18. Sebuah Kata Maaf

296 15 0
                                    

Malamnya, setelah aku sudah selesai makan malam aku berdiam diri di dalam kamar. Aku merasa masih memikirkan tentang perkataan Deni siang tadi. Ntahlah, atau mungkin memang dia yang sedang tidak ingin di ganggu atau aku yang terlalu baper? Nalar ku sebagai perempuan sudah pasti berbeda dengan nalar laki-laki. Aku ingin mencurahkan isi hatiku pada laki-laki. Papa? bunuh diri namanya. Kak Iqbal? yang ada ntar di bully abis-abis an. 

Setelah sibuk berargumen dengan pikiran sendiri, aku lebih baik tidur. Tapi, sebuah pesan LINE di ponselku mengalihkan perhatianku.

Lagi apa?

sudah ku duga itu pasti dari Deni. Apa dia tidak merasa bersalah pada kejadian tadi.

cuma di read?

kamu kenapa Sal?

Aku tak berniat ingin membalas pesan itu. Badanku bergerak masuk kedalam kamar kak Iqbal. Pria itu sedang terbaring di atas ranjang nya. Dengan ponsel yang menempel pada telinga nya. Sesekali pria itu tersenyum, atau bahkan tertawa.

"Kak" panggilku lemah. Pria itu menoleh. Kemudian mengucapkan sapatah kata pada seseorang di sebrang sana. Tak lama mematikan sambungan, dan duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Kenapa?" tanya nya heran.

"Salsa mau disini sebentar boleh?" tanyaku hati-hati. Kali ini, aku berbicara dengan nada yang lembut dan bahasa yang baik.

"Apaan?"

"Menurut kakak, kalo Salsa kesel sama Deni gimana?"

"Kenapa lagi lo sama dia? Baru SMP kisah nya udah ngalahin anak SMA aja lo bedua" ucap kak Iqbal asal.

"Jadi gini. Deni sakit dan Salsa jenguk. Ternyata pas jenguk bareng sama cewek yang naksir Deni. Trus kita adu mulut gitu dan Deni marah. Alhasil dia ngusir kita bedua. Ya udah Salsa pulang. Tapi Ketty malah tetep aja di kamar Deni"

"Udah?"

"Iya" jawabku polos.

"Gitu doang dipermasalahin! Cowok itu emang gak suka sama yang berisik dan lebay. Udah tau lagi sakit. Kalian malah bikin rusuh"

"Ya tapi Salsa kesel juga kak. Yakalik dia sama Ketty! Aish gatau ah"

"Trus dia gak ngabarin lo"

"Tadi si dia nge-LINE Salsa. Tapi cuma Salsa read aja"

"Coba gue liat"

Aku pun menyerahkan ponselku pada kak Iqbal.

"Hallo" ucap kak Iqbal menempelkan ponselku pada telinga nya.

Jangan-jangan dia nelfon Deni lagi!

"Kak Iqbal!!!!! Balikin gak!" teriakku kasal dan berupaya merebut kembali ponselku.

"Den,  Salsa ngambek nih! Katanya dia kesel sama lo"

"Balikin!!!!!" teriakku kesal.

Aku melompat dan mengambil ponsel itu. setelah benda mungil itu kembali ke tanganku, aku segera berlari ke kamar. Sedangkan kak Iqbal tertawa kencang di belakangku.

Laknat emang!

*************

Sedari tadi, yang kulakukan hanyalah berjalan kesana kemari. Mengabaikan puluhan panggilan dari Deni. Kurang lebih sudah sebelas kali pria itu menelfonku. Tapi tak ada satupun panggilannya yang kuangkat.

Genap panggilan yang kedua belas, akhirnya kuangkat juga sambungan itu.

"Kenapa?"

"Bener kata kak Iqbal?"

Hello MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang