Bab XVI : Pertandingan Antara Ray Dan Khafa

143 26 1
                                    


Hari ini aku membawakan bekal makan siang yang di minta Khafa, tapi betapa kagetnya aku saat melihat didepan gerbang sekolah terpampang sebuah benner besar yang menginformasikan bahwa hari ini adalah hari ulang tahun sekolah. Biasanya saat ulang tahun sekolah, pihak sekolah mengadakan bermacam-macam lomba antar pelajar selama dua hari. Ada banyak sekali lomba yang diadakan, semua lomba itu hanya memiliki satu peraturan, yaitu pertarungan antara kelas 1,2 dan 3.

Jadi karena setiap angkatan terdiri dari sepuluh kelas, maka setiap kelas wajib memberikan 1 sampai 3 kandidat yang akan bekerja sama untuk mengikuti lomba. Saat mau kekelas aku melihat Khafa duduk di tangga lantai satu sambil melihat kakinya. "Lo kenapa?" tanyaku.

"Jatoh dari motor"

"Hah? Serius?" ucapku memastikan.

"Malah nanti gua tanding lagi" keluhnya.

"Yaudah ke UKS dulu untuk diobatin" ucapku yang langsung membantunya keruang UKS. Saat memasuki ruang UKS tak ku temukan seorangpun, setelah merebahkan Khafa diatas tempat tidur aku mencoba melihat sekitar untuk menemukan penjaga UKS namun tak juga kutemukan, sehingga aku kembali untuk menemani Khafa.

"Ada bagian yang luka?" tanyaku. "Gak ada, cuma memar" jawabnya.

"Coba lihat?" tanyaku. Dengan segera ia menggulung celananya, kulihat ada tiga memar yang cukup besar didaerah pergelangan kaki, betis dan lututnya. Ku buka tasku dan memastikan apakah aku membawa kotak P3K atau tidak, karena aku tidak menemukan obat memar di UKS. Aku selalu membawa beberapa obat di kotak kecil P3K, didalamnya terisi Hansaplast, Trombopop, plaster, kasa steril, obat sakit kepala, maag dan flu. Agak berlebihan mungkin tapi salah satu dari obat itu pasti aku butuhkan setiap bulannya.

"Sini kaki lo yang memar" ucapku yang berniat mengobatinya.

Dengan perlahan ia mendekatkan kakinya padaku, lalu ku obati dengan hati-hati. "Lo lomba jam berapa?"

Dengan segera ia melihat kearah jam tangannya "15 menit lagi gua harus kelapangan"

"Yaudah istirahat dulu aja"

"Oh iya, bekal gua dibuatin?" tanyanya mengingatkan dengan ekspresi wajah sedikit takut.

"Ada didalem tas" jawabku.

"Yaudah jagain"

"Iya!" seruku.

"Khafa kamu gak apa-apa?" tanya Inaya dan Raya dengan wajah panik, sepertinya ia berlari sangat kencang untuk sampai kesini karena keduanya terlihat terengah-engah, "Udah gak apa-apa kok" jawabnya.

Ponsel Khafa berdering, sepertinya ia disuruh bergegas ke lapangan, karena pertandingan akan segera dimulai. Sebelum bergegas ke lapangan tiba-tiba Khafa mendekatkan tubuhnya kearahku, "Day, lo bakal nyemangatin gua kan?" tanya Khafa.

"Iya, tenang aja" balasku.

"Serius" pintanya

"Iya! Nanti gua akan teriakin nama lo dengan lantang" jawabku sembari menyemangatinya.

"Bener ya?!" tanyanya memastikan.

"Bener" balasku meyakinkan.

Akhirnya ia menuju kelapangan basket, Raya juga berpamitan karena lomba dance akan segera dimulai. Sedangkan aku bergegas keruang kelas untuk menaruh tas kami. Aku hanya membawa kotak makan siang, botol minum dan kotak obat, jaga-jaga jika nanti dibutuhkan.

Segera aku berlari menuju kelapangan, karena aku sudah menitipkan tempat duduk pada Inaya. Sesampainya dilapangan team Khafa lebih dulu memasuki lapangan, kamipun sempat berpandangan dan ia tersenyum padaku. Lalu team lawan juga mulai memasuki lapangan, sungguh kali ini aku benar-benar kaget karena Ray ada disana, tapi aku heran kenapa ia tidak memberitahukanku kalau ia akan bertanding hari ini? Apakah karena akhir-akhir ini aku tidak meluangkan waktu untuknya? Tidak boleh! Tidak boleh seperti ini. Aku harus menunjukkan padanya bahwa aku akan selalu menjadi pendukung setianya, entah dia minta atau tidak!

Saat aku ingin berteriak untuk menyemangati Ray, aku justru dikagetkan dengan sekumpulan siswi yang membawa kertas dukungan untuk Ray, dan itu membuatku saaannngggaaattt,, ke-sal!. Saat mereka mau bersorak untuk menyemangati Ray, dengan segera "Heh! Kalian kelas satu ya?" tanyaku dengan wajah jutek.

"I...iii ya kkaakk" jawab mereka sedikit takut.

"Jangan teriak-teriak!" seruku, yang lalu berdiri memanjat bangku lalu.

"AAARRRAYYAANNN SEEMMANGGATT!! AAARRRAYYAANN!! ARAYAN!! ARAYAN!!" teriakku memecah ruang olah raga, lalu baru memberikan kode pada siswi-siswi tadi untuk turut menyemangati Ray. Ku lihat Ray tersipu malu, mungkin ia merasa heran karena kakaknya terlihat sangat kekanak-kanakkan. Sedangkan kulihat sekilas Khafa kesal karena aku tidak menepati janji untuk meneriakkan namanya, dengan senyum penuh rasa bersalah aku memberikan kode permohonan maaf pada Khafa yang saat itu sedang melihatku.

***

17:12 itu skor terakhir yang dipimpin oleh team adikku, sebelum aku pergi kekantin untuk membeli minuman. Saat kembali menuju ruang olahraga untuk menemui Khafa aku mendengar beberapa orang membicarakan pertandingn yang baru saja dimenangkan oleh anak kelas satu. Mendengar hal itu aku merasa sangat senang. Rasanya aku ingin sekali langsung memeluk adikku dan memberinya selamat.

Oranye Di Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang