18

1.7K 69 0
                                    

Lorraine duduk di tepi jalan, lebih tepatnya di trotoar yang di belakangnya terdapat halte bus. Entah mengapa ia memilih duduk disana daripada duduk di bangku halte. Ini belum terlalu malam tetapi ia tak bisa melihat mobil melintas sama sekali. Lorraine menyandarkan badannya pada tiang rambu sambil membawa sebotol bir. Ia terlihat kacau sekarang. Bajunya basah kuyup karena sejam yang lalu baru saja turun hujan. Lorraine tak berusaha berteduh melainkan membiarkan hujan mengguyur badannya, berharap agar beban pikirannya bisa cepat hilang. Namun hingga hujan usai, beban pikirannya masih tetap bertahan di otaknya, seolah enggan meninggalkan Lorraine dengan ketenangan.

Lorraine menegak tetes terakhir dari birnya kemudian botol tersebut tergeletak kosong. Perempuan tersebut mengusap rambutnya dengan kasar sambil tertawa ringan. Ia baru saja ingat bahwa Justin akan mengajaknya liburan malam ini.

"Persetan." Umpatnya pelan.

Tiba - tiba Lorraine merasakan bahwa ada seseorang yang duduk di sampingnya. Perempuan tersebut enggan menoleh dan tetap memejamkan matanya sembari menikmati dinginnya angin malam.

"Kau seharusnya tidak disini." Ujar lelaki tersebut sambil memakaikan mantel pada tubuh Lorraine agar wanita tersebut tetap hangat.

"Aku sedang tidak ingin bicara dengan siapapun, Thomas." Bisik Lorraine pelan.

"Lorraine, aku minta maaf atas ucapanku tadi. Aku mengakui bahwa aku salah." Nada bicara Thomas begitu dalam, membuat Lorraine tersenyum sinis mendengarnya.

"Seolah - olah perceraian adalah hal yang bisa kau permainkan." Sahut Lorraine seadanya.

"Percayalah Thomas aku sedang berusaha untuk memikirkan bagaimana cara menjelaskannya pada Justin. Dan kau selalu muncul untuk mengacaukan pikiranku."

"Aku minta maaf, aku benar - benar minta maaf."

Sedetik kemudian Thomas berdiri. Ia berniat mengulurkan tangannya namun Lorraine sudah terlebih dulu menyergahnya dengan beban yang sudah ia pendam begitu lama di dalam hatinya.

"Aku dan Justin... Kami tidak akan bisa seperti pasangan yang lain. Ia terikat dengan hal lain, aku juga demikian. Tak peduli seberapa aku mencoba menyatukan hubungan kami dengan sempurna, akan selalu ada batas untuk hal tersebut."

"Kau terikat denganku, Lorraine." Jawab Thomas menanggapi ucapan Lorraine barusan. Perempuan itu hanya mengangguk sambil menahan tawanya.

"Dan kau tak perlu iri dengannya. Aku hanya berusaha memberikan Justin kenyamanan sesaat, paling tidak sampai aku menemukan alasan untuk bisa meninggalkannya." Lorraine tertawa sendiri dengan kesadaran yang mulai meredup akibat banyaknya alkohol yang ia minum. Tiba - tiba Lorraine menutup wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Perempuan itu menangis terisak.

"Aku kira protagonis, antagonis, pemeran pendukung, adalah hal - hal yang tidak pernah ada di dunia ini. Aku kira itu semua adalah sebuah sekat pembatas yang diciptakan oleh kepala manusia sendiri. Tidak ada yang lebih buruk daripada saat ini, dimana aku terbangun dari tidurku dan menyadari bahwa aku adalah salah satu dari peran antagonis di dunia ini." Lorraine terisak disana. Ia ingin menangis dan tertawa di waktu bersamaan. Menangis karena ia sadar bahwa ia adalah penjahat dalam cerita ini, tertawa karena ia berhasil memanipulasi keadaan walaupun hanya untuk sementara waktu.

"Lorraine, ada beberapa hal yang terjadi di luar kehendakmu."

"Aku membohonginya, Thomas ! Aku membohongi Justin selama ini ! Aku menyakiti perasaan lelaki yang telah menolongku selama ini ! Aku adalah penjahatnya !" Lorraine memaki lelaki tersebut dengan histeris.

"Lorraine aku akan membantumu untuk membayar hutang budimu pada Justin. Kau hanya perlu percaya padaku." Thomas menunduk untuk memeluk perempuan tersebut. Ia sangat merindukan Lorraine. Hanya satu perempuan yang ia cintai selama ini. Dan perempuan itu adalah Lorraine.

***

Thomas menemani Lorraine hingga keesokan harinya. Ia mengawasi perempuan tersebut tidur dengan tenang di kamar hotelnya sementara itu Thomas terjaga semalaman. Ia hanya memeluk Lorraine sambil menenggelamkan kepalanya pada sela - sela rambut perempuan tersebut. Bisa dibilang, itu adalah tempat favorit Thomas.

Thomas tahu bila semalam Lorraine mabuk parah. Ia bahkan tak bisa membayangkan apa yang terjadi bila ia tidak menemukan Lorraine tepat waktu. Mungkin perempuan tersebut sudah terlantar di jalanan.

Thomas menggeliat saat ia mendengar ponselnya berdering. Ia bangkit kemudian menatap layar ponselnya dan mengernyit sebentar.

"Iya." Sahut Thomas sambil melangkah menjauh dari ranjang. Ia mengawasi Lorraine dari kejauhan, berjaga bila perempuan terbangun tiba - tiba.

"Gawat, Thomas ! Justin akan membuat laporan orang hilang bila Lorraine tidak kembali empat jam lagi !"

"Apa ?" Thomas memekik tak percaya. Ia segera mematikan panggilan dari Jocelyn dan beranjak membangunkan Lorraine. Ia baru sadar bila Lorraine hampir menghilang 24 jam penuh dan Justin pasti mencoba segala cara untuk menemukan Lorraine.

"Lorraine, bangun sayang. Aku ada urusan. Bisakah kita pergi sekarang ?" Thomas berusaha membangunkannya dengan halus. Selain itu, ia tak ingin dicurigai memiliki mata - mata di Departemen Investigasi sehingga ia tak akan berkata secara gamblang bahwa Justin sedang mencari Lorraine saat ini.

"Sebentar !" Lorraine menggerutu pelan kemudian menutup telinganya dengan guling.

"Lorraine, ayolah." Thomas berusaha membujuknya lagi. Dan sepertinya bujukannya kali ini berhasil.

"Baiklah, baiklah." Lorraine bangun sambil mengusap kasar wajahnya.

"Mandilah, aku akan mencarikanmu baju dan makanan." Thomas mencium keningnya pelan kemudian segera pergi dari sana. Sementara itu, Lorraine segera beranjak ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.

***

Tak ada percakapan penting yang terjadi selama perjalanan pulang ke London. Thomas mengunci mulutnya, begitu juga dengan Lorraine. Lelaki tersebut fokus menyetir mobilnya. Sedangkan mobil Lorraine dikendarai oleh seseorang yang telah Thomas sewa untuk membawa mobil tersebut ke London.

"Aku akan mengantarmu ke rumah." Ucap Thomas dengan tenang.

"Turunkan aku di jalan. Justin bisa dimana saja, termasuk di rumahku." Lorraine memberikan komentarnya. Sedetik setelah Lorraine mengungkapkan hal tersebut, ia melihat banyak mobil polisi di seberang jalan. Thomas juga melihat hal tersebut. Ia segera meminggirkan mobilnya mendekati trotoar.

"Lorraine, bagaimana ?" Tanya lelaki tersebut was - was.

"Turunkan aku disini saja. Justin pasti sudah menyebar orang - orangnya untuk mencariku. Pergilah dari sini sebelum mereka melihatmu."

Lorraine langsung melepas sabuk pengamannya dan turun dari mobil Thomas. Mereka bahkan belum benar - benar memasuki London. Mereka masih berada di perbatasan kota. Namun Thomas tak menyangka bila Justin menyebar polisi - polisi hingga ke titik terluar London.

Thomas mengawasi Lorraine dari belakang. Perempuan tersebut berjalan dengan tenang di trotoar. Thomas berani taruhan bila polisi - polisi tersebut langsung mendatangi Lorraine. Dan ternyata apa yang ada di pikiran Thomas benar - benar terjadi. Bahkan beberapa dari mereka langsung mengeluarkan ponselnya.

"Pasti salah satu dari mereka ada yang berusaha menghubungi Justin." Gumam Thomas dalam hatinya.

Marriage DealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang