Jocelyn berencana tidur lebih awal malam ini karena ia sangat letih. Tetapi Anne Jean membuat rencananya tidak terlaksana karena anak itu tak kunjung tidur. Ia merengek terus menerus, membuat Jocelyn harus sabar berada di sampingnya.
Saat Anne Jean sedikit tenang, Jocelyn tertidur sekelebat sebelum ia terbangun karena suara pintu apartemennya yang terbuka tiba - tiba. Perempuan itu melotot terkejut karena tak ada yang tahu kata sandi pintunya kecuali Nancy dan dirinya sendiri. Sedangkan Nancy tidak akan datang kemari apabila Jocelyn tidak meneleponnya.
"Siapa itu ?" Batin Jocelyn dalam hatinya. Ia cepat - cepat turun dari kasurnya dan melihat ke arah monitor CCTV apartemennya.
"HHHH..." Jocelyn menarik nafas dalam - dalam. Ia segera berlari menuju pintu kamarnya kemudian menguncinya.
"Anne Jean ! Bangun sekarang !" Jocelyn berbisik tepat di telinga Anne Jean yang baru saja akan tertidur. Perempuan itu memakaikan Anne Jean jaket lengkap dengan sepatu hangatnya.
"Dengar aku baik - baik ! Seseorang sedang menyelinap masuk ke dalam apartemen kita. Kau harus sembunyi ! Apapun yang terjadi jangan keluar dari lemari sampai kau mendengar suara sirine polisi ! Kau paham ?"
"Apa yang terjadi ?" Anak itu mulai menangis ketakutan. Inilah yang Jocelyn takutkan. Anne Jean harus ikut terseret dalam urusan pekerjaannya.
"Kau tidak boleh menangis ! Bila ada seorang polisi bertanya siapa yang baru saja datang kemari, dia adalah Anneliese Spencer. Cepat sembunyi !" Jocelyn mencium kening gadis itu kemudian memasukkannya ke dalam lemari bajunya yang cukup besar. Ia memberikan sebuah botol minum pada Anne Jean agar anak itu tidak kehausan. Jocelyn berusaha menahan ketakutannya sendiri karena sesuai dengan kata Thomas, Anneliese pasti akan memburunya.
Jocelyn mencari - cari ponselnya di seluruh penjuru kamarnya namun ia tak menemukannya. Ia berusaha mengingat - ingat dimana ponselnya. Perempuan itu merutuk saat ia ingat bahwa ponselnya ada di dalam tasnya dan tasnya berada di dapur.
Dengan segala tekad dan keberanian, Jocelyn keluar dari kamarnya sambil membawa gelas, berpura - pura akan mengambil air di dispenser. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa seorang perempuan tak dikenal berada di balkon jendela apartemennya.
"Anneliese..." Batin Jocelyn dalam hatinya.
"Siapa kau berani menyelinap ke dalam apartemenku ?" Suara gertakan Jocelyn memecah heningnya malam itu. Perempuan tersebut menoleh. Ia benar - benar sangat cantik.
"Hai, Joce. Tampaknya kau memiliki masalah keamanan yang cukup serius karena kau tak pernah mengganti pin apartemenmu." Perempuan itu tersenyum.
"Apa yang kau inginkan dariku, Anneliese."
"Aku ? Bukannya kau ingin menemukanku ? Aku tidak ingin membuatmu susah, aku sendiri yang akan menghampirimu kemari."
"Menghampiriku sebagai seorang penguntit dan pencuri, begitu maksudmu ? Pergilah dari sini sebelum ada petugas keamanan yang datang. Aku sudah menelepon polisi." Jocelyn tidak berhenti menggertak perempuan itu walaupun ia sendiri belum menelepon siapapun.
"Wow, kau pemberani rupanya." Anneliese tertawa ringan.
"Kau tidak bisa memanipulasiku, aku tidak sebodoh itu." Sergah Jocelyn dengan cepat.
"Aku juga tidak sebodoh itu untuk melewatkan kedekatanmu dengan Thomas. Dia sangat manis kan ? Aku tahu itu."
"Obsesi buta, kau menjadi psikopat hanya karena gagal mendapatkan seorang laki - laki. Aku sudah tahu segalanya tentangmu, menyerahlah segera Anneliese."
"Kau pikir kau siapa ?" Anneliese mengeluarkan sebuah pisau dari saku mantelnya. Ternyata benar prediksi Jocelyn selama ini. Anneliese selalu menggunakan sarung tangan agar sidik jarinya tak tertempel dimanapun. Jocelyn ingin mengambil pisau namun untuk pergi ke dapur, ia harus melewati Anneliese.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Deal
Romance[END - WRITTEN IN BAHASA] #1 on Investigation (Aug 19th, 2021) #1 on Logic (Apr 9th, 2022) #5 on Fresh (Aug 2nd, 2021) #40 on Trending (Jan 29th, 2021) #54 on Detective (Mar 5th, 2021) #57 on Baru (Jan 29th, 2021) THE STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY...