39. Minta Ijin

203 9 1
                                    

Segelintir manusia sedang berkumpul di lapangan utama. Panas dari matahari sama sekali tidak dapat menjadi alasan para siswa untuk pergi. Tepat di hadapan semua siswa, kepala sekolah berdiri dengan gagah nya. Dengan mike dihadapan mulut nya, sang kepala sekolah siap memberikan ultimatum nya.

"Hari Sabtu, sekolah kita akan mengadakan camping. Maka dari itu seluruh siswa akan diberikan formulir untuk diberikan kepada orang tua kalian masing-masing" ucap sang kepala sekolah.

Para siswa sudah ramai yang berbisik-bisik. Bagai ribuan lebah yang sedang berkerumun.

"Bagi kalian yang berminat dan diberikan izin oleh orang tua kalian masing-masing. Silahkan mengembalikan formulir nya kepada ketua osis kita, Devano"

"Yes, gue harus ikut supaya bisa balikin formulir ke kak Vano. Kan lumayan modus walaupun cuma sebentar" celutuk salah seorang gadis yang berbaris tak jauh dariku.

"Iya bener banget. Kapan lagi kan bisa ngobrol sepatah dua patah kata sama kak Vano" jerit cewek satu lagi.

Please deh, gue tiap hari juga ketemu, ngobrol sama tuh orang. B aja tuh

"Baiklah saya rasa sudah tidak ada yang harus saya bicarakan. Silahkan kalian semua kembali ke kelas kalian masing-masing" ucap kepala sekolah mengakhiri ultimatum nya.

Dan seluruh siswa berjalan bubar kembali ke dalam kelas nya masing-masing.

"Gila si panas banget. Gerah gue" ucap Kiki sambil mengelap keringat di wajah nya menggunakan tisu.

"Baru panas dikit" ucapku santai.

"Panas dikit pala lo! Oh iya deng lebih panas lagi kalo liat mantan jalan sama pacar baru ya?" Goda Kiki padaku.

Aku mendengus. Karena memang fakta nya Deni, sang mantan terlihat sudah mengklarifikasi hubungan nya dengan sang kekasih baru, alias go public.

"Idih apaan sih, gue mah enggak ada apa-apa lagi sama dia. Ogah banget gue. Lagian nih ya, yang mutusin nya kan gue, jadi sans lah" ucapku santai.

Kiki melempar tisu bekas kedalam tempat sampah. "Iya-iya, paham kok sama yang sekarang di incer sama cogan sekolah, alias kak Vano sama Gibran" goda Kiki lagi dan membuat pipiku memanas.

"Apaan sih! Gue sama kak Vano cuma adek-kakak an doang kok, nggak lebih" ucap ku jujur.

"Yakan kalo sama kak Vano, sama Gibran gimana nih, apalagi yang di kasih surprise di atas fly over" goda Kiki lagi.

"Kiki" rengek ku kesal. Sialan emang ini anak.

"Tapi ya Sal, kalo misalkan si Gibran deketin lo, pepet aja say jangan tanggung-tanggung. Pepet terus, jangan kasih kendor. Gue dukung full" ucap Kiki bersemangat.

"Lo naksir sama Gibran ki?" Tanyaku penuh selidik.

"Dibilang naksir bisa dibilang si, tapi bukan yang naksir-naksir banget, b aja sih" ucap Kiki.

"Kok lo semangat banget nyomblangin gue sama dia?"

"Dia itu ganteng lo cantik. Dia tinggi lo pendek" ucap Kiki santai. Nih anak emang suka aneh ya kadang-kadang.

"Itu doang?"

"Banyak sih, tapi udah ah yang penting kalian jadian aja"

"Jadian mbah mu"

***********

"Tumben sendiri. Bodyguard lo kemana?" Tanya Gibran dengan nada menyindir. Saat ini, diriku sedang menyantap semangkuk bakso seorag diri di kantin. Dikarenakan Kikiyang sedang sibuk menyalin pr Kimia ku, dan Kak Vano yang sedang sibuk menyiapkan acara camping.

Hello MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang