Delapan

670 76 4
                                    

Perbincangan Venna dan Kenzo berlangsung seru, seperti layaknya sahabat yang lama terpisah. Mereka membicarakan hal terkecil mulai dari makanan sampai membahas tentang negara yang ingin dikunjungi. Maklum, dikarenakan lagi pandemi dan kelamaan tinggal di rumah, membuat hasrat ingin jalan-jalan jadi semakin tinggi.

"Akhirnya selesai juga nih! Sent to Joe!" sahut Venna dengan bersemangat.

"Akhirnya ya, eh kita lho udah 2 jam telpon." sahut Kenzo.

"Eh iya ya, ga kerasa tahu ga. Ya gini kalau orang random ketemu sama orang random, ngomongnya udah ngelantur macam-macam."

"Makanya! Tadi awal kita bahas makanan eh sampe liburan, eh sampe juga kamu selesai kerja kan. Ngomong makasih dong sama dedek Kenzo udah nemenin kakak Venna." ledek Kenzo.

"Ih dedek. Siapa juga yang mau punya dedek kayak kamu! High maintenance!" balas Venna.

"Ga lah, itu bukan high maintenance, tapi namanya investasi." sahut Kenzo sambil tertawa.

"Ya udah Zo, makasih ya udah banyak cerita. Saatnya kakakmu ini beristirahat. Maklum udah renta." sahut Venna.

"Baik kakak. Good night!" sahut Kenzo sambil mengakhiri perbincangan.

Udah lama rasanya aku tidak menemukan orang yang bisa langsung klik nyambung sama aku batin Venna.

***

Hari Sabtu pun tiba, hari di mana Venna akan berjumpa dengan Edbert setelah belasan tahun lamanya. Venna pun terbangun dan menatap dirinya di depan cermin.

Enaknya aku hari ini penampilannya harus bagaimana ya..

Setelah mandi dan sarapan, Venna pun mulai membongkar lemarinya dan mengeluarkan beberapa baju pilihannya. Ada yang berwarna pastel, berwarna biru tua, dan ada yang berwarna putih. Pilihannya pun jatuh di warna biru tua. Konon katanya kalau memakai baju warna lebih gelap, niscaya akan kelihatan lebih kurus dari biasanya.

You have a new message

Sonya: Cieh udah siap belum?

Venna: Udah. Gimana nihhhhh aku nervouss!!

Sonya: Nervous mau lihat Edbert pasti!

Venna: Ya nervous lihat semua sih sebenernya, belasan tahun lho Nya ga pernah ketemu!

Sonya: Halah alesan! Hahahaha. Eh bentar ya aku dipanggil sama Erwin, see you sis!

***
Di sisi yang lain, Edbert pun nampak kalut memilih pakaian yang akan dipakai untuk reunian. Masih teringat jelas waktu Venna memilihkan pakaian buat Edbert pada saat pentas seni SMA. Betapa kesalnya Venna harus memilih di antara pakaian yang ada di semua lemari Edbert. Sebenarnya bukan Edbert tidak bisa memilih pakaian waktu itu, hanya saja dia ingin memakai pakaian yang memang Venna inginkan.

Edbert pun tersenyum simpul mengingat kenangan itu. Tiba-tiba, tanpa mengetuk, Evelin masuk ke kamar Edbert.

"Kamu hari ini reunian kan? Pakai kaos putih aja deh mendingan." sahut Evelin.

"Aku bisa pilih bajuku sendiri kak." sahut Edbert.

"Warna itu ga cocok di kamu Ed! Udah deh percaya, pakai warna putih aja." sahut Evelin.

"Ya Tuhan kak, ini aku lho yang mau reunian, udah lah aku aja yang pilih sendiri."

"Ed, kamu itu harus nampilin kesan yang bagus apalagi belasan tahun ga ketemu teman-teman kamu. Ditambah lagi ini ya, kamu ketemu Venna lho! Venna!"

"Ya kenapa emang kalau ketemu Venna?"

"Halah sok ga peduli. Udahlah makanya pakai baju putih ini aja. Kadar kegantengan cowok biasanya meningkat 1000% kalau pakai baju putih."

"Ya udahlah kakak keluar dulu sana." sahut Edbert sambil mendorong Evelin keluar dari kamar.

***

"Hi semuanya! Makasih ya sudah meluangkan waktu untuk reuni kecil ini." sahut Jessica menyapa di balik kamera.

"Halooo! Oh ya yang pada belum nyalain kamera, nyalain dongggg. Kan kita mau lihat nih kalian." sahut Sonya menambahi.

Satu-persatu pun menyalakan kamera. Ada Steven yang sekarang sudah bertambah tambun, ada Richard yang masih saja tidak berubah, ada Jessica yang semakin cantik, dan ada Venna yang sama aja dari SMA sampai sekarang. Kecuali sekarang cuma agak kurusan aja dibanding jaman SMA.

"Boleh dong ya kalian berbagi kabar ke kita nih, coba sebutin aja kalian sekarang kerja apa terus statusnya apa." sahut Jessica.

"Kamu dulu lah Jes yang mulai, kan kamu moderatornya." sahut Richard.

"Oke aku dulu ya, aku sekarang lagi sibuk mempersiapkan pernikahan nih. Tapi berhubung masih pandemi, jadi ada beberapa hal yang harus aku pikirkan ulang. Selebihnya sih aku bantu-bantu calon suamiku di toko." sahut Jessica sambil tersenyum.

"Eh ciehhhhhh.. Kita diundang ga nih Jes?" sahut Richard.

"Iya dong. Makanya sekalian ini koar-koarnya! Nah tapi kapannya dan di mana, masih belum tahu ya guys . Mohon doanya aja." sahut Jessica.

"Oke aku nih sekarang ya. Hai semua! Aku masih sama seperti yang kalian kenal! Riiicharrd! Mantan ketua kelas tersayang kalian." sahut Richard dengan jayusnya.

"Keluar aja bisa ga Jes kita? Tiba-tiba mual dengar Richard ngomong." sahut Sandy.

"Eh sialan lu bro! Sekarang aku jadi agen asuransi, jadi mungkin kalau kalian yang butuh perlindungan jiwa dan kesehatan, bisa banget hubungi abang Richard ya! Kalau perlindungan hati sih susah, hatiku sendiri fragile soalnya." sahut Richard.

"Yah si anak ini promosi jadinya!" sahut Sandy.

"Ya kan sekalian kali bro, mumpung ada calon-calon klien ini. Siapa tahu kan nyantol." sahut Richard.

Di tengah hiruk pikuk pembicaraan reuni, ada sepasang mata yang saling melihat satu sama lain. Hanya diam dan menatap, seolah dunia terhenti bagi mereka.

***

MORNING GUYS!
Semangat ya buat hari ini!!

One Moment in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang