Justin melihat - lihat TKP sembari mengamati pola - pola yang ada disana. Ia rasa terlalu lemah bila polisi menggunakan identifikasi sidik jari pada penyertaan berkas - berkas pendukung bukti. Justin paham benar situasi saat bom tersebut ditemukan. Ribuan orang berkumpul disana dan hal itu menyebabkan kerancuan bukti. Semakin banyak orang yang terlibat, maka semakin rumit pula kasusnya.
"John, dimana toiletnya ?"
"Ada disana." John menunjuk sebuah lorong dekat dengan belakang panggung.
Justin berjalan perlahan menuju lorong tersebut. Bau samar - samar kayu basah tercium oleh hidungnya. Lelaki tersebut menatap ke langit - langit lorong. Ia memperhatikan secara seksama.
Sebuah kayu panjang tampak sangat lapuk berada di tepi - tepi dinding. Kayu tersebut basah, sesuai dengan penciuman Justin barusan. Lelaki tersebut mengambil kamera kecil yang berada pada sakunya kemudian mengambil gambar dari hal - hal yang baru saja dilihatnya.
Justin beralih dari lorong tersebut dan masuk ke dalam toilet yang berada tepat di ujung lorong. Sebelum ia sempat membuka pintunya, Justin mengambil kameranya lagi. Ia baru saja melihat satu hal lagi yang sangat mencurigakan. Pintu masuk toilet tersebut hanya dibuat biasa saja dengan daun pintu yang dibiarkan tidak tertutup sampai bawah. Tingginya hanya sekitar 1,5 meter.
Ketika ia akan mengambil foto dari sudut pandang yang ketiga, ia menemukan sesuatu yang janggal. Justin mendekatkan hidungnya pada ujung daun pintu tersebut.
"Ini darah." Batin Justin dalam hatinya. Ia langsung memotretnya kemudian lelaki tersebut beranjak memasuki toilet.
Tak ada yang aneh dalam toilet tersebut, hanya saja ia melihat hal aneh lagi.
"Sepertinya terjadi pertengkaran disini." Gumam Justin pelan. Ia melihat sisi tepi cermin yang retak. Lelaki tersebut menggunakan akalnya untuk mencari tahu bagaimana kaca itu bisa retak. Sedangkan dilihat dari letaknya, tidak mungkin cermin tersebut tertumbuk oleh sebuah benda keras misalnya. Jelas - jelas di depan cermin tersebut terdapat wahstafel yang membuat cermin itu menjorok lebih dalam. Sekalipun tidak sengaja tertumbuk oleh benda keras, pasti cermin tersebut sudah retak besar. Namun retakan yang dilihat Justin justru retakan kecil.
Justin mengamati baik - baik di sudut - sudut washtafel. Benar prediksinya. Pernah ada pertengkaran di dalam toilet ini. Dan sepertinya belum lama terjadi. Justin membuktikannya melalui serpihan kaca yang masih terdapat di sudut - sudut washtafel.
***
Lorraine mengerjap - ngerjapkan matanya pelan. Kepalanya masih terasa pening. Ia berusaha melihat jam dindingnya yang tak terlihat begitu jelas karena lampu kamarnya yang dipadamkan. Sesaat ia berfikir sejenak. Perempuan tersebut ingat dengan jelas bahwa ia tadi bangun untuk menggosok giginya.
"Thomas !" Pekiknya terkejut. Ia ingat dengan apa yang baru saja terjadi. Perempuan tersebut segera menyalakan lampu kamarnya. Lorraine memperhatikan sekitar ruangan kamarnya dengan jantung yang berdebar. Ia bahkan tak tahu apakah Thomas masih berada disini atau tidak.
Lorraine mengecek kamar mandinya, ternyata kosong. Ia beranjak keluar kamar, menuruni tangga dengan gerakan seribu langkahnya, berjaga bila Thomas menghampirinya sewaktu - waktu.
"Lorraine ?"
Perempuan tersebut seketika terkejut hingga ia tidak sengaja menyenggol vas bunga yang berada di atas nakas. Lorraine tak sempat menoleh. Perempuan itu langsung berlari begitu saja sambil menangis. Semua memori indah yang telah ia simpan rapat - rapat kini kembali berterbangan di kepalanya. Bedanya, memori tersebut saat ini telah terkontaminasi oleh kenangan buruknya. Dan Lorraine belum bisa mengatasi hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Deal
Romance[END - WRITTEN IN BAHASA] #1 on Investigation (Aug 19th, 2021) #1 on Logic (Apr 9th, 2022) #5 on Fresh (Aug 2nd, 2021) #40 on Trending (Jan 29th, 2021) #54 on Detective (Mar 5th, 2021) #57 on Baru (Jan 29th, 2021) THE STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY...