna ga ada hak apa-apa, pacar bukan, istri juga bukan. Tapi tetap saja itu mengganggu pikiran Venna.

Sesampainya di rumah Venna langsung mandi, membersihkan diri dan mulai menyalakan laptop. Tidak terasa sudah jam delapan pagi, saatnya mulai mengecek e-mail dan mengalihkan pikiran ujar Venna dalam hati.

New message received

Edbert: Km udah di rumah?

Venna pun hanya melihat pesan Edbert sepintas dari layar depan handphonenya. Tangannya sebenarnya udah ingin langsung membalasnya, tapi harga diri sebagai cewek masih terlalu tinggi kalau cepat membalas.

Niat Venna sih hanya menggantungkan chat itu 5 menit, yang terjadi malah Venna sibuk membalas e-mail sampai lupa sudah menggantungkan chat itu hampir satu jam.

Edbert is calling

"Halo" sahut Venna tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Kamu udah sampe rumah kan?"

Venna pun sontak melihat nama yang menelponnya.
"Udah kok Ed. Maaf aku lupa balas." sahut Venna.

"Oh gapapa, aku kira kamu belum sampai rumah atau takut ada kenapa-apa aja. "

"Ngga kok. Aku baik-baik aja." sahut Venna

INGAT PARA PRIA, kalau wanita bilang dia baik-baik saja, itu tandanya DIA TIDAK BAIK-BAIK SAJA.

"Oh, udah makan? Apa langsung kerja?"

"Nanti aja makannya sekalian siang sama Sonya." sahut Venna.

"Oh.. Hmm kamu ke sini lagi nanti? Jam berapa?"

"Mungkin waktu makan siang, masih belum dikabari sama Sonya nomor kamarnya Erwin."

"Ya udah nanti kita makan bareng sekalian ya. Aku nanti tunggu kamu." sahut Edbert sambil mengakhiri pembicaraan.

Venna pun bingung dengan kelakuan Edbert. Kan ga ada yang ngajak dia ikutan makan? Kenapa dia malah jadi mau ikutan dan nungguin?

***

HALO GAES! Author kembali dari goa akhirnya hahahahahaa. Terima kasih sudah memberikan banyak cinta ke semua karyaku yang ga ada apa-apa ini. Terima kasih sudah super sabar menantikan updateku yang macam Rangga ketemu sama Cinta. Aku harap di mana pun kalian berada, selalu diliputi rasa bahagia yaa!

One Moment in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang