13. Kelanjutan

290 11 1
                                    

Kalo gue nyaman sama lo, gue bisa apa?

********************

Beberapa bulan kemudian

Hubunganku dengan Deni masih berlanjut. Kurang lebih sudah ntah berapa lama kami menjalani status sebagai 'pacar pura-pura'. Dan selama beberapa bulan kebelakang ini juga, warga sekolah dan yang lain beranggapan bahwa kami memang pacaran.

Bukti yang kuat tentang hubungan kami adalah sering berlakunya adegan romantis yang dilakukan Deni padaku. Setiap hari, Deni akan mengantar jemput ku ke sekolah. Tak jarang, Deni slalu membawakan ku bekal setiap harinya, dengan alasan supaya aku tidak jatuh sakit akibat makan sembaarangan. Terkadang aku dan Deni juga terlihat duduk berdua di kantin, atau di tepi lapangan. Orang-orang sih nganggep nya romantis atau lebay, karena gak mau pisah sedetik pun. Padahal mereka gatau aja, itu semua kan strategi supaya Ketty bisa move on dari Deni.

Tentang Ketty, gadis itu masih saja keukeh ingin menjadi pacar Deni. Dan ancaman yang dilakukan Ketty memang benar terjadi. Tuh cewek kadang emang suka gak mikir. Pernah aku harus mendorong motor sejauh 5kilo gara-gara ban motorku di kempesin sama dia. Alhasil, aku lebih memilih minta anter sama supir. Pernah juga, Ketty menyiram pahaku dengan air panas. Yang kemudian ku balas dengan menumpahkan kuah bakso di bajunya, yang alhasil berakhir di ruang BK. Dan segala gangguan dari Ketty.

Orang tua ku juga sudah kembali dari Jakarta. Beberapa bulan lalu sudah bagi raport kenaikan kelas. Dan aku menjadi juara pertama di kelasku. Alhamdulillah rejeki anak soleh.

Dan kak Iqbal juga sudah melanjutkan kuliah. Sayang, dia hanya kuliah di sini. Tidak berniat untuk keluar. Padahal, kalau dia kuliah di luar kota atau luar negri, aku akan sangat senang karena akan terbebas dari dia. Bahkan kalau bisa, kuliah di planet sebelah juga aku ikhlas. Sayang nya itu tak terjadi.

Dan kini, aku sudah resmi duduk di bangku kelas 8. Sudah memiliki adik kelas. Lagi-lagi, aku, Deni, dan Ketty satu kelas. Begitu juga dengan Friska. Kini, masalah terbesar ku adalah bagaimana cara untuk membuat Ketty move on dari Deni?

Siang itu, Ketty kembali lagi berulah. Saat aku dan Deni sedang makan berdua di kantin, tiba-tiba saja Ketty datang menghampiri.

"Ehmm"

Aku dan Deni menoleh ke sumber suara.

"Emm, Den. Nanti siang gue boleh nebeng pulang sama lo gak? Supir gue gak bisa jemput nih" ucap Ketty dengan nada dibuat semanja mungkin.

"Sorry gue gak bisa. Gue pulang sama Salsa" ucap Deni datar. Sedangkan aku hanya tersenyum.

"Tapi kan mobil lo muat buat lebih dari 2 orang!" ucap Ketty kesal.

"Ya emang sih. Cuma ntar gue sama Salsa mau jalan pulang sekolah." ucap Deni lagi.

Jalan? Pulang sekolah? Nih anak totalitas banget deh kalo boong.

Ketty pergi berlalu dari hadapan kami.

"Akting lo bagus banget ya. Siapa tau ntar lo jadi aktor tuh" ucapku sambil cekikikan.

"Gue serius. Pulang sekolah mau ngajak lo ke mall" ajak Deni.

"Dalem rangka?" tanyaku heran.

"Dalam rangka suka-suka gue"

Aku mengerucutkan bibir dan melanjutkan kembali memakan bakso yang ada di hadapanku.

Ketty kembali dengan membawa semangkuk mie ayam dan jus jeruk.

"Gue numpang makan disini ya, udah gaada kursi kosong lagi" ucap Ketty berbohong. Padahal kursi di kantin masih banyak yang kosong, wong kantin aja sepi gini.

Hello MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang