Lorraine tersenyum ketika Justin memasangkan sebuah gelang untuknya. Lelaki itu membeli gelang tersebut di pinggir jalan ketika mereka sedang mengunjungi pasar malam rakyat. Justin tertawa melihat bagaimana bahagianya Lorraine saat Justin memberinya sebuah hadiah kecil.
"Aku tidak tahu ternyata kau juga menyukai hal - hal seperti ini, Lorraine. Kau tahu, menurutku ini hanya gelang mainan."
"Hei ini sangat lucu, kau tahu !" Lorraine memekik senang sambil tertawa. Justin tak percaya bila perempuan seperti Lorraine mau memakai benda murah padahal Justin selalu memberinya hadiah perhiasan - perhiasan mahal.
"Bahagiamu sesederhana itu." Justin mengelus pipi Lorraine pelan kemudian menggandeng tangan perempuan tersebut untuk melangkah lagi.
"Justin, apakah kau masih mengingat kencan kita pada natal kemarin ? Aku masih ingat betapa lucunya dirimu ketika memakai kostum Santa Klaus."
Tiba - tiba Justin menggenggam tangan Lorraine erat - erat, mengkode bahwa ia tak mau membahas hal tersebut. Sedangkan perempuan itu justru tertawa lebar. Masih terbayang dengan jelas di ingatannya saat Justin dengan janggut putihnya menyamar sebagai Santa Klaus lalu berjalan dengan Lorraine di sepanjang trotoar sambil membagikan permen kepada anak - anak yang lewat. Itu adalah kenangan termanis yang pernah Lorraine buat selama bersama Justin.
"Aku tahu bila aku terlihat bodoh saat itu." Justin mendengus kesal.
"Tidak ! Kau terlihat seperti pria berumur 60 tahun. Rambutmu putih, semuanya putih ! Ingat ketika aku memaksamu untuk memasukan bola di sela - sela perutmu ? Ya Tuhan kau memang seperti kakek - kakek saat itu, aku bersumpah !" Tawa Lorraine pecah begitu saja. Ia sangat fokus dengan ceritanya, membuatnya tak sadar bila Justin sedang menatapnya sejak tadi. Justin tersenyum kemudian mengusap rambut Lorraine dengan lembut. Lorraine langsung menghentikan tawanya, berpikir bahwa Justin mungkin marah karena leluconnya tidak lucu sama sekali.
"Aku..." Justin menjeda ucapannya sebentar kemudian tersenyum lebar.
"Aku senang menjadi kakek - kakek asal aku juga melihat rambutmu memutih di sebelahku." Justin tertawa lebar setelahnya.
Lorraine terdiam mendengarnya. Justin jarang tertawa namun saat ini lelaki tersebut berdiri di hadapannya dengan kebahagiaan yang tak pernah ia tunjukkan pada siapapun. Dan Lorraine merasa dadanya sedang ditikam saat ini, mengetahui bahwa kenyamanan yang ia berikan pada Justin adalah kepalsuan. Perempuan itu ingin menjerit setiap kali ia mengingat bagaimana baiknya Justin menarik dirinya dari jurang kegelapan, memberinya harapan hidup yang baru serta memberinya kesempatan untuk meraih kesuksesan yang ia capai saat ini. Sedangkan Lorraine selalu memiliki pikiran untuk kembali pada Thomas.
"Lalu apakah semua hal yang telah kita lewati selama ini adalah kepalsuan belaka ? Apakah aku benar - benar terlahir sebagai antagonis di dunia ini ?" Batin Lorraine dalam hatinya.
"Lorraine ? Apakah aku salah bicara ?"
Tiba - tiba Lorraine terbangun dari lamunannya. Ia baru saja menyadari bahwa pipinya basah. Ia meraba pipinya sendiri kemudian perempuan itu cepat - cepat mengusapnya hingga kering.
"Lorraine ? Apakah kau baik - baik saja ?"
"Aku hanya..." Lorraine tersenyum lebar kemudian ia mengecup bibir Justin begitu saja. Justin menerima kecupan tersebut dengan pelan, sebagaimana Lorraine yang menyukai kelemah lembutan.
"Aku hanya terlalu bahagia." Perempuan itu berusaha tertawa.
"Hei lihat itu !" Lorraine memekik senang saat ia melihat sebuah tenda di dekat perempatan. Beberapa orang baru saja keluar dari sana dengan tatapan bahagianya. Justin menoleh untuk melihat apa yang baru saja ditunjuk Lorraine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Deal
Romance[END - WRITTEN IN BAHASA] #1 on Investigation (Aug 19th, 2021) #1 on Logic (Apr 9th, 2022) #5 on Fresh (Aug 2nd, 2021) #40 on Trending (Jan 29th, 2021) #54 on Detective (Mar 5th, 2021) #57 on Baru (Jan 29th, 2021) THE STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY...