42 #RoadToEnd

1.2K 53 3
                                    

Thomas duduk dengan tenang di tepi ranjang Lorraine. Lelaki itu mengusap tangan Lorraine dengan lembut. Pandangan perempuan itu kosong. Ia tak membuka mulutnya sama sekali, membuat Thomas frustasi dengan keadaan.

"Lorraine, apa kau ingat saat kita kabur dari rumah seminggu sebelum kita menikah ? Semua orang mencari kita saat itu. Dan aku seperti 'Ya Tuhan, kita akan menikah hari ini Lorraine. Kita harus pulang.' Lalu kau berjalan ke altar tanpa riasan sedikitpun. Kau tetap perempuan tercantik bagiku hingga saat ini." Thomas tertawa saat kenangan tersebut tiba - tiba muncul begitu saja di otaknya. Itu masih menjadi kenangan termanis dalam hidupnya.

"Aku lupa. Yang kuingat kita selalu berdebat." Ujar Lorraine tiba - tiba. Thomas menoleh kemudian tersenyum.

"Perdebatan adalah hal yang wajar dalam hubungan."

Thomas menunggu reaksi Lorraine namun perempuan itu tak bereaksi sama sekali.

"Lorraine, aku sedang berkonsultasi pada seorang dokter kandungan mengenai program kehamilan. Aku rasa kita harus segera memiliki anggota keluarga baru. Sudah lama aku ingin menjadi seorang ayah. Scott berkata padaku bahwa menjadi seorang ayah adalah hal terhebat yang pernah ia rasakan."

"Aku benar - benar tidak pernah berpikiran untuk memiliki anak."

"Lorraine, aku mohon padamu. Aku mencoba untuk memperbaiki pernikahan ini. Tetapi semua usahaku bergantung kepada kemauanmu juga." Thomas berbisik sangat pelan sekali.

"Dan kau berharap bahwa anak bisa memperbaiki hubungan kita, begitu maksudmu ?"

"Lorraine, coba berpikir terbuka. Kita menikah cukup lama, kita sudah cukup dewasa sekarang. Apalagi yang kau tunggu ?"

"Entahlah Thomas, aku hanya ingin istirahat saat ini. Pergilah." Lorraine merebahkan dirinya begitu saja lalu memunggungi Thomas. Lelaki itu mengembuskan nafasnya pelan, menunggu beberapa saat untuk mendinginkan kepalanya sendiri.

"Lorraine, aku sudah mencoba segalanya untuk memperbaiki pernikahan ini." Ujar Thomas dengan suara yang sangat pelan namun masih bisa didengar oleh Lorraine.

"Kita bicarakan nanti."

"Tapi berjanjilah untuk mencoba, oke ?"

Lorraine tak menjawab ucapan Thomas barusan, membuat lelaki itu kembali bersedih sekali lagi.

"Aku telah memberitahu Scott mengenai pernikahan kita tetapi aku melarang segala jenis publikasi terhadap identitasmu, termasuk fotomu."

"Terima kasih sudah menghargai privasiku."

Thomas tersenyum miring. Lelaki itu menaikkan selimut Lorraine kemudian membiarkan perempuan itu beristirahat. Thomas pergi keluar karena Lorraine melarangnya untuk tidur sekamar dengannya. Mereka sedang berada di rumah Lorraine. Thomas bisa saja tidur di kamar lain namun ia tak ingin tidur malam ini. Ia ingin membicarakan sesuatu dengan Justin.

***

Suasana sangat dingin malam itu. Sudah pukul satu dini hari namun Thomas tak membatalkan acaranya dengan Justin. Mereka bertemu di salah satu kafe dekat dengan rumah Lorraine. Justin tak banyak bicara, ia diam bila Thomas tidak menanyakan sesuatu padanya.

"Aku berterima kasih kau mau melepaskan Lorraine. Tentang apapun ucapanku yang membuatmu merasa tersinggung, aku minta maaf. Aku tidak pernah berniat seperti itu. Lorraine sedang dalam masa - masa sulitnya saat ini, kaupun juga. Aku hanya ingin memastikan bahwa semua keputusan diambil karena keikhlasan, bukan karena paksaan."

"Aku melepaskan Lorraine tanpa paksaan siapapun, aku melepaskan Lorraine juga bukan karena aku takut padamu. Aku melepaskan Lorraine karena aku merasa aku punya tanggung jawab lebih besar untuk memastikan dia keluar dari hubungan bayangan. Hubungan bayangannya bukan dirimu, tetapi aku." Tandas Justin menegaskan alasannya. Thomas hanya mengangguk paham sambil berpikir.

Marriage DealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang