35. W.O.W

217 14 3
                                    

Aku senyum-senyum sendiri sejak tadi. Sejak hadiah yang diberikan oleh kak Vano ku buka, dan menampakkan sebuah kalung dengan bandul beruang madu. Tentu saja aku sama sekali tidak mengira akan mendapatkan itu.

Kalung indah itu sudah melingkar indah di leherku. Benar-benar di luar dugaan, juga sepucuk surat yang diberikan oleh kak Vano benar-benar sweet parah.

Hai Salsa,
Selamat 16 tahun ya. Selamat bertemu dengan konflik hidup yang lebih berat. Semoga kamu menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan senyum manis yang tak pernah luntur di wajah cantikmu. Menjadi kebanggaan kedua orang tua mu, serta tercapai cita-citamu kelak.

Aihh ini mah isi surat nya bisa ngobrak-abrik hati gue, meleleh dedek bang.

Ponselku menyala. Menampilkan sebuah notifikasi panggilan dari kak Vano yang menanyakan tentang hadiah dari nya.

"Gimana? Kado dari gue? By yhe way, sorry ya gue kasih itu karena jujur gue bingung mau kasih lo apaan. Semoga lo suka ya :)"

"Suka banget kak! Thanks yah! Gue bener bener nggak nyangka kalo lo kasih gue ginian. Sekali lagi thanks ya!"

"Haha, kebahagian lo itu prioritas gue Sal, jadi gue bahagia kalo lo seneng"

Eh? Kenapa bales nya agak kurang nyambung ya? Eh tapi nggak papa deh, seneng gue dia bales gitu. Sampe panas nih pipi!

"Kak"

"Iya?"

"Sebelum nya maaf kalo gue kurang sopan" ucapku lembut."Tapi apa hubugan lo sama Tasya? Hubungan dalam artian yang sebenarnya"

Terdengar helaan nafas di seberang sana.

"Maaf kalo gue lancang" cicitku.

"Gue dulu pernah mau di jodohin sama Tasya. Bahkan hampir di paksa nikah secara diem-diem. Tapi gue tolak itu semua. Tragedi nya persis 18 Januari tahun lalu. Gue nolak. Tapi karena orang tua kita sahabatan sejak lama, bokap gue nawarin dengan gue sama Tasya pacaran dulu. Dan dengan terpaksa gue harus setuju"

Aku mengangguk angguk paham. Walaupun sama sekali kak Vano tak tau.

"Dan setelah berjalan 5 bulan, gue ngerasa capek. Gue nggak suka sama sikap egois Tasya dan semua kelakuan dia. Apalagi sikap dia yang mengharuskan semua kehendak dia tercapai. Gue nggak suka. Dan tepat 5 bulan kita pacaran itu, keluarga Tasya dateng ke rumah gue. Dan mereka bilang, kalo gue sama Tasya harus tunangan. Dan jawaban gue sama, gue nolak semua itu."

Aku membekap mulutku saking shock nya. Tidak pernah terlintas bahwa kak Vano harus mengalami semua kejadian rumit itu.

"Dan lo tau kelanjutan kisah nya? Tasya mewek-mewek nggak jelas karena itu. Dan karena bokap dia teramat menuruti kemauan nya, bokap Tasya maksa gue dan bokap gue untuk terima pertunangan itu. Dan gue nggak mau. Bokap gue marah. Dan akhir nya gue adu argumen sama bokap gue. Dan gue ngalah, gue capek. Gue pergi dari rumah. Nyokap sempet ngelarang gue pergi, tapi gue nggak peduli. Karena gue nggak suka masalah gue diatur, walaupun sama orang tua gue sendiri"

"Te..terus sekarang kakak gimana? Hidup sendiri?" Tanyaku hati-hati takut menyinggung perasaan kak Vano.

"Masalah itu sampe ke telinga oma sama opa gue, mereka marah besar sama orang tua gue, mereka adalah satu-satu nya yang mau denger omongan gue. Dan cuma mereka yang menentang tentang gue dan Tasya. Lo tau Sal? Orang tua gue bahkan nggak pernah di sapa sama oma opa. Karena mereka kecewa, cucu mereka di paksa untuk hal itu"

"Ya ampun kak, tapi gimana perasaan orang tua kakak?"

"Apa beda nya Sal? Kalo mereka nggak bisa ngerti perasaan gue, apa gue juga bisa ngerti perasaan mereka? Kalo alasan gue nolak untuk nikah atau tunangan sama Tasya karena gue takut nggak bisa biayain keluarga kecil gue, lo salah. Salah satu perusahaan opa udah tiga tahun gue yang pegang. Dan gue ada pemasukan dari sana."

"Lah terus, kenapa? Apa alasan kakak?"

"Karena hati nggak bisa dipaksa Sal. Seberapa keras pun hati lo mau buka perasaan, kalo emang dia yang nggak layak untuk lo, selama nya hati lo tertutup rapat."

Aku terdiam. Jadi sudah setahun kak Vano dan orang tua nya tidak bertegur sapa?

"Ah iya Sal,gue mandi dulu ya, kelamaan curhat malah gerah"

"Ya udah jangan lama-lama mandi nya, ntar masuk angin"

"Iya sayang perhatian banget si" goda kak Vano. Membuat pipiku terasa panas!

**********

Brak

Pintu kamar ku di buka dengan kencang. Sehingga menabrak dinding yang ada di belakang nya. Tampak seorang sosok manusia yang absurd, tapi untung gue sayang. Kak Iqbal masuk dengan celana pendek serta kaos pendek berwarna pink bermotif donat.

"Huakakaka....baju lo kenapa anjir? Hahaha" tawaku keras-keras. Ini anak kenapa dandanan nya jadi kayak gini?

"Diem sialan, lo temenin gue" tentu saja itu bukan permintaan melainkan pemaksaan!

"Temenin kemana?"

"Ke mall. Baju gue di loundry semua. Besok gue kuliah masa pake kaos Flora gini si, jatoh harga diri gue"

"Kenapa harus ke mall?"

"Budget gue tipis anjay, kalo di mall bisa cari kaos seratus ribu tiga! Gue lagi bokek ini! Papa belum kasih gaji!"

"Aneh! Yang ada di mall mahal-mahal bodoh!"

"Buruan!" Desaknya

"Ya udah sana lo keluar, gue mau ganti baju"

************

Semenjak kaki ku menapakkan wujud nya di lantai mall ini, semua mata tertuju pada kami. Ya lagian si kak Iqbal ,di suruh pake sweter atau jaket biar ketutupan, eh dia nya nggak mau. Malu sendiri kan.

"Kok gue berasa jadi miss Indonesia ya?" Tanyaku sarkastik.

Kak Iqbal mengernyitkan dahi nya. "Maksud lo?"

"Semua mata tertuju pada gue"

"Serah Sal serah!!!" Ucapnya. Lalu berjalan ke sebuah toko baju. Dan memilih beberapa kaos disana.

Tapi emang dasar nya aja kak Iqbal, bilang nya nggak punya duit, padahal duit aja hampir abis 5 juta dan cuma dapet kaos 3 biji doang.

"Is lo mah, coba beli nya jangan di mall, di pasar malem kek, lumayan tau bisa di tawar" gerutu ku kesal.

"Idih emang gue lo apa, yang hobby nya pake barang diskonan"

Aku melototkan mataku kesal. "Sialan! Lo aja nggak tau kebutuhan cewek itu banyak tau!" Protes ku tak terima. Team cewek mana suaranya?

"Emang udah takdir kalik cowok mah sekali suka sama barang, ya udah beli, lain cerita kalo cewek"

"Ya iyalah, lumayan tau bisa beli yang lain!"

"Lo bawel ya. Kenapa si cewek pada bawel semua?" Gerutu kak Iqbal. Mungkin dia frustasi meladeni mulutku yang nggak pake rem ini.

"Emang kak Aryl rewel? Bukan nya dia agak diem?"

"Ntah mana gue tau, tanya aja sama cowok nya"

"Ya cowok nya kan lo dodol. Oh atau.. jangan-jangan lo udah putus ya?"

Dan kak Iqbal mengangguk. "Gue lagi males bales itu. Yuk pulang"

***************

Vote okeeee

Hello MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang