Semenjak insiden putus nya aku dengan Deni, sebisa mungkin aku fokus pada sekolah. Bertekad kuat di dalam hati, bahwa kelak aku akan masuk ke SMA favorit. Yang aku idam-idamkan sejak dulu.
Aku menghela nafas pelan. Melihat pantulan diriku di cermin. Kini, bukan lagi Salsa yang mengenakan pakaian putih biru. Melainkan, Salsa yang mengenakan putih abu-abu. Ini adalah hari pertama aku masuk ke SMA.
Setelah aku putus dari Deni, aku belajar dan belajar. Hal itu berbuah manis. Terbukti, aku masuk ke dalam 'daftar 10 siswa peraih nilai terbaik se-kota ku!' Amazing bukan?. Di satu sisi, aku teramat senang. Karena moment SMA adalah yang kutunggu sejak aku dulu.Namun, faktor lain membuat sedikit kebahagiaan ku berkurang. Friska tidak berhasil masuk SMA yang sama dengan ku. Sedikit sedih memang. Ia masuk di sekolah favorit kedua di kota ku.
Tau fakta konyol? Aku satu kembali bersama dengan Deni! Yup, Deni juga berhasil masuk ke sekolah yang sama dengan ku.
Terkait bagaimana hubungan ku dengan Deni sekarang, baik-baik saja. Sesekali kami bertegur sapa. Bahkan hubungan ku dengan tante Rita terbilang baik-baik saja. Pernah, beberapa waktu lalu, aku dan tante Rita jalan bersama. Dan hubungan kami juga baik-baik saja.
**********
Setelah atribut telah terpasang rapi di tubuh ku, aku turun ke bawah untuk sarapan. Di meja makan, aku melihat kedua orang tua ku tengah menyantap sarapan mereka. Tentu saja lengkap dengan manusia terkutuk."Mau nasi goreng apa roti?" Tanya mama.
"Roti" jawabku singkat.
"Udah anak SMA aja anak papa. Perasaan baru kemaren kamu nggak mau tidur kalo nggak nyium ketek papa" ledek papa.
Aku hanya nyengir kuda. Menyuap roti sedikit demi sedikit kedalam mobil ku.
"Pelan-palan aja makan nya. Sekolah kamu tetep disitu kok. Nggak akan lari kemana-mana" ledek mama. Semua orang di rumah ini sudah tau, bahwa aku sangat exited hari ini.
"Heran deh gue sama lo. SMA itu tugas nya banyak, guru nya juga sangar-sangar. Kok lo seneng banget si?" Tanya kak Iqbal.
"Kak Iqbal tersayang, di SMA itu cowok nya kece-kece. Surga dunia nggak si?"
"Idih, awas mata lo bintitan karena liatin cowok terus" ledek kak Iqbal.
Aku mengerucutkan bibir ku kesal. Kemudian melanjutkan sarapan ku.
"Oh ya, kunci mobil Salsa dimana pa?" Tanya ku pada papa. Karena sudah agak siang, aku takut lalu lintas macet.
"Idih sombong! Mentang-mentang udah di beliin mobil baru songong amat lo" ucap kak Iqbal sedikit tak terima.
Fyi saja, dua hari yang lalu aku diberikan mobil sendiri. Mobil HRV keluaran terbaru. Sedangkan kak Iqbal merengek ingin dibelikan mobil baru juga, tapi papa menolak. Dengan alasan; mobil kak Iqbal masih bagus.
"Norak! Apaan sih lo. Syirik mulu sama gue" tandas ku kesal.
"Dih, mulut lo makin gede makin ngeselin ya" ucap kak Iqbal kesal.
"Bodo, orang cantik mah bebas!" Tandas ku langsung dan beranjak ke garasi.
*************
Aku memarkirkan HRV putih milikku. Dengan langkah mantap aku menyusuri sisi sekolah ini. Berjalan ke mading dan mencari nama ku.
Salsalia Amara Putri (X IPA 4)
Setelah melihat daftar nama ku, ntah kenapa aku mencari nama Deni.
Deni Armanda Kholiq (X IPA 3)
Jadi nggak sekelas nih?
Sukur deh!
Aku berjalan mencari kelasku. Namun ada sebuah pesan di ponselku. Aku membuka isi pesan itu.
Friska:
Semangat Sal! Semoga betah di sekolah baru, jangan kangen sama gue trs! Belajar yang benerSalsalia:
Idih, apaan si! Siapa juga yang kangen sama lo. Yang ada lo kalik yang kangen sama gue! Semoga betah juga ya di sekolah baru :)Karena terlalu asik, aku sampai tak tersadar, bahwa tubuhku menabrak seorang lelaki jangkung yang ada di hadapan ku.
"Aduh maaf, sorry sorry" ucapku sambil merutuki kebodohan ku didalam hati.
"Jalan yang bener dong! Itu mata ketinggalan di rumah?"
Anjir! Nih cowok pedes banget mulutnya!
"Lo kira lo gimana? Udah se-sempurna itukah?" Sindirku kesal.
Pria itu mengangkat sebelah alisnya. "Perasaan lo yang nabrak gue. Kenapa jadi lo yang sewot? Bukan nya minta maaf"
"Pengen banget tah lo denger gue mohon-mohon maaf sama lo?" Tandasku.
"Lo kelas berapa?" Tanya cowok itu dengan wajah merah padam.
"Sepuluh ipa empat" ucapku kesal.
"Oh, masih anak baru rupa nya. Baru sehari tapi udah belagu" gumam nya namun masih dapat terdengar oleh telingaku.
Wait
Kenapa gue tiba-tiba jadi takut ya. Kalo it cowok senior gimana? Aduh! Mampus idup gue! Nggak banget kan, kalo hari pertama gue udah jadi inceran senior?
***************
Pandangan ku menyapu seisi kelas. Karena tadi sempat berargumen dengan cowok sinting itu, alhasil aku masuk terakhir. Dan hanya tersisa satu bangku yang belum di duduki. Itu adalah bangku paling depan.
Haduh, kenapa harus paling depan si! Kan gue jadi nggak bisa bobok manja!
"Hai" sapa seorang gadis cantik. Ku akui, ia begitu cantik. Dengan senyum manis dan kulit putih gadis itu.
"Nama lo siapa?" Tanya gadis itu ramah.
"Salsa. Lo siapa?" Tanyaku balik.
"Oh, hai Salsa, kenalin gue Kiki" jawab Kiki dengan anggun. Benar-benar 'cewek tulen' pokok nya.
"Kita sebangku kan?" Tanyaku memastikan.
"Iya"
Sekilas tentang perkenalan singkat itu, pandangan ku melihat sosok jangkung yang tadi sempat membuat mood ku buruk.
"Ki, lo kenal cowok itu siapa?" Tanya ku pada kiki.
Kiki mengikuti arah yang ku tunjuk. "Oh itu nama nya Rafael Gibran Anantha. Biasa di panggil Gibran. Kenapa emang?" Tanya kiki bingung.
"Nggak papa kok"
"Hati-hati lho"saran kiki
"Hati-hati kenapa?" Tanyaku bingung.
"Si Gibran ganteng, awas lo kepincut"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Memory
Teen FictionIni adalah kisahku, Salsalia Amara Putri. Kisah cinta ku yang dimulai sejak aku duduk di bangku kelas 6 SD. Dan kini, aku sudah duduk di bangku SMA favorit di kotaku. Disini, aku bercerita tentang kisahku yang kumulai dari orang pertama hingga yang...