19. But I Want You

1.9K 381 45
                                    

Myungsoo terpekur menatap ponselnya, dia membaca pesan itu, hanya sebuah kata yang menyebutkan namanya, dan entah mengapa dia merasa sangat enggan untuk membalasnya.

Katakan dia berlebihan, tapi kenyataan bahwa perasaannya tidak terlalu nyaman ketika mengingat kejadian kemarin adalah salah sati faktornya. Bahkan saat dia memberikan alasan tidak masuk akal kepada Sooji atas ketidaksediaannya untuk mengantar pulang, wanita itu setuju saja dan tidak menanyakan apapun, apalagi perihal janji makan siang mereka yang terpaksa batal.

Myungsoo tidak mengerti mengapa dia harus merasa segusar ini, tapi menurut Shannon katanya dia sedang cemburu karena melihat Sooji bersama pria lain.

Iya, pada akhirnya Myungsoo tetap bercerita ke Shannon alasan sebenarnya dia tidak jadi makan bersama Sooji, itu karena dia melihat Sooji pergi bersama pria lain yang tidak lain adalah mantan tunangannya.

Awalnya Shannon memarahinya dan mengatakan dia terlalu berlebihan, padahal bisa saja dia mendatangi Sooji dan menanyakan sendiri siapa pria itu, tidak perlu diam dan lari begitu saja tanpa meminta penjelasan. Tapi Myungsoo membela diri dengan mengatakan dia tidak mungkin langsung muncul begitu saja dan mengkonfrontasi mereka, Sooji pasti akan kebingungan dan kaget karena dia tiba-tiba ada di sana, jadi langkah yang terbaik menurutnya adalah pergi saja, dan mendengarkan penjelasan wanita itu nanti, saat perasaannya sudah lebih baik.

Intinya waktunya bukan sekarang, nanti saja.

"Awh," Myungsoo langsung mengibaskan tangannya saat ada rasa perih di sana karena terkena air panas yang berasal dari gelas kopi yang sekarang sudah tergeletak pasrah di atas lantai, dia menoleh dan menemukan seorang gadis berdiri panik di sampingnya.

"Eh, astaga maaf. Sungguh, saya tidak sengaja, aduh, maaf," gadis itu berkata sambil mengeluarkan tisu dari tasnya lalu tanpa mengatakan apa-apa langsung mengusap tangan Myungsoo.

"Awh, jangan digosok, sakit," gerutu Myungsoo saat menarik tangannya, dia masih memasang wajah datar meskipun tangannya terasa perih, "tidak apa-apa, saya tau kau tidak sengaja," ucapnya sambil meletakkan tangannya kembali ke atas meja, dia menatap tangannya yang memerah lalu menghela napas. Harus segera diberi salep antibakar agar perihnya bisa cepat hilang, tapi kotak p3knya ada di mobil dan dia sedang malas bolak balik ke parkiran karena Shannon ingin menemuinya di sini setelah kelasnya selesai.

"Maafkan saya."

Myungsoo terkejut saat melihat ada sebuah tangan lain yang menghalangi tangannya, alisnya berkerut dalam ketika sadar bahwa gadis itu sedang menyentuh punggung tangannya yang perih.

"Saya akan obati."

Alis Myungsoo berkerut, dia mendiamkan tangan itu beberapa detik lalu secara refleks dia menolehkan kepalanya, matanya menyipit saat langsung menemukan sosok yang sejak semalam terus mengganggu pikirannya, tapi belum juga dia sempat melakukan apa-apa, wanita itu langsung berbalik meninggalkan tempatnya.

"Maaf," Myungsoo menarik tangannya lalu menatap gadis yang terlihat salah tingkah di sampingnya, "saya bisa mengobatinya sendiri," ucapnya menarik ransel di atas meja lalu bergegas meninggalkan kantin. Myungsoo menatap punggung Sooji yang menjauh, dengan cepat dia menyusulnya.

"Tunggu," saat ini Myungsoo sudah meraih lengan Sooji dan membuat wanita itu berbalik menghadapnya, "kenapa pergi begitu saja?"

Tanpa diduga Sooji menatapnya sengit, pria itu bisa menebak jika ada kemarahan di ekspresi wajahnya, tapi yang tidak bisa diduganya adalah, apa alasan kemarahan Sooji saat ini?

Bukankah atas kejadian kemarin, dialah pihak yang lebih pantas marah?

"Sia-sia aku merasa cemas, kenyataannya kamu malah sibuk dengan perempuan lain saat aku tidak ada."

Pretty Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang