9. Walk on Ice

1.5K 382 58
                                    

Sooji diam-diam melirik pria yang berjalan tenang di sampingnya itu, kemudian menghela napas panjang saat pandangannya kembali mengarah ke jalanan yang mereka lalui. Setelah berhasil ditinggalkan oleh Shannon dan Noori, dia terpaksa mengikuti Myungsoo karena tujuan mereka memang sama, ke hotel. Padahal sebenarnya dia lebih memilih tetap di restoran saja dan membiarkan pria ini pulang sendiri, daripada harus berjalan dengan robot kaku ini.

Noori sebenarnya tidak salah saat mengatakan jika dia sedang banyak pikiran sehingga membuatnya jadi aneh seharian ini, juga sudah mengakui akibat perkataan Myungsoo kemarin, dia menahan diri untuk tidak meledak-ledak lagi yang mana setelah dipikirkan matang-matang tindakan itu memang cukup berlebihan.

Sooji adalah seorang wanita dewasa yang berprinsip, dan membiarkan kontrol dirinya berantakan hanya karena seorang bocah adalah sebuah skandal yang sangat memalukan, jadi aksi diamnya hari ini jelas bukan karena takut akan ancaman murahan yang diberikan Myungsoo untuknya, melainkan karena kewarasannya yang sempat hilang beberapa hari lalu telah kembali dan duduk tenang di tempatnya semula sekaligus memberi peringatan pada dirinya sendiri untuk tetap pada kontrol yang tepat.

Anggap saja apa yang bocah itu katakan padanya kemarin sebagai penunjuk jalan agar kewarasannya bisa pulang. Dan setelah dipikir-pikir, tidak ada gunanya juga memusuhi bocah itu, tidak ada untungnya.

"Ehm.." Sooji berdeham setelah berpikir panjang, ia kembali melirik Myungsoo dan mencoba untuk membuat sebuah percakapan, dia tidak mungkin teris diam sepanjang perjalanan karena itu hanya akan menunjukkan bahwa dia mengakui merasa terancam, padahal tidak seperti itu kebenarannya.

"Jadi, you kuliah?"

Myungsoo menoleh dengan wajah bingung karena wanita yang sejak tadi hanya diam saat jalan bersamanya itu akhirnya berbicara.

"Kata Shannon tadi, you mengambil program magister."

"Oh itu, ya, saya sedang dalam program magister," jawab Myungsoo dengan lugas.

Sooji menggangguk mengerti, tapi ada sesuatu yang masih mengganjal di pikirannya. Jika Myungsoo sudah berada di program magister, jadi berapa usia sebenarnya?

"How old are you?" Pertanyaan itu tanpa sadar keluar dari bibir Sooji membuat Myungsoo kembali menatapnya dengan aneh.

"Usia saya?"

"Ya, you sudah menjalankan program magister, but your age di profilmu terlalu muda..."

"Saya dua kali mengikuti kelas akselerasi, makanya bisa cepat selesai kuliah."

Sooji menyipitkan mata menatap wajah Myungsoo yang masih datar-datar saja saat menjawab pertanyaannya, tidak ada ekspresi sombong atau bangga seperti yang diharapkannya. Padahal pada pertemuan pertama pria ini terlihat sangat angkuh.

"Jadi, you lompat kelas?"

Myungsoo mengangguk saja sebagai jawaban.

Dia cerdas juga ya...hmm tapi tetap saja sifat soknya itu sangat buruk.

"Anda berubah."

Gumaman itu hampir tidak terdengar, tapi telinga Sooji masih sempat menangkapnya, kali ini dia yang menatap Myungsoo dengan tatapan kebingungan saat pria itu balas menatapnya.

"Tumben seharian ini tidak marah?"

Mata Sooji langsung melotot saat mendengar pertanyaan itu, mencebik saat kembali berjalan, dia bahkan tidak sadar kapan mereka berhenti berjalan di tengah trotoar ini.

"None of your bussiness!" Serunya kesal, di belakangnya Myungsoo tersenyum kecil.

"Apa karena perkataan saya kemarin?" Pria itu menyusul dan kembali berjalan di sampingnya, Sooji yang baru saja mencoba ingin berhubungan baik dengan Myungsoo sebagai rekan bisnis akhirnya kembali menyerah, pria ini memang tidak bisa di kasih kesempatan.

Pretty Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang