20. Sebuah Perjalanan Hati

307 14 0
                                    

Yogyakarta
30 Desember 2014

Rasa nyaman yang ku dapat bersumber dari ranjang hotel. Kini, aku dan Friska beserta rombongan school tour sudah sampai di salah satu hotel yang ada di Yogya. Lokasi hotel ini cukup dekat dengan pantai parangtritis.

Jam di dinding masih menunjukkan angka lima sore. Berarti, sudah setengah jam kami tiba. Untuk urusan kamar meng kamar, tiap kamar berisikan dua orang. Jadi aku bersama Friska. Untuk Deni, tadi dia bilang bahwa dia sekamar dengan Okta.

"Fris" panggilku sambil mengguncang lengan Friska. Manusia itu sejak tadi hanya tertidur. Mungkin dia lelah.

"Apaan?" jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur. Namun matanya tetap terpejam.

"Cowok gue satu kamar sama cowok lo" ucapku antusias.

"Ya trus?" jawabnya datar. Namun tetap matanya terpejam.

"Ya gue ngasih tau aja"

"Gue sama Okta blum jadian. Masih blum jelas"

"Aish"

Ponselku berbunyi. Ternyata ada telfon dari Deni. Dengan sigap tentu saja, ku angkat sambungan itu.

"Hallo"

"Hai. Aku kira kamu tidur"

"Enggak. Cuma rebahan doang. Kamu gak tidur?"

"Enggak. Baru selesai mandi"

"Okta mana?"

"Tidur dia. Kayaknya kecapean banget"

"Sama aja nih sama ceweknya. Molor mulu" sindirku halus.

Terdengar suara Deni tertawa di seberang sana.

"Kenapa nelfon?"

"Enggak papa. Kamu cape gak?"

"Enggak sih. Emang kenapa?"

"Jam 6 ketemuan di pantai yuk. Ajak Friska juga ntar aku ajak Okta"

"Emang boleh sama guru?"

"Boleh lah. Tadikan kata kepala sekolah kita bebas mau kemana aja asal jangan jauh-jauh"

"Iya kalik ya? Ya udah deh aku mandi dulu ya"

"Iyaa byee"

****************

Jam 6 tepat aku dan Friska menginjak kan kaki diatas pasir pantai. Sedari tadi, kami berdua hanya celingak-celinguk mencari keberadaan dua manusia yang sedang kami cari keberadaannya.

From: Deni

Aku sama Okta ada di depan mata gazebo nomor lima

Aku segera menarik lengan Friska menuju tempat yang dikirimkan Deni.

Dari kejauhan terlihat Deni dan Okta sedang duduk sambil berbincang-bincang.

"Udah lama?" tanya Friska

"Lumayan" jawab dua cowok itu kompak.

"Sini duduk" ajak Deni sambil menepuk sebelah sisinya yang masih kosong. Tentu saja kami menurut.

*****************

Tepat di pinggir pantai, aku dan Deni kini berdiri. Di temani oleh ombak yang sedari tadi menyapu telapak kaki. Tak lupa juga warna jingga dari langit, karena akan kembali nya matahari ke peraduannya.

Deni menggenggam tangan ku lembut. Aku diam mematung, ingin bergerak tapi sulit rasanya. Mataku terkunci oleh bola mata hitam itu.

"Salsa. Selamat anniversary satu bulan" ucapnya lembut.

Seulas senyum menghiasi wajahku. Ingatan ku berusaha mengingat hari ini adalah tanggal berapa. Dan aku teringat, tepat tanggal 30.

"Selamat anniversary juga Den" balasku dan kembali tersenyum.

Deni menarik tubuh ku. Sehingga kini, aku sedang berada di dalam dekapan nya. Aneh, seakan ada perasaan hangat dan nyaman yang menjalar di seluruh tubuhku. Untuk pertama kalinya, aku dan Deni melakukan "aksi" pelukan! Di tempat umum pula!

Di tengah nyaman nya dekapan Deni, seorang gadis kecil berjalan mendekat. Di genggaman nya terdapat sebuket bunga mawar merah. Gadis itu memberikan karangan bunga itu pada Deni. Kemudian pergi.

"Buat yang spesial" ucapnya memberikan bunga itu.

Kuambil lalu ku hirup dalam-dalam wangi bunga itu. Bibirku kembali melengkung menunjukkan senyuman.

"Thanks" ucapku sedikit lebay karena air mata sudah terbendung di pelupuk mata. Seolah tak mampu untuk menahan, air mata itu jatuh. Membasahi sedikit bagian pipiku.

"Kok kamu nangis?" tanya Deni sedikit panik. Mungkin dia heran kenapa aku menangis.

"Aku seneng" ucap ku jujur.

Sore itu, tepat pada tanggal 30 Desember 2014. Di depan ombak laut serta matahari tenggelam. Untuk pertama kalinya, seorang Deni Armanda Kholiq dan aku. Resmi satu bulan jadian.

****************

Rasa bahagia terus saja menjalar di dalam diriku. Di dalam kamar hotel, aku terus saja melompat. Friska sampai geleng-geleng kepala melihat tingkahku.

"Biasa aja monyet!" teriak Friska mulai kesal.

"Bodok! Lo gatau kan kalo gue lagi seneng" ucapku semangat

"Gue liat kalik tadi! Mentang-mentang abis pelukan langsung gak inget situasi!"

"Situasi apaan sih?" tanyaku kesal.

"Kita ini di hotel Salsa. Lo dari tadi teriak-teriak. Kalo guru-guru dateng ntar dikira lo ayan atau semacamnya"

"Sialan" umpat ku kesal. Ku lemparkan bantal ke kepala Friska.

"Sakit bego!" umpat Friska.

Sementara aku hanya cengengesan tanpa dosa.

Tok

Pintu kamar terketuk. Kami berdua membuka pintu. Disana, berdiri seorang petugas hotel.

"Kenapa mas?" tanya ku.

"Anu mbak. Ini saya di minta mas Deni buat nganter ini ke mbak Salsa" ucap petugas hotel itu dengan logat jawa nya.

"Oalah makasih ya mas" ucapku menerima kotak yang ada di tangan petugas hotel.

Petugas itu tersenyum lalu pergi.

Kubuka kotak itu. Terdapat lima lembar foto dan sebuah surat. Kuraih dan kulihat, foto itu menampilkan foto aku dan Deni.

Foto pertama ketika aku dan Deni sedang memasak nasi goreng dulu.

Foto kedua ketika aku dan Deni ada di acara ulang tahun Deni dan memulai hubungan 'pacaran pura-pura'

Foto ketiga ketika aku dan Deni menonton film di bioskop

Foto keempat ketika kami sedang berjalan-jalan

Dan foto kelima ketika sore tadi, tepat saat sunset aku dan Deni sedang berpelukan.

Kuraih surat itu dan kubaca baik-baik.

Selamat hari jadi yang satu bulan sayang.

Aku tau, ini agak lebay sih. Alay lagi. Cuma aku mau ngerayain ini karena ini adalah bulan pertama kita sebagai pasangan. Ada pepatah bilang, kalau yang ngerayain aniv tiap bulan itu karena mereka yakin. Hubungan mereka gak akan kuat sampai satu tahun. Tapi menurutku itu salah. Menurutku justru setiap bulan lebih romantis. Karena setiap bulan, kita bisa tambah dekat dan tambah sayang. Sampai sini dulu ya. Tuh fotonya buat obat kangen kamu sama aku. Jangan dibawa tidur ya :)

Aku tertawa membacanya.

Dasar Deni Deni

Kadang romantis, kadang gak peka nya kelewatan

Hello MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang