23

1.8K 70 0
                                    

Davine datang ke kantor tiba - tiba, berniat untuk mengejutkan teman - temannya. Namun ia merasakan ada aura yang berbeda dari sana, entah apa alasannya. Ketika lift terbuka, ia bisa melihat Jocelyn sedang duduk di sofa bersama John. Dan benar dugaannya. Ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi disini. Mereka berdua tampak tak terkejut melihat kedatangan Davine.

"Ada apa ?" Davine baru saja membuka mulutnya tetapi Jocelyn langsung mencubit lengannya.

"Duduklah !" Bisiknya pelan. Sadar akan kode yang diberikan Jocelyn, Davine seketika menutup mulutnya dan ikut duduk bersama Jocelyn dan John.

"Mengapa kantor sangat sepi sekali ?"

"Ada berita buruk. Lorraine mengajukan surat permohonan pergantian departemen pada Justin."

"Lorraine ? Lorraine Edward teman kita ? Bagaimana bisa ?" Davine membelalak tak percaya. 

"Aku tidak tahu tetapi kelihatannya mereka sedang bertengkar hebat. Lorraine bahkan menghapus nomor Justin dari ponselnya. Saat kemarin ia bertanya mengenai konfirmasi berkas, aku bilang padanya untuk menelepon Justin saja tetapi ia justru meminta nomor Justin padaku." Jelas Jocelyn panjang lebar. 

John hanya menggeleng pelan mendengar perempuan - perempuan yang sedang bergosip. Baru saja Davine akan membuka mulutnya, ia melihat Lorraine melintas menuju mesin fotokopi. Spontan perempuan itu berdiri kemudian tersenyum lebar.

"Kejutan !" Ujarnya dengan senang.

"Wow kau sudah kembali dari Cambridge rupanya." Timpal Lorraine mencoba tersenyum. Ia berlalu begitu saja sambil membawa tumpukan kertas di tangannya.

"Sudah kubilang kan ?" Jocelyn melirik Davine dengan tatapan mengejeknya. Davine memukul bahu Jocelyn, membuat perempuan itu tertawa pelan.

Tiba - tiba pintu lift terbuka dan Thomas keluar dari sana. Ia memakai setelan jeans dengan kaos putih sementara itu di wajahnya bertengger masker berwarna hitam. Lelaki tersebut melepas maskernya kemudian tersenyum.

"Hai." Sapa Thomas singkat.

"Hai, Thomas. Ada perlu apa kau kemari ?" Sahut John dengan cepat. Jocelyn hanya melirik karena ia sudah tahu mengapa Thomas datang ke kantor Departemen Investigasi.

"Lorraine memanggilku kemari. Aku sendiri tidak tahu ada apa." Jawab Thomas memutar pertanyaan tersebut.

"Masuklah ke ruangannya, ia pasti sudah menunggumu." Tandas Jocelyn dengan tenang, mencoba menyelamatkan Thomas dari pertanyaan aneh lainnya.

Thomas tersenyum kemudian berlalu dari sana. Davine memperhatikan Thomas dari belakang sambil tersenyum penuh arti.

"Aku rela melepas masa lajangku bila Thomas Vann mengajakku berkencan." Ujarnya dengan tatapan mata yang menggoda pada Jocelyn. Perempuan itu bergidik ngeri kemudian mengambil bantal dan memukulkannya pada Davine.

"Dalam mimpimu !" 

John tertawa mendengar pertengkaran itu. Ia sudah lama mengenal Davine dan Jocelyn, mereka berdua memang seperti itu. Mereka kerap meributkan hal - hal kecil namun sejatinya persahabatan mereka sangat erat.

***

"Lorraine..." Thomas tersenyum saat Lorraine menoleh dengan wajah hangatnya.

"Kunci pintunya." Lorraine memberinya instruksi. 

Tiba - tiba Lorraine langsung memeluk Thomas begitu saja, bahkan saat ia tahu Thomas masih fokus untuk mengunci pintu.

"Hei Lorraine." Thomas merangkul perempuan itu sambil mencium keningnya. Sejak semalam saat Lorraine tiba - tiba menghubunginya, Thomas tahu bila Lorraine sedang tidak baik - baik saja.

Marriage DealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang