14. Intensive Training

1.5K 394 95
                                    

Myungsoo mendengus tak sabaran ketika mendengar ocehan Shannon yang tidak berhenti sejak beberapa menit yang lalu, dia bahkan tidak sadar sudah selama apa gadis itu menceramahinya dan jujur saja tidak ada satupun hal yang diucapkan gadis itu bisa dia pahami. Semua kalimat yang terucap darinya hanya terdengar seperti sebuah dengungan menyebalkan yang membuat kepalanya merasa pusing.

"Shannon..."

"Jangan menyelaku sialan! Kau ini memang pantas diomeli, tidak, bahkan kalau bisa aku harus membedah kepalamu dulu biar kau bisa berpikir dengan jernih!"

Shannon marah, tentu saja. Itulah yang dilakukan gadis itu sejak menemuinya hari ini. Dan Myungsoo tidak mengerti alasan kemarahan Shannon, apalagi gadis itu menyebut-nyebut masalah acara kencannya kemarin. Dia tidak tau apa korelasi antara kemarahan Shannon dan kejadian kemarin itu.

"Aku yakin otak encermu itu hanya berisi segudang coding dan angka-angka rumit sampai-sampai untuk mendekati wanita saja kau sudah mati gaya!"

Myungsoo menggelengkan kepalanya, oke, sekarang dia mungkin mulai memahami dari mana akar kemarahan Shannon berasal.

"Kau tau sendiri aku seperti apa," ujarnya yang terdengar seperti membela diri, tapi Shannon tanpa ampun malah mendengus kasar.

"Persetan denganmu, puluhan kali kusuruh berkencan dan dekati siapapun yang berjenis kelamin wanita! Tapi kau lebih memilih mengencani komputer-komputer sialan itu!" Shannon menjerit frustasi, melemparkan bantal sofa yang langsung kena kepala Myungsoo, "aku saja akan ilfeel kalau kau mengajakku menonton film keluarga sialan itu!"

"Berhenti mengumpat, please," Myungsoo berucap dengan wajah tak enak, "kita bisa bicarakan ini baik-baik," bujuknya lagi, tapi Shannon bersikeras untuk tetap mengkonfrontasinya dengan kemarahan yang sudah meledak.

Myungsoo menghela napasnya pasrah, "oke, itu memang salahku. Aku minta maaf, kemarin aku juga minta maaf pada Sooji dan dia menerimanya," tukasnya dengan wajah nelangsa, "aku baru dalam hal ini Shannon, ayo kasihanilah aku...masih ada kesempatan untukku, kan?"

"Kesempatan my ass!" Shannon menggertak, tapi melihat wajah memelas sahabatnya, akhirnya dia duduk di sofa, mengendurkan otot-ototnya yang sempat menegang.

"Aku hanya ingin kau memiliki pengalaman Myungsoo, ingat usiamu sudah 23 dan kau sama sekali masih belum bisa menyapa seorang wanita dengan benar," keluhnya, kali ini intonasi suara Shannon sudah lebih rendah, dia lelah sebenarnya karena hampir setengah jam terus mengoceh mengenai ketololan Myungsoo.

"Maafkan aku," ucap Myungsoo sepenuh hati, "aku tau maksudmu sangat baik. Akulah yang terlalu bodoh di sini," lanjutnya lagi, ikut duduk di samping Shannon dan menghempaskan kepalanya ke sandaran sofa.

"Aku sama sekali tidak memiliki pengalaman apapun, aku buta masalah ini. Sementara Sooji, dia wanita dewasa yang sangat menarik, jelas dia memiliki banyak pengalaman," ungkap Myungsoo, mencoba untuk mengutarakan pemikiranmya mengenai pendekatan yang terjadi secara tiba-tiba ini, atas paksaan Shannon tentu saja, "aku tidak merasa pantas Shannon."

"Kenapa?" Shannon menatapnya dengan heran.

"Lihat dia, dan lihatlah aku...astaga! Bahkan aku lebih muda darinya, mana mau dia sama pria muda yang kaku sepertiku."

Shannon menggeleng tak setuju, dia menarik pundak Myungsoo agar pria itu mau menatapnya, "coba pikir, apa selama kau mencoba mendekati Sooji eonni, dia terlihat tidak senang? Apa kau melihat tanda bahwa dia risih bersamamu?"

Myungsoo berpikir, memutar kembali otaknya, selain pertemuan awal-awal mereka yang buruk, tidak ada tanda-tanda bahwa Sooji merasa tak nyaman bersamanya. Wanita itu terlihat sangat santai dan luwes ketika mereka jalan bersama.

Pretty Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang