32

1.3K 53 0
                                    

Jocelyn mendatangi rumah Justin pagi - pagi. Justin sedikit terkejut bila perempuan itu berani datang ke rumahnya. Ia cepat - cepat membawa Lorraine menuju kamar. Ia tak akan mengizinkan siapapun untuk menemui Lorraine, apalagi berniat untuk meracuni pikirannya.

"Boleh kutahu apa keperluanmu ?" Janice bertanya dengan sopan kepada perempuan yang berada di depannya saat ini.

"Aku mencari temanku, Lorraine Edward. Dia berada di rumah ini."

"Maaf nona, tetapi Nona Lorraine sedang tidak bisa ditemui. Beliau sedang dalam tahap pemulihan dan membutuhkan banyak istiharat."

"Ini sangat penting ! Setidaknya beritahu Lorraine dulu bahwa aku mencarinya." Suara Jocelyn meninggi namun respon Janice tetap sama saja.

"Maaf, aku tidak bisa." Janice segera menutup pintu dan menguncinya. Jocelyn benar - benar kesal setengah mati. Ia langsung mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Ia kembali ke mobilnya sambil menunggu orang tersebut menjawab panggilannya.

"Iya Jocelyn."

"Ya Tuhan mengapa kau lama sekali Thomas !"

"Aku minta maaf aku baru saja selesai mandi."

"Kau tahu, Justin benar - benar memblokade kita. Pembantunya berkata padaku tadi bahwa Lorraine tidak bisa ditemui. Aku yakin ini semua ulah Justin." Jocelyn terdengar sangat marah, begitu menurut Thomas. Perempuan itu sangat geram pada Justin. Thomas pun demikian namun ia lebih pandai mengontrol emosinya.

"Berarti kita tidak bisa menemui Lorraine sama sekali ? Lalu bagaimana dengan pengadilan nanti ?"

"Aku akan mengurusnya." Sedetik kemudian Jocelyn mematikan panggilannya. Thomas diam sejenak sambil berpikir.

"Justin pasti sudah menyiapkan rencana besar. Ia memberiku perangkap di pengadilan." Gumam Thomas pelan.

"Scott ! Scott !"

Thomas lari keluar dari kamar mandi mengenakan handuk yang dililitkan pada pinggangnya. Pria pertengahan empat puluh itu mendatangi Thomas dengan wajah santainya.

"Ada apa Thomas ?"

"Apa kau menyimpan kontak Tommy Brodie ?"

"Iya, aku punya. Ada apa ?" Tanya Scott dengan wajah menyelidik. Tak biasanya ia melihat wajah Thomas tegang sepagi ini.

"Kirimkan saja. Aku ada keperluan."

"Baiklah." Scott langsung pergi dari sana untuk mengambil ponselnya. Thomas menunggu sambil menelepon seseorang. Ia mengunci kamarnya terlebih dahulu agar tidak ada yang mendengar percakapannya.

"Halo Jansen."

"Oh, Thomas. Aku sudah lama sekali menunggu panggilanmu."

"Aku menunggumu meneleponku dan kau tidak melakukannya ?"

"Biaya panggilan ke luar negeri sangat mahal." Jansen tertawa disana. Thomas geram sekali namun ia berusaha tetap rileks.

"Apa kau masih ingat saat aku terakhir kali meneleponmu ? Aku meminta tolong padamu tentang penyelidikan mengenai siapa yang menyewa kamar di atas kamar Levana..."

"Aku tahu, Thomas. Aku tahu. Kau pasti menghubungiku mengenai hal ini. Aku tahu siapa yang menyewanya."

"Siapa ?" Tanya Thomas dengan jantung berdegub kencang.

"Anneliese Spencer. Aku yakin kau mengenalnya. Ada apa memang ?"

Jantung Thomas seperti diremas seketika. Dugaannya sejak awal ternyata benar.

Marriage DealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang