Dua Puluh Tiga

1.3K 61 6
                                    

"Oh jadi karena Venna. Kamu baru juga ketemu dia, emang segitu pentingnya dia dalam hidup kamu? Sampai kamu mengacuhkan aku yang udah ada bersama kamu selama berapa tahun ini!" sahut Seraphine dengan nada tidak terima.

"Aku ga mau berdebat ya Ser." sahut Edbert sambil mulai melangkah keluar.

"Ed, kamu itu selalu gini. Selalu menghindari masalah. Aku heran kenapa aku bisa bertahan sama kamu selama ini."

"Ser, aku ga mau ini diperpanjang ya, aku masih menghargai kamu sebagai teman baikku." sahut Edbert.

"Teman baik? Setelah selama ini, kamu cuma anggap aku teman baik Ed?? Kamu sebuta itu kah sampai kamu ga tahu perasaanku?" sahut Seraphine sambil bergetar.

"Sori Ser, aku ga mau membahas ini." sahut Edbert melangkah keluar.

Edbert pun langsung menuju ke parkiran mobilnya dan menuju rumah Venna. Dia tahu persis bagaimana perasaan Venna akan kecewa kalau Edbert membatalkan janjinya sepihak, apalagi Seraphine yang pasti akan membuat Venna berpikir tidak-tidak.

"Halo." sahut Edbert sambil memarkir mobil di depan rumah Venna.

"Ya." sahut Venna.

"Aku di depan." sahut Edbert.

"Oke, aku keluar." sahut Venna.

Venna pun melangkah keluar dan memasuki mobil Edbert dengan tatapan dingin.

"Aku minta maaf Ven. Tadi aku ada dipanggil mendadak."

"Iya aku tahu. Kamu ga perlu menjelaskan kok, lagian ga perlu kamu sampai harus buru-buru ke sini." sahut Venna.

"Aku baru tahu kalau Seraphine yang angkat teleponmu dan dia ga ngasih tahu aku juga." sahut Edbert berusaha menjelaskan.

Venna pun hanya terdiam mendengarkan penuturan Edbert. Kalau dipikir-pikir harusnya Venna juga tidak ada hak untuk marah ke Edbert. Dia hanya teman, pacar juga bukan, istri apalagi.

"Ngomong dong Ven jangan diam aja." sahut Edbert sambil menyenggol lengan Venna.

"Aku harus ngomong apa Ed? Aku masih banyak kerjaan ini. Ada lagi yang mau kamu omongin?" sahut Venna.

"Aku sama Seraphine cuma teman Ven."

"Iya, semua juga dari teman. Kamu ga salah kok Ed." sindir Venna.

"Kalau aku ga salah, kenapa kamu daritadi menghindar terus? Kenapa kamu ga berani natap mata aku?"

"Ini sekarang aku natap mata kamu. Puas?" sahut Venna mengarahkan pandangan ke Edbert.

"Ven, Seraphine itu cuma teman aku. Ga lebih. Aku ke sini minta maaf karena aku udah ingkar janji. Harusnya aku ngasih tahu ke kamu juga."

"Iya. Aku ga berhak marah Ed, aku toh bukan siapa-siapa kamu. Udah kita ga usah memperbesar masalah ini ya. Aku baik-baik aja Ed." sahut Venna.

"Kamu ga baik-baik aja Ven. Aku tahu itu. Kamu terganggu kan dengan Seraphine?"

"Ya kamu cocok kok sama dia. Dia kan cantik, pintar, sama-sama dokter juga pasti bisa lebih memahami kamu. Lagian kalian mau pacaran kek atau nikah kek, itu juga bukan urusanku." sahut Venna.

"Yakin bukan urusanmu? Terus apa yang kamu bilang waktu itu kalau kamu menyesal Ven." sahut Edbert.

"Udah Ed. Aku capek. Kita kayaknya sama- sama juga lagi dalam kondisi yang kurang baik, lebih baik kita mendinginkan kepala kita." sahut Venna sambil keluar dari mobil.

Edbert pun terdiam sambil menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa semua terjadi bersamaan. Kenapa dia tidak bisa menahan Venna untuk pergi lagi darinya.

Venna pun masuk kamar dan mulai merenung apa yang dia bicarakan ke Edbert. Sebenarnya sih dia ga perlu harus nyalahin Edbert karena Edbert juga ga salah, cuma dia sudah terlanjur emosi dengan Seraphine yang akhirnya melampiaskannya ke Edbert.

Sonya is calling..

"Ya nya." sahut Venna.

"Udah ketemu Edbert? Dia kelihatan panik banget tuh."

"Barusan. Dia udah minta maaf juga."

"Terus kamu udah maafin?"

"Udah, cuma masih dongkol aja Nya. Ya aku ga akan menyalahkan dia dekat dengan Seraphine sih, dia selalu ngomong cuma teman. Teman apa yang ngangkat telpon temannya terus pake acara berbohong lagi? Emosi kan jadinya." sahut Venna berapi-api.

"Panas banget nih bund hatinya?" ledek Sonya.

"Ya kalau memang dia sama Seraphine ga ada apa-apa, ya ga usah kayak gini dong."

"Kalian ga bisa jadian aja apa?" sahut Sonya.

"Ogah. Dia sendiri aja ga nahan aku. Ga ngomong apa-apa pas aku tanya tentang Seraphine, cuma ngomong dia tuh temen aku. Semuanya juga dari teman, Ferguso!"

"Sabar bund sabar.. Ya kamu tahu sendiri kalau Edbert kan ga pandai berkata-kata?"

"Itu udah berpuluh tahun yang lalu masa dia masih senaif itu! Intinya aku ga suka dia sama Seraphine!"sahut Venna.

"Karena Venna pengennya ya Edbert sama Venna lah!" sahut Sonya.

"Iya! Eh bukan gitu maksudku!!" sahut Venna berusaha meralat.

"Ven, kalau kamu memang suka sama Edbert. Jangan lepasin dia untuk yang kedua kali. Jangan membuat kamu sendiri menyesal." sahut Sonya.

***

HAPPY NEW YEAR MY BELOVED READERS!!

Semoga kalian masih sabar menunggu update-anku yang angin2an ini... Semoga di tahun baru banyak berkah melimpah, sehat2 dan bahagia senantiasa ya!!

One Moment in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang