27. Leave me alone

4.9K 252 11
                                    

"Berhenti atau aku lapor polisi," Megan berucap dengan tenang tanpa intonasi yang ia naikkan. Sepertinya memang benar jika tenaganya habis sekadar berteriak. Megan kembali menoleh ke arah Sean yang menatapnya dengan tatapan 'kehilangan'. Perempuan itu menatap Sean dengan dingin dan kembali melanjutkan langkahnya pergi dari sana.

💚💚💚💚💚

Tak terasa dua bulan setelah pertemuan terakhir Megan dengan Sean. Semuanya tidak ada yang berbeda, Sean bahkan tidak berniat mencarinya.
Semuanya tidak ada yang berantakan, pengajuan skripsi Megan diterima dengan pertimbangan matang oleh dosen pengampu dan ia akan mengenakan toga kebanggaan setiap mahasiswa tingkat akhir pada bulan September ini.

Anna? Perempuan yang lebih tua dua tahun dari Megan itu juga akan mengenakan toga pada bulan September.
Jangan tanyakan mengapa, ini karena Megan yang menjalani kelas akselerasi saat sekolah menengah. Ah ini sudah di tekankan beberapa kali ckck Kalian bisa bayangkan seberapa pintarnya Megan walaupun kadang-kadang bersikap seperti gadis bodoh.

"Paketmu sudah datang," ucap Anna pada Megan yang tengah bermain ponsel di kasur sederhananya. Seketika Megan melompat dan berlari meninggalkan Anna yang menatapnya cengo.

"Hei Megan,,benda apa yang kau pesan? Begitu pentingkah benda itu?" tanya Anna penasaran, perempuan itu terus saja mengerutkan dahinya pada Megan yang sibuk dengan kotak berwarna krim itu.

"Ini stilletto untuk kelulusanku. Ah, aku mengumpulkan uang jajanku selama setahun untuk ini," jawab Megan bangga sambil mengeluarkan stiletto berwarna hitam polos dengan merk Gucci.

"Bagaimana dengan barang dari Se-" ucapan Anna terputus karena tatapan tajam dari Megan menusuk retinanya.

"Baiklah, aku tidak akan membahasnya," lanjut Anna, ia yakin barang-barang branded dari Sean masih tersimpan dengan aman di apartment Megan namun perempuan itu enggan menggunakannya, bahkan Anna mengetahui jika Megan berencana untuk mengembalikan semua barang branded itu pada Sean.

******

"Ah!"

"Ah!"

"Faster,,Sean!"

"Yeah! Ouhh that's so big!"

Sifat bejat Sean kembali dalam dua bulan belakangan bahkan mengalahkan kebejatan Barnett dan Francesco yang biasanya meniduri jalang dua kali seminggu.

Barnett berdecak, suara menjijikan itu selalu terdengar dari kamar Sean. Ya, sekarang Barnett dan Francesco sedang duduk dengan tenang di sofa penthouse Sean.

"Kenapa dia bercinta saat kita punya janji?" Barnett kembali berdecak sambil menatap sebal kearah pintu kamar tempat suara menjijikan itu berasal.

"Bukankah kau sudah terbiasa dengan suara ini? Aku akan keluar sebentar. Rasanya telingaku akan tuli," France kembali menimpal sambil berlalu dari sana,

"France, hubungi Austin..Pria sombong itu sepertinya benar-benar mengabaikan pertemanan kita," ucap Barnett sedikit berteriak. France hanya mengibaskan tangannya tidak peduli.

Setelah menunggu 30 menit, Barnett sudah tidak sabar lagi. Ia membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu dengan sekali hentakan,

"Sial! Sean, hentikan tindakan menjijikanmu dulu. Ada hal yang ingin aku sampaikan." Barnett menatap tajam kearah wanita tanpa busana yang tengah tertunduk itu,

"Kau, jalang..Pergilah, aku ada urusan dengan klienmu ini,"

Wanita itu tampak berpakaian dengan tergesa-gesa dan membisikan sesuatu ke telinga Sean kemudian berlalu dari kamar itu dengan cepat.

Stole The Bastard HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang