Terima kasih, atas semua perhatian mu. Tapi maaf, semua itu justru hanya sebatas status teman.
*********
"Nggak mau mampir dulu kak?" Tawar ku pada kak Vano.
Kak Vano tersenyum lembut." Lain kali deh Sa, gue mau ke rumah Jerry dulu mau ngerjain proposal" tolak nya halus.
"Ya udah, hati-hati ya kak. Thanks udah anter gue balik"
"Sama-sama" balasnya lembut. Lalu pria itu menjalankan kendaraan nya.
Aku masuk ke dalam rumah. Cukup sepi sih, mungkin papa masih di kantor. Mama mungkin sedang sibuk baca majalah di dalam.
"Salsa pu-" teriakan ku terhenti begitu saja. Melihat sebuah sosok yang kini tengah duduk di kursi ruang tamu.
"Kok lo ada disini?!" Pekik ku. Cukup shock melihat makhluk ini ada di dalam rumah ku.
"Waalaikumsalam" sindir makhluk itu.
Aku mendengus."Gib, lo ngapain disini?" Tanyaku heran. Perasaan anak ini di sekolah deh.
"Gue mau pinjem catetan biologi lo. Tapi gue tungguin dari tadi, eh lo baru balik sekarang"
"Lo nunggu berapa lo lama?" Tanyaku kepo.
"Sekitar sejam lah"
Mataku sontak melebar."what?sejam?" Tanyaku heboh. Jangan-jangan nih anak ketemu sama kak Iqbal lagi. Mampus! Bisa di bully gue.
"Iya, tadi gue sempet ngobrol sama kakak lo, katanya tadi lo marah-marah karena masalah mobil" jelas Gibran.
"Ya udah lo mau minjem catetan doang kan? Nih" ucapku menyodorkan buku bersampil coklat muda itu.
Gibran menerima nya. Lalu membuka lembar demi lembar dan membaca nya.
"Buset, banyak amat! Bu Erna emang sadis" ucap Gibran kesal.
"Udah sana balik"
"Lo ngusir?"
"Lagian lo mau ngapain lagi sih? Kan kata nya mau ambil buku. Noh udah"
"Ya udah gue balik ya"
*************
Kantin tidak begitu ramai seperti biasa nya. Namun masih bisa di bilang ramai. Banyak anak kelas sebelas yang mendominasi tempat ini. Mungkin kelas dua belas banyak yang nongkrong di perpustakaan atau kelas. Maklum, fokus mau ujian. Dan kalo kelas sepuluh mah nggak usah di tanya. Palingan juga nggak berani ke kantin.
Memang sih, di sekolah ini bisa di bilang ada sistem senioritas nya. Tapi bukan sistem yang senioritas banget. Hanya saja, saling menghargai dan menghotmati saja. Tapi tetep aja, banyak kelas sepuluh yang nggak berani ke kantin.
Aneh memang. Apa susah nya sih? Atau, apa takut nya sih sama senior? Sama-sama makan nasi juga.
Dan mungkin alasan yang lain seperti kejadian siang ini.
Tasya dan dayang-dayang nya berjalan dengan anggun ke meja ku dan Kiki. Dengan santai nya, gadis manja itu menampar pipi ku.
Plak
Suara itu terdengar di seluruh penjuru kantin. Membuat semua orang berpusat kepada satu titik. Ala ala miss Indonesia nih gue,; semua mata tertuju pada gue.
Aku memegang pipiku yang terasa panas.
"Maksud lo kemarin pulang sama Vano apa hah?" Tanya Tasya dengan menggebu-gebu.
Plak
Ku balas tamparan Tasya lebih keras."Bangke! Maksud lo nampar gue apa setan!" Ucapku kesal. Tasya memang sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Memory
Teen FictionIni adalah kisahku, Salsalia Amara Putri. Kisah cinta ku yang dimulai sejak aku duduk di bangku kelas 6 SD. Dan kini, aku sudah duduk di bangku SMA favorit di kotaku. Disini, aku bercerita tentang kisahku yang kumulai dari orang pertama hingga yang...