23. I Dont Know How To Explain That

6.2K 276 5
                                    

Tanpa keduanya sadari, dari daun pintu masuk cafe terlihat seorang lelaki tengah menatap tajam kearah dua insan yang sedang bercanda tawa itu dengan tangan mengepal kuat.

****
Vote dan comment ❣️

Selama hampir 1 jam Raleigh dan Megan berbincang. Keduanya tampak tidak peduli akan pekerjaan kantor dan tentu saja tatapan seseorang dari tempat duduk yang berbeda.

Ya, Sean memutuskan untuk memasuki cafe dan mengamati apa saja yang dilakukan perempuan itu bersama bawahannya.
Ia tidak tau mengapa ia bertindak seperti anak kecil yang tidak mau miliknya diambil orang lain. Sean juga tidak dapat mengerti apa saja yang ia rasakan sekarang. Yang pasti, ia hanya merasa kesal pada kedua orang yang tengah tertawa itu.

"Ck. Kapan cecurut itu akan pergi? " Ucap Sean sambil menatap tajam ke arah Raleigh.

Tak lama, Raleigh terlihat pamit pergi dan menyisakan Megan yang tengah membereskan dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja.

Sean yang melihat itu buru-buru berjalan ke arah Megan dan berdehem pelan. Perempuan itu tampak melotot sebelum kembali ke kegiatannya.

"Megan..." Panggil Sean pelan sambil mencoba duduk.

"Apa lagi yang ingin kau katakan? Aku tidak punya waktu." Megan berucap dengan dingin sambil berdiri.

"Megan...." panggil Sean lagi,

"Apalagi sialan?!" bentak Megan. Hal itu membuat seisi cafe melirik penasaran ke arah mereka.

Megan sudah bersiap ingin pergi namun ia berhenti ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut Sean. Ia mematung kaget karena ucapan tiba-tiba Sean.

"Maafkan aku. Ayo menikah. Tanpa kontrak ataupun paksaan."

"Ayo menikah denganku."

Megan berbalik dan menarik tangan Sean keluar dari Cafe.

"Hah?! Lelucon yang bagus Sean Fucking Lawrence." Ucap Megan tak habis pikir sambil berkacak pinggang. Sekarang wibawa kepemimpinan Sean seketika hilang apabila beradu dengan seorang perempuan yang menginjak umur 20 ini.

"Aku tidak bercanda." balas Sean tanpa mengalihkan tatapannya pada Megan.

Megan mengangguk dan tersenyum samar,
"Jangan lakukan kalau kau terpaksa. Aku juga bukan perempuan penggila harta." ucap Megan tanpa melunturkan senyumnya sambil menempuk pelan dada Sean berkali-kali.

Megan kemudian berlalu pergi meninggalkan Sean yang terpaku karena ucapan Megan tadi. Sungguh, ia sebenarnya tau jika perempuan itu sama sekali tidak menginginkan hartanya, namun ia benar-benar tidak sadar saat mengucapkan kata-kata yang menyakiti Megan.

***

Sean tampak sedang merenung di ruangan kebesarannya. Matanya terus menatap tajam tak tentu arah, alis tebalnya seakan menantang.

Ia kemudian mengambil ponsel di sakunya dan menelepon seseorang.

"Barnett, ke kantorku sekarang. Ada yang ingin aku katakan."

"........"

"Cepatlah sialan!"

Setelah memutuskan sambungan, telepon itu ia lempar sembarangan di atas meja.

Ia memijat pelan pelipisnya. Apa yang terjadi denganku? Batinnya gusar.

Tak sampai 15 menit, Sean sudah dapat melihat cengiran menyebalkan Barnett.

"Ada apa denganmu? Apa kau tidak menerbangkan burung besar itu?" tanya Sean sarkas.

"Ck. Aku selalu punya waktu untuk bertemu denganmu." Jawab Barnett sambil tersenyum menggoda dan Sean hanya memalingkan wajahnya kesal.

Stole The Bastard HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang