2.Mengenal Rasa

648 22 1
                                    

"Kak Iqbal cepetan. Kalo sampe Salsa telat, bisa kena hukum ntar" pintaku agar kak Iqbal menambah laju kecepatan mobil nya. Pagi ini benar-benar sial. Setelah mendapatkan black berry baru dari kedua orang tuaku, aku asyik memainkannya tanpa mengenal waktu. Sampai tak kusadari, jarum jam sudah bertengger di angka 1 pagi! Sampai akhirnya, aku baru tidur pada pukul 2 pagi! Alhasil, aku bangun pada pukul 06:30. Menakjubkan!!!

Mobil kak Iqbal berhenti di hadapan gerbang sekolahku. Sialnya, ini adalah hari Senin. Upacara bendera. Dan sudah dimulai! Guru-guru killer sudah asyik berjejer di depan gerbang.

"Nanti pulang di jemput pak Ujang" ucap kak Iqbal, agar aku menunggu supir keluargaku.

"Oke" jawab ku seadanya.

Aku turun dengan perasaan campur aduk kini. Mobil kak Iqbal melaju pergi dari hadapanku. Menyisakan aku sendiri dengan guru-guru ajaib di sekolahku.

"Pa..pagi..pa..pak" sapaku gugup. Mencoba menyapa mereka. Siapa tau diringanin hukumannya.

"Cepat baris di dalam! Hari ini kamu say selamatkan! Lain kali jangan di ulangi" perintah pak Eko tak terbantahkan.

"Te..terima kasih pak" dan aku pun segera berlari masuk.

Upacara bendera sudah selesai. Aku merapikan atribut sekolahku di dalam kelas. Cuaca pagi ini sangat panas. Matahari seolah ingin mengeluarkan semua energi panas yang dimilikinya. Membuat tubuhku berkeringat. Dan aku berharap bau ketek tidak menyerangku.

"Kok lo bisa telat sih?" gerutu Amanda.

Aku tersenyum tanpa dosa. "Keasyikan chating sama cogan" jawabku polos.

"Arsel?" tanya Friska kepo.

Aku membalas dengan anggukan kepala. Aku mengedarkan pandangan ku ke penjuru kelas. Mendapati Arsel sedang berjalan ke arah kami.

"Hai" sapanya ramah.

"Ha..hai" jawab ku gugup. Ya iyalah gugup! Oppa gue lagi depan mata nih!

"Nih buat lo" ucap Arsel sambil menyodorkan sebotol pocari padaku. "Dari tadi gue liat lo keringetan. Kalik aja lo haus"

"Makasih" ucapku polos. Tanganku bergerak mengambil botol pocari dari tangan Arsel. Tak sengaja, tangan ku dan tangannya bersentuhan. Untuk pertama kalinya, aku merasakan darah ku berdesir dan jantung ku berdetak cepat.

Inikah yang namanya hati cenat cenut?

********************************

Beberapa bulan kemudian

Seragam baru melekat di tubuh mungilku. Rok biru menandakan identitas ku yang baru, berstatus sebagai pelajar SMP. Ku pandang diriku di depan cermin kamarku. Aku senang sudah bertambah dewasa. Tapi sedikit jengkel, jerawat sudah menyerang permukaan wajahku. Ditambah kesedihan melanda diriku. Kak Flora, memutuskan untuk melanjutkan SMA keluar kota. Dia tak mau melanjutkan sekolah di salah satu SMA yang ada di kotaku, Bandar lampung. Katanya, supaya bisa mandiri. Jadilah dia pindah ke Jakarta. Menyisakan aku dengan manusia ternajis di muka bumi, kak Iqbal.

*********************************

Aku mengendarai motor matic ku ke sekolah. Kata papa, aku harus bawa kendaraan sendiri supaya aku terbiasa. Aku bersekolah di SMP yang masih baru, SMP JAYA namanya.

"Hai monyet" sapa Friska ketika aku masuk ke dalam kelas.

"Oh, hai beruk" balasku. Aku dan Friska memilih untuk masuk ke SMP jaya, sedangkan Amanda di SMP Negri. Amanda satu sekolah dengan Arsel. Jadi, kusuru saja dia buat memata-matai Arsel setiap hari.

Hello MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang