19. Damai

286 15 0
                                    

Kantin terbilang cukup ramai hari ini. Banyak diantara kami yang membutuhkan asupan makanan. Seperti nasi goreng misalnya. Aku berjalan seorang diri di kantin. Friska, sejak tadi tidak diketahui dimana keberadaan nya. Dengan langkah gontai, aku menyusuri kantin dan mendapati Friska sedang makan berdua dengan Okta

"Katanya gamau. Tapi di embat juga" ucapku asal.

Dua insan itu menoleh. Mendapati diriku yang kini tengah tersenyum tanpa dosa.

"Gak sengaja kok" ucap Friska membela diri.

"Gue makan disana aja ya. Gasuka ganggu soalnya"  ucapku jahil dan berlalu ke salah satu meja yang kosong.

Aku menyeruput teh kotak yang kubeli tadi. Rasa manis dan segar langsung menjalar di tenggorokanku.

"Salsa" panggil sebuah suara. Aku menoleh dan mendapati Deni sedang duduk disebelah ku. Aku kenaikkan alis ku, sedikit aneh kan kalau Deni memakai jaket di siang bolong yang luar biasa panasnya. Terlebih lagi jaket tebal.

"Kamu kenapa?"  tanyaku langsung. Sedikit panik melihat kondisi Deni dengan wajah pucatnya.

"Gak kenapa-kenapa" jawabnya santai sembari tersenyum. Namun, dapat kutangkap sorot mata nya teduh. Berbeda dari biasanya.

"Kenapa?" desak ku sekali lagi.

"Kepala aku cuma pusing doang" ucap Deni pada akhirnya. "Maaf Sal" kalimat itu terulang lagi.

"Maaf untuk?" tanyaku heran.

"Kamu marah sama aku"

"Gak marah kok"

"Tapi kata kak Iqbal, kamu marah sama aku"

"Bukan marah. Cuma kesel doang" ucapku.

"Iya aku tau aku salah. Aku minta maaf ya"

"Udah lah lupain aja. Mending kita sekarang ke uks ya" ajakku yang mulai khawatir melihat keadaan Deni yang bertambah pucat.

Deni mengangguk dan menerima ajakanku.

"Eh lepasin-lepasin" ucap sebuah suara memberhentikan ku dan Deni berjalan. Seorang gadis berlari di ujung koridor dan menghampiri kami. Dengan sigap, gadis itu melepaskan tanganku yang sedang menggandeng tangan Deni.

"Bisa gak sehari aja lo gak usah ganggu! Deni lagi sakit bego!" umpatku kesal. Gadis ini memang sudah benar-benar miring otaknya.

"Kamu sakit? Aku anter ke uks ya" ucap Ketty dengan cepat. Gadis itu mendekat dan hendak menggandeng lengan Deni.

Dengan sigap, lengan Ketty ditepis kasar oleh Deni.

"Gue bilang sekali lagi sama lo. Berhenti gue atau pun Salsa. Dan berhenti ngejar gue. Karna sampai kapan pun, gue gaakan pernah suka sama lo" ucap Deni dingin dan segera menarikku untuk berjalan.

"GUE GABISA BEGO! SALAH SIAPA DULU MAU MACAR-MACARIN GUE! GILIRAN GUE UDAH BAPER DENGAN MUDAHNYA KELUARGA LO BILANG KALO GUE GA BISA SAMA LO" teriak Ketty. Dengan volume suara yang jauh dari kata pelam, bahkan dapat di dengar dari radius sepuluh meter.

Deni hanya diam. Kemudian menarik tanganku untuk kembali berjalan.

*******************

Ruangan yang di dominasi oleh warna putih adalah tempat dimana kami sekarang berada. Bau obat-obatan adalah yang pertama tercium di indra penciuman. Saat ini, Deni sedang berbaring di salah satu ranjang di uks. Sementara aku hanya duduk di bangku yang berada di samping ranjang tersebut. Tentu saja kami tidak berdua, melainkan ditemani oleh penjaga. Bisa gawat kan kalo cuma bedua?

Hello MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang