42. Go Camping

153 10 0
                                    

Akhirnya, setelah seluruh siswa menantikan acara camping, kini kami semua berangkat untuk menuju tempat perkemahan. Mereka menaiki bus yang telah di sediakan oleh panitia.

Aku dan Kiki asyik membuat boomerang di instagram dan mengupload nya. Posisi duduk kami bisa dibilang cukup strategis. Barisan sebelah kiri no empat. Sedangkan Sisi kanan ada Gibran dan Rendi. Ntah kebetulan atau di sengaja, mereka duduk disitu.

Di barisan kanan no tiga, ada kak Vano. Hal itu membuat ku salah tingkah. Posisi duduk kak Vano persis sebelahan dengan Tasya. Terlihat sekali pria itu masih risih dengan kehadiran Tasya. Namun apadaya, Tasya bukan lah orang yang memiliki rasa malu. Ia akan berperinsip bodo amat.

"Ki" panggil Gibran.

Aku dan Kiki sama-sama menoleh.

"Kok manggil gue bukan Salsa? Gebetan lo kan Salsa?" Tanya Kiki asal.

Aku segera menjitak kepala Kiki.

"Aw, sakit bego" umpat Kiki kesal.

"Makanya kalo ngomong di jaga" ucapku.

"Ki tuker tempat duduk yuk" ajak Gibran. Aku memelototkan mataku. Gila ya ini anak!

"Lo duduk sama Siapa?" Tanya Kiki penasaran.

"Nih, sama Rendi" ucap Gibran sambil menunjuk Rendi. Rendi yang merasa nama nya di sebut pun tersenyum lembut pada Kiki.

Dan, memang pada dasar nya Kiki nggak kuat iman kalo liat cogan, tentu saja gadis itu mengangguk setuju.

Se-segera mungkin, Kiki dan Gibran bertukar posisi.

Aku mendengus. Ketika melihat wajah jangkung itu kini tengah duduk di sebelahku.

"Lo mau minum nggak?" Tanya Gibran padaku. Dan ku balas dengan gelengan.

"Emang lo enggak haus?" Tanya nya sekali lagi.

Aku menggeleng lagi.

"Lo nggak usah sok judes gitu sama gue. Nggak cocok, lo itu lebih cocok kalo muka nya merah-merah waktu deket gue" goda Gibran.

"Ish, lo itu ya hobby banget godain gue, nggak bosen apa? Gue aja liat muka lo bosen" tandasku.

"Enggak. Malah ya, muka lo itu selalu ke bayang terus di otak gue. Heran deh gue, mama lo dulu waktu hamil lo ngidam apaan ya?" Tanya Gibran dengan raut wajah yang sok bingung.

"Enggak tau kan gue masih dalem perut waktu itu. Kenapa lo nanya?" Tanyaku bingung.

"Gue heran aja, kok bisa ya dia ngelahirin anak yang segini gemesin nya. Salut gue. Jadi sayang deh sama anak nya" ucap Gibran tanpa beban. Dan itu berhasil membuat pipiku panas.

"Ngapain sih lo godain tuh cabe? Kayak nggak ada cewek lain aja" ucap Tasya yang tiba-tiba nimbrung dengan suara cempreng khas nya.

"Lo kalik yang apaan, main asal nimbrung aja" ucap Gibran.

"Tau tuh, cabe? Ngaca dong mbak nya, yang jadi cabe siapa? Situ udah kayak lem aja nempel sana sini, tuh muka pake dembul setebel apa?" Tandasku kesal. Dan Tasya lebih memilih diam. Sementara kak Vano hanya diam menatap kejadian barusan.

"Lo mau denger lagu nggak?" Tawar Gibran sambil menyodorkan earphone nya sebelah. Sementara sebelah nya lagi  ter tempel dengan sempurna di telinga pria itu.

"Boleh" ucapku menerima earphone itu.

Lagu just the way you are mengalun di telingaku. Kemudian berganti dengan lagu-lagu berikut nya yang membuat ku mengantuk.

Aku menyandarkan kepala ku pada jendela bus. Namun, ketika ada jalan yang berlubang, kepala ku terbentur kaca jendela.

"Tuhkan, makanya jangan senderan di situ. Nih disini aja" tarik Gibran menarik kepalaku untuk bersandar di bahu nya. Dan itu, ntah kenapa terasa begitu nyaman bagiku. Dan aku terlelap, dengan bahu Gibran sebagai sandaran nya.

**************

Setelah menempuh berjalanan selama kurang lebih dua jam, rombongan sekolah tiba di bumi perkemahan. Aku terbangun dari tidur ku dengan posisi nyaman berada di bahu Gibran. Dan Gibran pun tertidur tepat di atas kepalaku.

Muka ku merona merah ketika iris mata itu terbuka. Gibran yang mengenakan masker perlahan membuka mata nya. Walaupun setengah wajah pria itu tertutup oleh masker, dapat ku lihat bahwa pria itu tersenyum lembut. Ya iyalah, tuh mata kan sipit, senyum tambah sipit ,jadi cuma garis doang tuh mata.

"Nyenyak tidur nya?" Tanya Gibran padaku.

"Lumayan" balas ku singkat. Karena masih dalam mode mengantuk.

Kami tiba di bumi perkemahan pukul sebelas siang. Dan acara akan di mulai jam dua siang.

"Kalian semua, silahkan ber isitirahat. Acara kita di mulai jam dua. Untuk teman per tenda silahkan cek ke panitia" ucap kak Vano dengan lantang menggunakan toa.

"Lo se tenda sama siapa?" Tanya kak Vano mendekatiku.

"Nggak tau" balas ku jutek. Sementara Kiki terlihat salah tingkah. Biasa,  nggak tahan cogan mode on.

"Sana tuh ke panitia, lo cek lo setenda sama siapa" saran kak Vano lembut.

"Nggak usah lo kasih tau juga gue udah tau" balas ku masih ketus. "Nggak usah sok peduli deh, mending sana urus cewek lo" sindirku dan berjalan meninggalkan kak Vano.

"Maaf ya kak, Salsa masih bad mood. Mungkin lagi dapet. Harap maklum, nama nya juga cewek" aku mendengar Kiki berbicara dengan kak Vano dengan nada lembut.

Kami berdua berjalan ke tempat panitia. Ternyata di sana sudah ramai siswa-siswi yang berbaris rapi untuk mengantri membaca daftar teman se-tenda.

Hingga tiba giliran ku, aku melihat bahwa aku se-tenda dengan Kiki, Kate dan Jane dari kelas sepuluh ipa enam.

"Asyik tuh Sa, kita se-tenda sama Kate sama Jane" ucap Kiki antusias.

"Asyik kenapa?" Tanyaku heran. Karena memang, aku hanya sebatas tau nama mereka saja, tidak sampai kenal secara pribadi.

"Mereka itu ibarat nya akun gosip keliling. Gila, semua info dan kabar berita mah langsung update. Mereka juga orang nya enggak jaim. Asyik pula" ucap Kiki dengan nada berbinar.

"Lumayan lah, ada partnet kita buat gibah ntar malem" ucapku sambil terkikik.

"Sip, tinggal kita gabungin aja cemilan kita masing-masing" ucap Kiki.

**************

Aku dan Kiki menemukan tenda kami. Ternyata Kate dan Jane sudah ada di dalam tenda.

"Hai sini masuk-masuk" ajak Kate ramah.

Kami berdua pun masuk. Lumayan besar lah tenda nya untuk kapasitas empat orang.

"Salsa, lo udah resmi belum sama Gibran?" Tanya Kate.

Aku tersedak air minum yang sedang ku minum.

"Astaga, se dahsyat itu ya pertanyaan dari Kate?" Ucap Jane sambil tertawa terpingkal-pingkal. Sementara Kate dan Kiki malah ngakak.

"Gue belum jadian sama dia" ucap ku

"Belum? Jadi bakal dong?" Tebak Kate.

"Nggak tau, liat ke depan nya aja deh"

"Si Gibran itu menurut lo gimana anak nya? Cocok nggak tuh kira-kira sama lo?" Tanya Kate lagi.

"Anak nya nyebelin, tapi kadang baik. Seru sih, tapi kadang suka bikin kesel. Untuk ukutan atlet kayak anak-anak basket lain nya, tuh anak wangi loh. Nggak bau keringet" ucap ku dengan tawa di akhir.

Kate, Kiki dan Jane pun ikut tertawa.

"Menurut gue sih, kalian itu cocok. Udah cepet aja resmiin. Ntar gue bilang sama Gibran deh" ucap Kiki dan di angguki setuju oleh Kate dan Jane.

Hello MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang