20. I Like You

8.9K 354 27
                                    

Maaf karena menyeretmu ke dalan masalahku. Tapi aku meyakinkan kau dalam keadaan baik-baik saja selama bersamaku." jelas Sean masih tidak menatap Megan. Perempuan itu terlihat sedikit kesal dengan jawaban santai Sean. Ia tidak menjawab perkataan Sean dan memilih untuk melihat puluhan mobil berlalu lalang. Ia tau seberapapun ia berusaha bertanya, lelaki itu tidak akan mengatakan yang sebenarnya.
----
Jangan lupa vote dan comment 🖤

Suara teriakan dan lalu lalang para mahasiswa di koridor kampus ini membuat Megan tersenyum. Ia merindukan suasana ini. Ia juga merindukan temannya, Jesse. Tetapi perempuan itu masih magang di sebuah perusahaan yang sedikit jauh dari kampus.

Ia masih berdiri mematung melihat pemandangan kampus yang tidak ia kunjungi hampir 3 bulan ini. Ia mendesah pelan dan menyadari bahwa seseorang juga berdiri di belakangnya. Ia lupa bahwa Sean bersikeras ikut ke dalam kampus.

"Kau tidak berencana untuk menjadi patung kan?"

Celetukan itu membuat Megan mendelik dan memandang Sean tajam. Lelaki itu tidak mengerti perasaan rindu Megan pada kampus ini.

"Ck. Diamlah.. Kalau kau keberatan, tinggal saja di dalam mobil." Jawab Megan kemudian berjalan menjauh dari Sean yang tengah menatapnya kesal.

Setelah hampir 10 menit berjalan kaki, akhirnya mereka sampai di ruangan Mrs. Fuhrman.
Megan mengetuk pintu berwarna coklat tua itu.
"Masuk!!"
Megan kemudian meraih ganggang pintu dan menatap Sean sejenak.

"Tunggu diluar, jangan kemana-mana!" ucap Megan seperti perintah dengan jari telunjuk yang mengarah pas ke wajah tampan Sean.
Lelaki itu hanya mengangguk pasrah. Megan mengerutkan dahinya dan kemudian melenggang masuk ke dalam ruangan Mrs. Fuhrman.

Setelah masuk ke dalam ruangan ber cat coklat itu, Megan kemudian melihat Mrs. Fuhrman tengah bergelut dengan selembaran kertas yang diyakini adalah nilai-nilai para mahasiswa.

"Permisi Mrs. Fuhrman."

Perempuan berkacamata itu mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas menuju Megan yang berdiri kaku di depan daun pintu.

"Oh Miss. Sanders...Duduk dulu." balas Mrs. Fuhrman atau dosen dengan nama lengkap Elizabeth Fuhrman ini.

"Bagaimana? Perkembangan magangmu? Berjalan lancar?" tanya Mrs. Fuhrman sambil tersenyum simpul.

Megan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Jujur saja ia merasa nyaman magang di Lawrence Enterprise namun kenyamanan itu seakan tertiup angin saat Megan mengetahui sifat mesum atasannya yang tak lain adalah Sean Lawrence.

"Emm.. Baik-baik saja Ma'am." jawab Megan tersenyum palsu. Ia sebenarnya enggan untuk mengatakan 'baik-baik saja' sementara keadaannya sangat 'tidak baik-baik saja'. Namun, apa boleh buat. Ia harus mengatakan itu, apalagi magangnya berakhir 1 minggu lagi.

"Magangmu akan berakhir minggu depan kan? Apakah laporanmu sudah selesai? Saya harap kamu mengumpulkannya segera setelah magang berakhir." jelas Mrs. Fuhrman.

Gadis itu mengangguk cepat,
"Laporannya hampir selesai. Saya tinggal meminta tanda tangan Mr. Spencer dan Sea- maksud saya Mr. Lawrence." hampir saja ia salah menyebutkan nama. Jika itu terjadi, ia takut Mrs. Fuhrman menganggap dirinya kurang ajar dengan petinggi perusahaan itu.

"Setelah magang ini, kamu akan menyusun skripsi. Jika merasa kesulitan dalam pengerjaannya, kamu tentu bisa berkonsultasi dengan saya." ucap Mrs. Furhman selaku dosen pembimbing Megan.

Stole The Bastard HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang